Bab 2

11 2 0
                                    

Indra datang tergopoh-gopoh ke rumah sakit, pikirannya kalut hingga sampai di depan sebuah pintu ruangan rawat inap, ia membukanya kemudian melihat Iriana terkulai lemas di atas tempat tidur pasien dengan terpasang monitor dan beberapa infus pump dan seringe pump guna memonitor dan menopang tanda-tanda vital Iriana.

Iriana merasa tidurnya terusik langsung membuka mata dan pandangannya tampak seorang laki-laki yang sudah sangat dirindukannya sejak dulu. Iriana sangat mencintai Indra, meskipun ia tau jika dia hanya di jadikan pelampiasan nafsu semata.

" Mas, terimakasih sudah mau datang, mas kenalin itu yang tertidur di sofa adalah anak kita mas, dia cantik dan pintar, namanya Sagita Karlita Puspita". Kata Iriana sambil meneteskan air matanya.

Indra melihat seorang anak kecil tertidur pulas di sofa, dari wajahnya saja dia tau jika itu anaknya karena tampak sangat mirip dengannya

" Kamu melahirkan nya?, kenapa kamu melahirkankannya? , 10 tahun lalu saya sudah bilang untuk menggugurkannya, malam itu adalah kesalahan. Kamu benar-benar berniat menghancurkan saya?" Jawab Indra dengan marah, ia tak habis pikir Iriana melahirkan anaknya padahal ia sudah memintanya agar menggugurkan kandungannya.

" Mas, aku tidak bisa membunuh sebuah kehidupan kecil dalam perutku, dia tidak berdosa mas, jika kondisiku tidak seperti ini aku juga tidak akan menghubungi mu mas," Iriana menangis tersedu sedu, dadanya terasa sesak, detak jantung nya terasa cepat.

" Mas aku mohon, aku mohon dengan sangat mas, tolong jaga Sagita, dia juga anak kamu mas, aku mohon".

Iriana mulai merasakan pusing, matanya berkunang-kunang, dadanya terasa sangat berat. Monitor mulai menunjukkan tanda-tanda alarm gawat, dimana tensi sagita mulai turun ke 51/33 mmHg, dan nadinya meningkat ke 180 kali per menit.

Alarm monitor mulai berbunyi, terdapat penurunan signifikan pada monitor, tensi dan nadi dan bahkan kesadaran Iriana mulai menunjukkan penurunan.

Sagita mulai terbangun akibat suara berisik monitor dan dia melihat seorang laki-laki yang dia tidak tau itu siapa, belum di berikan kesempatan untuk memproses informasi sebenarnya apa yang terjadi, tiba-tiba para perawat dan dokter menerobos masuk ke dalam kamar rawat inap Iriana akibat alarm code blue begema kencang. Dikomando oleh seorang dokter semua petugas medis mulai mengerubungi Iriana. Sagita melihat seorang perawat mulai menekan dada ibunya dan ada juga yang sedang memberikan pompa udara ke masker oksigen ibunya. Hampir selama 30 menit hal itu terjadi, sampai pada akhirnya sang dokter mengatakan "Kematian ibu Iriana Irawan tanggal 5 maret pukul 15.55"

Become an Independent AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang