Liburan telah usai, saatnya kembali ke bangku pendidikan. Para siswa-siswi mulai berambisi kembali, rutinitas kembali seperti semula. Tak banyak yang berubah, apalagi Phuwin. Sore ini setelah pulang sekolah dia ketinggalan bus. Karena bingung mau gimana dia iseng vc om kesayangan nya, setelah vc teman teman nya ternyata semua nya offline.
"Masa jam segini masih di sekolah? Mau om jemput?"
Phuwin menggeleng, tadi dia di kerjain Joong dan antek antek nya. Dia di suruh balikin bola basket ke ruang olahraga, sial nya malah di kunci dari luar. Untung penjaga sekolah patroli sampai ruang olahraga, kalo tidak mungkin Phuwin bakal terkurung disitu semalaman.
"Biarin aja, biar engga les hehe" Cengiran lucu yang lebih kecil mampu mengundang tawa Pond,
"Om jemput ya?"
"Gaaa usaaaa, sekalian aja sampe jam 6 nanti palingan di jemput sama ibu"
Raut wajah Pond khawatir, sore sore begini bocilnya belum sampai rumah. Kalau ada apa-apa di sana bagaimana? Dia kan tidak tega.
"Disitu aja, otw ini 15 menit lagi sampe"
Panggilan video di putus sepihak, Phuwin baru saja ingin menolak. Mau tidak mau Phuwin harus menunggu. Sebenarnya dia bisa saja pulang jalan kaki, seperti dulu dulu itu. Tapi dia lagi malas, lagi pula beberapa hari ini dia lagi kepingin off les tapi itu tidak mungkin. Ibu dan ayah nya tidak mungkin memperbolehkan hal itu.
15 menit berlalu begitu saja, Pond sudah berdiri tegap di hadapan bocah kecilnya yang kini hanya duduk merenung di halte bus.
Rambut halus itu di belai lembut, di usap penuh perhatian. Si manis mendongak lucu, tanpa bicara apapun dia memeluk tubuh Pond erat erat. Menenggelamkan kepalanya di perut sixpack om kesayangan.
"Ndaa mau pulang" Kepala itu menggeleng kuat, Phuwin hanya merasa malas untuk pulang. Lelah selalu di kekang.
Yang lebih tua menangkup pipi bocah kecil, mengusap pipi gembil itu sayang. "Nanti kalo ga pulang kamu kena marah, emang mau?"
Si kecil tetap menggeleng, merengek berkali kali mengatakan tidak ingin pulang, tidak ingin pulang. Mungkin efek tekanan di rumah yang terlalu ekstrim.
"Ck! Kamu mau apa cepet, nanti om beliin" Jurus andalan ya bapak Pond.
"Mau kaya gini aja udah, engga mau apa apa aku mah" Kaya gini yang di maksud Phuwin itu pelukan sambil duduk. Iya dia duduk tapi Pond nya berdiri.
"Om pegel dong kalo gitu" Pernyataan itu tidak di gubris oleh Phuwin. Just want peace, maybe.
Lama dalam posisi itu terbesit ide cemerlang dalam pikiran Phuwin. "Oke pulang deh tapii..."
Raut wajah Pond bertanya, "Tapi?"
"Nanti malem sleep call yaa?? Atau video call dehh apa aja intinya call" Bibir itu termanyun lucu, mengundang hasrat terpendam Pond untuk mengecupnya.
Pond mengangguk, kapan sih dia bisa menolak bocah manis itu. "Ayo masuk mobil"
Si manis merentangkan tangannya membentuk gaya superman sambil mengatakan, "Legooo~"
Lucu banget, Pond jadi pengen khilaf rasanya.
Selama perjalanan Phuwin beberapa kali mengeluhkan tentang Joong kepada Pond, dari dia di ejek gay hingga tadi sore di kunci di ruang olahraga. Pond mengatakan akan meminta kepala sekolah untuk menggerakkan komite kekerasan sekolah dalam beberapa hari kedepan, hal itu membuat Phuwin sedikit lebih tenang. Enak nya punya backingan.
Setelah 20 menit mencurahkan keluar kesah nya, akhirnya Phuwin tiba di rumah. Berpamitan dengan wajah anak kucing membuat Pond sedikit tidak rela membiarkan Phuwinnya pulang.
"Udah jangan mellow, nanti malem jam 10 om telfon"
Anak manis itu hanya mengangguk, melambaikan tangan pada mobil yang berjalan pergi dari pekarangan rumah nya.
ceklek....
plak-!
"Keterlaluan kamu Phuwin!" Ibu, itu ibu.
"Maaf.." Phuwin menunduk takut, pipi kirinya memerah.
Ibu terkekeh, sungguh kali ini ibu sangat menyeramkan.
"Kamu pikir aku dan ayah bodoh mu itu bayar les mahal mahal buat main main gitu?" Ibu marah, marah nya meledak ledak. Phuwin takut.
"Apa sih susahnya? Tinggal les doang kan? Makan di biayai, sekolah di kasih uang jajan, les privat di bayarin kurang apa lagi sih ibu sama ayah mu Phu?"
"Hidup kamu itu gak perlu susah! Gak perlu pontang penting nyari uang sana sini apa salahnya nyenengin orang tua!" Air mata itu mengalir begitu saja, semakin hari sikap orangtua nya samkin aneh. Semakin kasar, semakin protektif, semakin gila nilai. Apalagi semester genap ini, mau mati Phuwin rasanya ngejar nilai yang tidak ada habis nya.
"Stop berfikir kamu ini kejam Phu! Kami ngelakuin ini demi kamu! Biar kamu bisa jadi dokter hebat di masa depan!"
"Tapi aku engga pernah ngerasa kalian ngelakuin ini demi kebaikan ku, aku engga pernah nemu baik nya di mana"- Phuwin
Ibu berkacak pinggang, tangan kanan nya sudah terangkat tinggi siap menampar Phuwin kapan saja. Tapi urung saat telfon nya berbunyi dengan layar menampilkan nama 'suami'.
Dalam kesempatan itu Phuwin lari ke kamar nya, mengunci pintu rapat-rapat dan menutupi cctv kecil di meja dengan sembarang baju.
Tubuh itu duduk bersimpuh bersandarkan pintu, menangis terisak-isak dalam diam. Sungguh, ini sungguh menyakiti hati Phuwin. Untuk pertama kalinya dalam hidup seseorang menamparnya dan yang lebih menyakitkan lagi orang itu adalah ibu nya sendiri. Ibu yang sangat Phuwin sayangi, Phuwin cintai, tempat di mana Phuwin merasa aman.
Deringan telfon mengalihkan perhatian nya, dia lupa dengan janji sleep call malam ini. Suasana hatinya sedang buruk, terlebih lagi dengan keadaan kacau begini dia tidak bisa menghadapi Pond. Apa alasan yang harus dia berikan nanti tentang penampilan nya? Ingkar janji sekali-kali bukan masalah kan, Phuwin terlanjur lelah. Biarlah dia menghabiskan malam menyakitkan ini dengan linangan air mata kepedihan.
eyyy-yooooow aku tepati janjiii ku yaaa....
I'm back guysss, selamat buat kalian yang menghadapi kejadian kejadian menyenangkan hari iniii. Buat yang lagi engga beruntung jangan sedih yaaa, tetap semangat walau dunia tidak memihak muuu.
Komen dan Vote nya juseyeoooooo~
pppp, anjirr aku habis nonton we are ep 11. cokkk mereka belum jadian juga????????? cryyy-!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pria Matang
أدب الهواةApa jadinya jika Phuwin anak remaja kemarin sore jatuh hati dengan pria yang umurnya lebih tua 15 tahun dari nya? "Diumur segini saya sudah tidak mau bermain-main lagi Phuwin" "Tapi nanti ibu sama ayah pasti marah besar om..." "Kalau masalah itu...