Setelah minum segelas air Sagita langsung kembali ke kamarnya, sampai di kamar sagita langsung mengambil ponselnya dan membaca beberapa pesan wa salah satunya dari Berliana
Berliana:
Sagita, kamu dimana?
14.30
Berliana:
Beneran udah pulang ya?
Kok ga bilang bilang sih?
Aku cari cari ga ketemu
15.00
Berliana:
Gitaa, jangan lupa besok, kita ketemu di kampus untuk daftar wisuda, habis itu kita makan ke kafe
17.10
Berliana:
Sagitaaaa, masih hidup kan??
18.00
Sagita tersebut melihat deretan pesan yang di kirim oleh Liana, dia mulai mengetik beberapa kata untuk membalas pesan dari Berliana
Me:
Liana maaf, aku sudah pulang duluan, tadi aku capek sekali, dan kamu juga lagi sibuk, jadi aku ga sempat pamitan, maaf ya.
Iya besok kita ketemu di kampus, makan siangnya aku yang traktir deh.
21.00
Sagita mulai membuka laptopnya dan mulai bekerja, sagita diberikan uang bulanan oleh indra, hanya uang bulanan dan uang pendidikan sampai jenjang SMA dan tidak dengan fasilitas lainnya. Jadi biaya kuliahnya berasal dari tabungannya dan kerja part timenya.
Semester awal Sagita bekerja sebagai waitress dan sekarang Sagita mulai memanfaatkan kepintarannya dengan cara menjual jasa pembuatan Skripsi. Hasil dari jasa skripsi nya cukup lumayan untuk memenuhi biaya kuliahnya, dia juga menjual bakat menggambarnya dengan menjual design busana ke beberapa designer ternama dengan harga yg bisa dibilang mahal.
Sagita mengecek saldo di rekeningnya kemudian dia tersenyum melihat angka di rekeningnya cukup untuk membeli sebuah rumah di pinggiran ibukota. Sagita berencana untuk memulai kehidupan barunya setelah wisuda, dia akan membeli sebuah rumah kecil dan memulai bisnis kecil-kecilannya, tanpa membawa nama Sedayung. Hanya Sagita Karlita Puspita.
---------
Matahari mulai menyingsing, Sagita mulai tampak bersiap-siap untuk pergi ke kampus, saat turun ke ruang makan, disana sudah ada seluruh tuan rumah Sedayung tampak makan sambil bercakap-cakap ringan. Sagita memilih langsung berangkat ke kampus sampai pada saat sudah sampai di pintu utama terdengar suara berat memanggil namanya,
"Sagita,kesini sebentar" panggil kepala keluarga Sedayung
Kreettt
Suara kursi berderit, dimana kedua anak laki-laki Sedayung memilih pergi dan mengakhiri acara sarapan mereka, Sagita merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam yg diberikan oleh kedua kakaknya, Sagita berjalan mendekati meja makan dimana masih terdapat ayah ibu dan si bungsu.
" Bagaimana sidang skripsimu"
"Semuanya berjalan baik" jawab sagita sambil bingung dengan percakapan ini, karena ini adalah percakapan pertama kali yg ia lakukan bersama sang ayah
" Apa rencana mu kedepannya?"
" Itu,"
" Bagaimana jika membantu Sarga di perusahaan?" Belum sempat menjawab sang ayah langsung menawarkan pekerjaan.
"Maaf, tapi saya berenca-" lagi lagi disela, belum sempat Sagita menolak tawaran dari sang ayah tapi sudah di potong oleh teriakkan ibu tirinya.
"PAPA! apa maksud papa dengan berkata seperti itu? Aku cukup bersabar dengan membiarkannya tinggal di rumah ini. Aku tidak akan membiarkan dia mengambil hak-hak yang dimiliki oleh anak-anak kita, anak-anak sah kamu"
Sagita merasa dadanya nyeri saat mendengar kata-kata dari mulutt ibu tirinya, kemudian dia memilih pergi, tapi sebelum pergi dia sempat melihat si bungsu memberikan tatapan mata tajam kepada dirinya.
Sagita berjalan menuju halte bus yang ada di depan perumahan Sedayung. Kemudian menaiki bus yang datang, setelah melakukan tap pembayaran dengan e-money Sagita memilih duduh di bangku penumpang paling belakang dekat dengan jendela.
Sagita mulai merenung saat di dalam bus, dia mulai menguatkan tekad untuk keluar dari keluarga Sedayung, dia kemudian menghubungi agen perumahan untuk membeli sebuah rumah kecil atau unit apartemen.
Saat bus melewati persimpangan jalan, dari arah kanan terdapat sebuah truk tangki BBM yg melaju sangat kencang menerobos lampu merah dan terjadilah kecelakaan, dimana setelah nemabrak bus, truk tangki BBM tersebut meledak dengan kobaran api dan kepulan asap yang menjulang sangat tinggi.
Dalam kecelakaan tersebut sekitar 18 orang tewas, 20 orang mengalami luka bakar yang berat. Salah satu korban meninggalnya adalah Sagita Karlita Puspita, meninggal di usia 20 tahun
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Independent Antagonist
FantasySagita Karlita Puspita, seorang gadis cantik berusia 20 tahun, harus hidup bersama Ayah dan keluarga tirinya, hidupnya begitu hambar setelah kematian ibu kandungnya. Hidup Sagita hanya di lalui dengan kuliah, kerja part time, dan membaca novel. Saat...