prolog

23 0 0
                                    


'hari ini jadwal ngajar pertama kamu, kan, Ham? Semangat!'

Berulangkali permuda itu membaca pesan dari seseorang yang notifnya selalu ia nantikan. Hari ini bersemangat, sejak subuh dan sebelumnya seperti biasa ia terbangun untuk mandi. Pakaian sudah rapi disetrika menggantung dalam lemari, beserta jas almamater biru kampusnya. Ya, ia sedang melakukan KKN.

Setelah menyiapkan materi, semua ia persiapkan dengan rapi sejak tadi malam. Juga nasehat wejangan dari Abah ia dengarkan baik-baik. ini bukan sekedar mempengaruhi kebutuhan KKN-nya, tapi menyangkut reputasinya sebagai Gus Ilham karena ia anak seorang Syekh pendiri Ponpes A-Zikra, yang sejak zaman Eyang kakungnya. Dan kelak ia akan menggantikan sang Ayah dalam memimpin Ponpes, Syekh Yusuf Assegaf.

Ia akan mengajar di kelas tingkat sekolah menengah atas, bersama Zaskia, teman sesama KKN-nya di kampus yang sama. Yang merupakan putri semata wayang Ustadz Somad dan isterinya Ustazah Rahma. Yang sama-sama pengajar disana.

Ya, pengirim pesan itu adalah Zaskia. Yang tiba dinotifnya setelah sholat subuh. Tak jemu ia membalas pesan gadis berlesung pipi dalam itu.

'Iya. Kamu semangat juga, Yah. bismillah^^'

Sementara itu...

"akh... bosen gue!" jerit gadis berambut pendek sebahu itu. ia memandang langit pagi yang dimatanya gak ada cerah-cerahnya. Sangat mendung, tapi tak jadi hujan. Udara yang agak dingin membuatnya malas mengguyur tubuhnya dengan air dan sabun hari ini.

"hari ini kamu enggak boleh nongki sama temen-temen kamu, kecuali kerja klo ada jadwal pemotretan aja!" seru Kakaknya, Julien. "mobil kamu, Kakak sita" sambungnya.

Yah, bukan tanpa alasan Julien melarang adik perempuan satu-satunya untuk hangot bersama teman-temannya. Tapi, terakhir kali ia harus menjalani 'pompa isi perut' karena minum bir bersama teman-temannya sekian kaleng. Alhasil, ia divonis menderita GERD, yang membuat lambungnya mudah nyeri. Ini Cuma bir, enggak ada alkoholnya. Batin Zia. Tapi tetap saja, itu berdampak bagi kesehatannya sendiri. membuat Kakaknya geram dan memantau aktifitasnya.

"nanti Mimi, asisten kamu datang. Katanya ada jadwal bikin iklan endrose. Jadi Cuma bikin video sama produknya. Cukup di rumah, enggak perlu keluar!" seru Julien lagi.

"Duh... kalau di rumah mana estetik, Kak! Mesti harus tempat bagus buat bikin reels iklannya. Yang bener aja, sih!" protes Zia.

"itu Cuma reels. Kan bisa diedit. Gampang kan?"

Huft, iya. Tapi bosen. Keluhnya. Ia memandang kesal Kakaknya yang memiliki paras semirip itu dengannya. Sampai mereka disangka kembar jika kemana-mana. Memang, usia mereka Cuma terpaut ½ tahun karena kegagalan system keluarga berencana kedua orang tua mereka. jarak dekat, Kakaknya yang masih balita sudah langsung punya adek.

Terlebih, Kakaknya, Julien sangat overprotektif sejak ia dirawat di rumah sakit 3 bulan yang lalu. Dimana ia harus membatasi makan makanan kesukaannya, yakni seblak. Seblak ceker pedas, yang selalu membuatnya mood lagi jika sedang bête

.

"Mi, ke café, yuk." Ajak Zia pada rekan, sekaligus teman dekatnya sejak zaman SMA itu. Mimi tengah menyiapkan baju-baju dari paket kiriman olshop endrose yang harus Zia kenakan untuk kontennya.

"Kak Julien bilang, klo enggak ada kepentingan pemotretan kayak biasa, enggak perlu kemana-mana. Di rumah aja, Zi." Ujar Mimi sambil menyetrika baju-baju endorse yang baru ia buka dari kemasana paket dengan setrika uap mini.

"Ya, tapi ini pemotretan juga. gue juga pen upload foto estetik buat akun pinternest gue." Ucap Zia. "elo mau apa aja, gue traktir, deh. ayuk, dong..." rayunya sambil memegang lengan Mimi yang agak gempal.

married by (not) accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang