Bab 3

12 4 0
                                    

" Hahhhh" Sagita terbangun akibat mimpi buruk, dengan nafas tersengal-sengal dan keringat yang bercucuran.

"Kenapa harus mimpi itu lagi" saat pikiran Sagita kalut, dia selalu memimpikan kejadian saat kematian ibunya.

Sagita mulai bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke dapur untuk memgambil segelas air putih.

Sampai di dapur dia melihat kakak kedua nya sedang minum, awalnya Sagita hendak kembali ke kamar saja, namun karena saking hausnya ia menetapkan langkahnya untuk menuju dispenser air. Saat Sagita akan mengambil gelas, kakak kedua Sagita menoleh dan mulai berjalan mendekat kearah Sagita dan menabrakkan bahunya sehingga Sagita yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil sampai terhuyung, Dirga kemudian pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Sagita.

Keluarga Sedayung sangatlah membenci Sagita, Sagita mereka jadikan sebagai wujud dari penghianatan yang dilakukan oleh Indra.
Indra Pamungkas Sedayung merupakan anak pertama dan 3 bersaudara dari pasangan Aristio Praja Sedayung dan Astiti Melati Sudraja, Indra menikah dengan Herlina Putri Dinoto dimana mereka dianugerahi anak laki-laki pertama bernama Sarga Pandu Sedayung, berumur 30 tahun, belum menikah dan sekarang menjabat sebagai eksekutif direktur di Sedayung Grup Corp. Dimana perusahaan ini merupakan perusahaan bergerak di berbagai bidang dari Infrastruktur, Properti, Entertainment, Pendidikan, Kesehatan dan masih banyak lainnya. Kemudian anak kedua dari Indra dan Herlina adalah Dirgantara Panji Sedayung, berumur 28 tahun dan merupakan aktor ternama yang membintangi berbagai judul film serta sudah memenangi berbagai nominasi best aktor. Dan yang terakhir adalah si bungsu kesayangan keluarga Sedayung bernama Cantika Bhatari Sedayung seorang gadis cantik berusia 19 tahun saat ini masih kuliah di fakultas kedokteran di universitas ternama di negeri ini.

Sagita merasa hidupnya sangatlah miris, setelah ibunya meninggal kehidupannya pun mulai berubah, dari bertemu indra di rumah sakit saat ibunya meninggal, saat itu sagita bertanya tanya siapa paman itu, sampai pada saat pemakaman, Indra memperkenalkan dirinya sebagai ayah dari Sagita. Tentu saja Sagita merasa sangat senang karena dia berpikir dia tidak akan sendirian, dia juga sangat merindukan ayahnya, saat ibunya masih hidup, Sagita selalu bertanya dimana ayahnya berada, dan selalu dijawab jika ayahnya sedang bekerja keras di luar negeri.

Tentu saja itu hanyalah perkiraan Sagita, kenyataannya Indra memperlakukan Sagita dengan begitu acuh, bahkan cenderung mengabaikan, seminggu setelah pemakaman, Indra membawa Sagita ke rumah besar Sedayung, disana dia memperkenalkan Sagita sebagai anaknya dari wanita lain ke keluarga besarnya. Itu membuat sebuah kehebohan, dimana sang istri langsung mengamuk, menangis dan pingsan. Sarga saat itu menunjukkan ekspresi kebencian terhadap sang ayah dan anak kecil tersebut serta langsung membopong ibunya untuk di bawa ke dalam kamar. Dirga bahkan lebih ekstrim, dia langsung memukul ayahnya dengan tinjunya dan mendorong Sagita sampai terjatuh.

Melihat kegaduhan itu Cantika kalut, panik menangis sambil berteriak kencang karena melihat ibunya pingsan dan ayahnya di pukul oleh Dirga. Dirga yang melihat adiknya menangis langsung menggendongnya dan di ajak masuk ke kamar.

Indra yg melihat kepergian istri dan anaknya hanya bisa menghembus nafas berat. Dia kemudian memanggil pelayan dan meminta mereka mengantarkan Sagita ke kamar yang masih kosong. Saat itu Sagita merasa sangat syok, bahkan dia sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata dan hanya meneteskan air mata, Sagita paham dirinya bukan anak satu-satunya dari sang ayah, ibunya bukanlah istri dari sang ayah, dia juga paham jika dirinya tidak di terima oleh ayah dan keluarga sang ayah.

Become an Independent AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang