Chapter 3

839 122 30
                                    

Halo kembali lagi dengan author, maaf ya agak lama updatenya.

Soalnya author benar-benar kehabisan ide, jadi bingung deh mau nulis apa😞

Maaf atas keterlambatannya.

Oh ya soal epilog Solar, author masih dalam tahap pengerjaan, sedikit bingung bagaimana membawa alurnya, akan tetapi author usahakan epilognya bakal ada secepat mungkin.

Oh ya mungkin di cerita ini kalian bakal nunggu lebih lama daripada cerita solar.

Maaf juga kalau chapter kali ini mungkin terasa sedikit aneh, tapi author harap kalian tetap menyukainya.

Oh ya segini dulu dari author.

Jangan lupa buat vote dan komennya ya😊

Sampai jumpa di chapter berikutnya.

Happy reading all!!!
_____________________________________
_________________
_____________________________________

Besoknya.

Hari senin pun tiba, setelah libur sehari di hari minggu, para murid akhirnya kembali masuk ke sekolah. Melaksanakan upacara yang selalu di laksanakan setiap hari senin.

Begitupun dengan Sopan yang tengah bersiap-siap untuk segera ke sekolah, usai bersiap Sopan langsung keluar dari kamarnya.

Berjalan menuruni tangga hingga sampai ke pintu utama yang berjarak agak jauh dari turunan tangga terakhir.

Sopan segera memakai sepatu miliknya yang sudah mulai lusuh dan kekecilan, sepatu ini dia dapatkan ketika Sopan berada di kelas empat SD. Dan sepatu ini juga bukan sepatu baru, melainkan sepatu bekas milik Frostfire yang sudah tak mau mengenakan sepatu itu. Jadi sepatu bekas miliknya dia berikan kepada Sopan dan dirinya membeli yang baru.

Saat itu Sopan begitu senang mendapatkan sepatu baru dari kakaknya, walau bekas pun Sopan tak masalah. Setidaknya dia mempunyai sepatu baru- walau sepatu itu juga di berikan kepadanya dengan cara yang agak kasar, karena Frostfire memberikan sepatu itu dengan cara melemparnya ke Sopan dan mengatakan bahwa sepatu itu kini milik Sopan- tapi tidak apa, setidaknya Sopan akhirnya mempunyai sepatu baru setelah sekian lama.

Banyak barang bekas yang Sopan kenakan, semua itu berasal dari kelima kakaknya, ketika mereka sudah bosan dengan barang-barang mereka, maka semua barangnya akan di lempar ke Sopan atau tidak akan di sumbangkan ke panti asuhan.

Sopan hanya menatap sendu pada sepatu miliknya yang sudah terlihat lusuh ini, sepatunya sudah sangat kekecilan di kakinya, terkadang jari-jari di kakinya terasa sakit karena memakai sepatu yang sempit. Tapi Sopan bisa apa, memangnya jika dia meminta sepatu baru pada kedua orang tuanya mereka akan membelikannya untuk Sopan- seperti yang sering mereka lakukan pada kelima kakaknya yang lain, ketika menginginkan sesuatu maka kedua orang tuanya akan langsung memenuhi permintaan mereka.

Berbeda dengan Sopan, mau dia meminta sampai menangis darah pun orang tuanya mana mau memberikan apa yang dia inginkan.

"Tidak apa-apa sepatunya masih bisa di gunakan kok, walau masih terasa sempit tapi daripada tidak ada sama sekali." gumam Sopan sambil tersenyum tipis.

"Hei kau anak bodoh! Sedang apa kau di situ, kau hanya merusak pemandangan tahu." Sopan tersentak kala mendengar seruan yang berasal dari belakang dirinya, segera Sopan berbalik dan menatap orang yang baru saja berseru padanya.

Itu kakak keempatnya- Sori Dharma Atmawijaya- yang kini tengah bersedekap dada sambil menatap Sopan tajam.

Sopan menipiskan senyumnya, perempatan dahinya terlihat mengkerut kesal, menghela nafas pelan sebelum menjawab seruan kakaknya.

I Will Make This Life Better Than The Previous LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang