Finale

522 43 1
                                    

- Ryu Sio's pov

"Kau menyukai Ashlyne, ya?" Celetuk Hwang Hyeondo setelah kami mendiskusikan pekerjaan kami.

Ia menatapku dengan tatapan tenangnya. Sontak aku menatapnya. Mengapa ia bisa menyimpulkan itu?

Aku mengernyit, "Apa?"

Ia terkekeh, "Ashlyne menunggumu, nak. Ia tampak murung selama tak bertemu denganmu. Aku merasa iba padanya."

Aku mengangkat kedua alisku. Ashlyne menungguku? Sungguh? Kupikir ia akan melupakanku dengan mudah.

"Apa aku boleh bertanya?" Aku menatapnya. Ia pun mengangguk dengan tatapan tenangnya.

"Mengapa Ashlyne tidak punya nama Korea?" Tanyaku.

Ia tampak tersenyum tipis, "rupanya kau penasaran dengan masa lalunya, ya? Baiklah aku akan menceritakannya. Saat aku baru mengangkatnya menjadi putriku, ia bilang bahwa ia ingin membuang nama Korea-nya. Karena nama itu adalah pemberian orang tua yg telah membuangnya. Ia membencinya. Maka dari itu aku memberinya nama Inggris. Tak kusangka ia akan menyukainya."

Aku tertegun mendengarnya. Rupanya Ashlyne pun juga menyimpan kebencian namun ia mengubur semua itu untuk memulai hidup barunya.

"Lalu bagaimana bisa Ashlyne menjadi mata-mata?" Aku sadar bahwa pertanyaanku di luar topik, namun aku hanya ingin tahu.

Ia menatapku lalu melepas kacamatanya, "apa kau sempat berpikir bahwa aku sengaja melatihnya menjadi senjata NIC?"

Aku terdiam. Aku memang sempat berpikiran seperti itu. Ia pun berdiri lalu menatap ke arah luar jendela, "saat tahu aku mendirikan organisasi ini, ia memintaku untuk melatihnya. Ia hanya ingin membantu orang-orang yang kehilangan harapan untuk hidup."

Ia kembali menatapku, "Ia menyatu begitu saja dengan NIC yang berprinsip sama sepertinya. Walau begitu ketahuilah, nak, bahwa aku tetaplah seorang ayah yang mengkhawatirkannya setiap ia menjalani misi. Bagaimana pun juga ia putri semata wayangku." Ia menepuk pundakku sembari tersenyum.

Ia benar. Sehebat dan sekuat apa pun, Ashlyne tetap harus dilindungi. Dan aku ingin menjadi seseorang yang selalu melindunginya. Aku juga ingin membuatnya bahagia.

"Aku ingin meminta izin pada Anda." Ucapku yang membuatnya mengangkat kedua alisnya.

"Apa itu?"

"Izinkan aku untuk menikahinya."

~~~

Itulah yang terjadi beberapa bulan lalu, jauh sebelum aku bertemu kembali dengan Ashlyne.

Dan kini gadis itu berada di hadapanku. Aku memintanya untuk menginap karena aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya. Lagi pula ia sangat keras kepala, padahal seharusnya akulah yang mengantarnya pulang.

Kulihat ia sedang berusaha meraih gelas yang terletak di tempat tinggi itu. Aku pun menghampirinya dan membantu mengambil gelas itu. Namun seketika ia membalikkan badannya dan menubrukku.

Aku pun menatapnya. Aku tak tahu apakah ia juga merasakan hal yang sama, namun degup jantungku nelaju dengan cepat. Tak ada jarak yang tersisa di antara kami.

Aku sempat ingin mengatakan sesuatu karena aku teringat perkataan Namsoon. Namun kuurungkan niatku. Karena kupikir ini terlalu cepat lantaran kami baru saja bertemu kembali pagi ini. Ia pasti menganggapku seorang b*jing*n.

Aku beranjak dari sana namun setelah itu ia menarik tengkukku lalu mencium bibirku. Tentu aku tak menyangka ia akan melakukan hal itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang