𝑻𝒆𝒓𝒍𝒖𝒌𝒂

3.2K 125 14
                                    

Phuwintang sakyuen, anak tunggal keluarga sakyuen. Ayah Phuwin berprofesi sebagai manager di perusahaan Digital milik salah satu kerabat, perusahaan yang belum berkembang sepenuhnya. Sedang sang ibu bekerja di sebuah butik, tempatnya di meja kasir.

Kedua orangtua Phuwin benar-benar ingin menyekolahkan anaknya sampai menjadi dokter, dimana itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka dari itu, orangtua Phuwin sangat protektif terhadap nilai-nilai akademis nya. Pokoknya semua nilainya harus sempurna agar bisa masuk universitas jalur undangan.

Sepulang sekolah tadi Phuwin di beri tahu oleh paman nya, fyi paman nya itu salah satu guru di SMA tempat Phuwin sekolah. Paman nya bilang ada hal yang perlu di bicarakan kepada kedua orangtuanya, dan feeling Phuwin mengatakan kalau dia pasti akan di marahi oleh kedua orangtuanya nanti.

Benar saja, paman nya mengatakan mewakili wali kelas Phu jika nilai biologi Phuwin menurun dalam ujian tengah semester ganjil ini. Dimana itu bisa berakibat cukup serius mengingat kedua orang tua Phuwin menginginkan dirinya masuk sekolah kedokteran.

Dan disini lah dia sekarang, duduk bersimpuh di lantai ruang tamu dengan kepala tertunduk dan kedua tangannya meremas ujung-ujung kaos sampai kukunya memutih.

"Kamu kenapa sih Phu? Kalo nilai kamu turun begini gimana caranya kamu bisa masuk kuliah kedokteran hah!" Ibu meninggikan suara memandang Phuwin tajam

Setelah kepergian paman dari rumah tadi, Phuwin disidang habis-habisan. Seolah nilai itu tidak bisa diperbaiki

"Maaf..." Phuwin berkata lirih, matanya memanas tapi air matanya enggan mengalir, malu masih ada orang

"Maaf? Emang maaf dari kamu bikin nilai biologi kamu naik? Berusaha dong! Ibu cape-cape kerja di butik dari jam 07.00 pagi pulang jam 21.00 malem itu untuk siapa? YA UNTUK KAMU!"

Phuwin ingin sekali menutup telinga, sungguh dia benar-benar takut dan muak sekarang ini

Pukk...

Ayah melemparkan kertas hasil ujian tengah semester Phuwin kelantai, memandang Phuwin dengan perasaan kacau

"Ayah kecewa sama kamu, biologi itu jadi ilmu dasar yang harus kamu ketahui sebelum kamu masuk kedokteran! Kamu tau sendiri masuk kedokteran itu mahal dan susah makanya ayah mendorong kamu dari sekarang supaya apa? Supaya kamu tidak kesusahan untuk kedepannya!"

"Kita itu dari keluarga sederhana, ayah gak punya apa-apa apalagi ibumu, kami sama-sama merintis dari awal! Cari uang itu susah Phuwin! Belum lagi perusahaan P' Mike bermasalah sekarang. Ayah gak mau tau, mulai besok kamu bakal les private dan belajar di rumah 4 jam sehari!"

Saat ayah dan ibu sudah masuk kedalam kamar, Phuwin langsung berlari ke dalam kamarnya sendiri lalu menangis sejadi-jadinya.

"Hikss.. ayah sama ibu tu hikk ke-kenapa sih! Siapa juga yang hikk mau masuk sekolah kedokteran"

Phuwin meraung memukul guling tak bersalah itu bertubi-tubi, menutup wajahnya dengan bantal agar suara tangisnya tidak terdengar, bisa gawat nanti kalau tetangga pada dateng apalagi sampai orangtuanya dengar, mampuss deh

"Aku tuh tau! Tau aku tuu... Aku akui aku salah terus lalai dalam belajar di kelas 11 ini.. tapi bukan berarti aku ga mau memperbaiki nilai ku"

"Lagian ini masih pertengahan semester bukan kenaikan kelas, aku masih punya waktu untuk memperbaikinya kan... Harusnya ayah sama ibu ga usah marah-marah sampe segitunya"

Malam itu Phuwin mengeluarkan semua unek-unek yang sudah lama dia pendam, dimulai dari dia yang ga mau masuk sekolah kedokteran sampai dimana sikap kedua orangtuanya yang menurut Phuwin berlebihan.

Phuwin tau semua yang dilakukan kedua orangtuanya itu bermaksud baik, iya tau demi masa depannya kan? Tapi selama ini kan dia tidak pernah bilang kalau dia berminat sekolah kedokteran, dari SD sampai SMA mereka juga yang memutuskan dimana Phuwin akan bersekolah.

Phuwin tu capek, Phuwin sudah lelah harus terus memenuhi semua ekpektasi kedua orangtuanya yang menurut Phuwin tidak masuk akal itu.

Mereka sama sekali tidak pernah bertanya atau bahkan mengatakan hal-hal yang selama ini Phuwin inginkan, misalnya seperti ;
"Phuwin kenapa?"

"Itu terlalu sulit ya?"

"Mau ibu peluk?"

"Ayah yakin kamu pasti bisa!"

"Ayo ayah temani belajar"

"Semangat ya ujiannya hari ini"

"Hari ini disekolah bagaimana? Ada yang menggangu Phuwin tidak? Kalo ada bilang sama ayah nanti biar ayah marahin orangnya-!!"

Phuwin ingin merasakan rasanya diperhatikan, di sayangi, di cintai, mereka terlalu sibuk memikirkan masa depan sampai-sampai lupa jika anak mereka telah terluka sekarang.

Anak tunggal mereka terluka akibat ulah mereka sendiri, apa mereka sadar? Mereka terlalu sibuk mengatakan "ini yang terbaik untuk kamu!" Sampai lupa untuk bertanya "Bagaimana kabarmu?".

Phuwin benar-benar sudah muak, muak dituntut sempurna dalam segala aspek yang menurut kedua orangtuanya harus dipelajari.

Phuwin juga ingin bermain bersama teman seusianya! Ingin bersenda gurau bersama kedua orangtuanya! Phuwin ingin itu. Bukan paksaan serta makian saat nilainya rendah, Phuwin ingin merasakan rasa kasih sayang....

Ayahh... Ibuu.. Phuwin terluka - Phuwin















sawadikhaa~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sawadikhaa~

Pesona Pria Matang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang