05

306 37 5
                                    

Rayyan sekarang sedang ganti baju seragam dengan baju olahraga. Hari pertama masuk sudah harus olahraga saja, kira-kira beginilah apa yang ada di pikiran Rayyan. 

Awalnya Rayyan diminta untuk tidak mengikuti jam olahraga karena berita yang dia amnesia kemarin. Temen-temennya juga udah larang, apalagi anak-anak cewek di kelas yang baru dia ketahui ternyata Rayyan benar-benar dibayikan oleh mereka.

Jiwa Reihan yang biasa mandiri menolak keras untuk dijadikan bayi yang ini itu dilarang.

Jadi, mari buat orang-orang tercengang dengan apa yang bisa si bayi ini lakukan sekarang.

Tubuh kecil nya ia bawa keluar dari bilik toilet, bersamaan sama ojan—salah satu temen kelasnya— yang langsung merangkul Rayyan.

"Yan, entar jangan maen bola ya."

"Loh kenapa?"

"Lo gak inget ya, waktu hari pertama lo ikut maen kan kepala lo kena bola, terus lo puyeng gitu."

"Kan emang kalo kepala kena bola pasti sakit, ada puyeng-puyengnya dikit."

"Masalahnya, lo tiap ngeyel mau ikut main pasti kepala lo kena mulu. Gue jadi curiga lo amnesia bukan gara-gara dipukul penculik, tapi karena hampir tiap olahraga lo kena bola mulu."

Rayyan berhenti berjalan, ia meraba-raba kepalanya sambil berpikir, apa jangan-jangan bener apa kata bocah disebelahnya.

"Lo ngapain?"

"Lo bilang kepala gue sering kena bola, jadi gue takut kepala gue ada bekas benjol nya. Masa ganteng-ganteng pala nya benjol."

"Iye lah, si yang paling ganteng. Udah lah, ayo cepet, yang lain kayaknya udah di lapangan semua."

"Ya ayok cepet, siapa suruh lo ngajak gue ngobrol mulu."

Rayyan dan Ojan akhirnya sampai di lapangan. Langsung masuk barisan buat mulai pemanasan, tapi sebelum itu, beberapa orang mengahampirinya.

"Ayyan sini dulu, pake ini dulu biar gak gosong." Satu orang mengoleskan sunblock ke kulit putih Rayyan.

"Nih, harus dipakai ya. Jangan dilepas, kita couplean." Satu lagi memakaikan Rayyan topi.

"San, minta juga dong."

"Gak, ini buat my baby Ayyan doang. Lo gak perlu yang beginian. Lo cowok bukan hah? Masa gak kuat sama panas bentar."

"Sana, lo pilih kasih banget."

"Bodo, wleee."

Rayyan yang mendengar perdebatan kecil ini ikut menyahut. "Gue kan juga cowok."

Sana menoleh pada Rayyan, "kamu juga cowok baby, tapi khusus kamu, aku gak rela bayi aku yang gemoy ini entar jadi gosong gara-gara master Sun yang panas nya minta ampun."

"Sudah kumpul semua?!"

Yang masih ngerumpi langsung baris rapi lagi. "Udah pak, semua udah kumpul."

"Bagus, gak ada yang izin atau yg lain ya hari ini?"

"Enggak ada pak."

"Oke, sekarang kita pemanasan dulu baru mulai lari."

Dengan semangat Rayyan ikut melakukan pemanasan hingga membuat teman yang melihatnya kegemasan karena melihat ke antusiasnya anak itu.

"Ok cukup, karena minggu kemarin kita udah basket, sekarang kita akan main volly. Absen satu sampai 12 akan main pertama, absen selanjutnya di putaran kedua."

Rayyan yang sudah dipastikan akan di putaran kedua akhirnya diseret ke pinggir oleh Eja yang juga diputaran kedua karena nama aslinya Reza. 

"Kita duduk di sana." Eja menunjuk Ojan yang sedang heboh menyiapkan speker, menyambungkan nya ke handphone juga mic yang sudah di genggam anak itu.

Sudah sangat siap jadi komentator volly.

Rayyan mendengar kan komentar nyeleneh Ojan sambil tertawa-tawa, bahkan rasanya lebih menarik komentator nya dari pada pertandingan itu sendiri.

"... Hampir saja out tapi Aji mampu menahan dan balik menyerang, lalu kembali di lempar Sultan, Beni menerima dengan senang hati tapi YA! Sayang sekali tidak diterima dengan baik. Poin bertambah untuk kubu selebew. Sultan jangan masam gitu nak, maapin itu si Beni. Mungkin bola gak bisa masuk, tapi cinta mu pasti bisa masuk dihatinya. Asik asik..."

"JOSSS."

"HAHAHAHAHAHA."

"Gila emang si Ojan."

"Ada aja emang lawakannya."

Rayyan sendiri sudah terpingkal lelah karena tertawa. Perutnya sampai keram sedari tadi mendengar celotehan Ojan.

Pritttt

"Permainan dimenangkan oleh tim slebew. Selamat, kalian bisa tidur nyenyak dipinggir sana, yang mau minum bisa antri sama bibi kantin karena Pak Dadang tidak menyediakan konsumsi apapun."

Pak Dadang selaku guru olahraga disana yang memang sudah tidak aneh lagi dengan kelakuan aneh muridnya itu hanya bisa menggeleng prihatin. "Pantesan aja ini anak gak laku-laku, bener kata anak murid kelas sebelah. Kasian entar ceweknya yang nanggung malu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trasmigrasi Reihan To RayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang