"Nona, tuan Duke sedang menunggu." Tessa menyambutku pulang. Sudah pasti ini tentang artikel bohong. Semoga Ayah tidak mempercayai itu. Aku bergegas menuju lantai dua mansion. Tempat dimana kantor Ayah berada.
Aku mengetuk pintu dua kali.James Button, sang butler membuka pintu dari dalam. Terlihat Ayah yang sedang duduk memandang koran "Berita Hilden."
"Duduklah," suaranya menggema lebih berat dari sebelumnya. Ayah terlihat risau. "Aku akan mendengar penjelasan mu terlebih dahulu," Ayah berdiri dan menatapku. Johan Amarilys, seorang ksatria sihir kebanggaan kerajaan Hilden, melihat anak satu-satunya menjadi tajuk utama di koran dengan berita miring tentu sangat terganggu.
Aku duduk dengan perlahan dan memperbaiki postur ku. "Aku minta maaf sebelumnya, Ayah. Tapi ini tidak seperti yang ayah pikirkan. Ayah tahu aku kemarin tidak terlambat pulang, aku dan Duke Sergey juga tidak saling mengenal. Bahkan kami baru berpapasan tadi malam," Aku membuka jubah hitamku agar bisa lebih nyaman, karena pembicaraan ini akan sangat panjang.
"Berita seperti ini tidak mungkin tanpa dasar. Ada foto kalian berdua berpelukan," Ayah mengetuk lembaran koran yang memuat foto kami berdua. Bahkan di dunia ini alat sihir menggantikan fungsi kamera. Canggih sekali.
"Duke hanya menolongku yang sedang mabuk dan kemudian mengantarkan aku pulang dengan selamat. Seharusnya aku berterima kasih padanya. Aku takut berita semacam ini akan berimbas buruk padanya. Entah siapa pembuat berita ini, yang pasti dia ingin mencoba menjatuhkan Duke Sergey dan keluarga Amarilys." Aku berdiri dan menuju meja kerja ayah. Berusaha untuk menenangkannya. Aku tahu Silencia adalah pembuat onar sebelum aku masuk ke tubuh ini. Dan banyak sekali kelakuan Silencia yang di tolerir oleh Duke. Aku berhenti tepat di depan mejanya.
"Ayah, aku tidak akan banyak bicara. Aku sekarang sudah berubah. Bukan Silencia yang selalu membuat masalah lagi. Aku juga ingin hidup menjadi pribadi yang lebih baik dan aku ingin menjadi kebanggaan Ayah."
"Berbuat konyol dan bermain-main adalah tugas seorang anak, Silencia. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya terlalu berambisi dalam hidup," tatapan Ayah melembut. "Aku ingin kau menikmati masa muda mu dengan penuh kesenangan. Kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan dan ayahmu ini akan melenyapkan apapun yang menghalangi jalan bunga di hadapanmu."
Jadi, selama ini kelakuan Silencia hanya main-main di mata Ayah? Dia berusaha menghancurkan menara jam di tengah kota dengan bom, dia berusaha membakar sebuah Saloon karena tidak diundang, dia membubuhkan serbuk gatal pada gaun Lady yang lain. Ini kriminal!
Silencia sialan, kau tak tahu Ayah begitu mencintaimu sehingga ayah membereskan semua masalahmu dengan uang dan permintaan maaf ke sana ke mari.
Ayah berdiri dan mendekat, kedua tangannya singgah di bahuku, "aku ingin kau mengenal dirimu lebih baik dan mencari jati dirimu sendiri."
Aku menatap wajah ayah yang tidak dapat ku pahami.
"Tidak, ayah, aku tidak ingin seperti dulu. Aku ingin belajar dan membuat ayah bangga."
"Baiklah, baiklah anakku." Ayah memelukku dengan hangat. Ada perasaan menggelitik di hati kecilku. Perasaan senang dan suka cita. Apakah ini perasaan Silencia?
Baiklah, ini adalah cita-citaku. Jiwa ku yang seorang budak korporat sudah siap untuk mengemban tugas di dunia ini. Gurita usaha keluarga Amarilys sangat banyak dan saat ini karena tidak ada nyonya rumah, maka butler lah yang mengurusnya. Tapi aku akan belajar sedikit demi sedikit. Akan kuperlihatkan keterampilan budak korporat generasi milenial dari masa depan!
••••
Argh.. Tidak..
Berhenti..."Nona, bagian ini salah. Anda harus mengulangnya kembali!" James menunjuk kertas laporan.
Tidak, ini sudah yang ke lima kali. Mengapa sistem laporan di dunia ini sangat rumit?!
"James,tanganku hampir saja lepas dari tempatnya!" Aku merintih kesal. Pekerjaan ini seakan tidak ada habisnya. Tumpukan kertas di meja kerja hampir setinggi kepalaku saat aku duduk.
"Baru saja tiga hari lalu Nona mengatakan akan membuat tuan Duke bangga," James melirikku dengan tajam.
"Argh aku tidak kuat! Kepalaku seakan mau pecah, James. Ini adalah siksaan!" Aku mengerang.
Ruang kerja ini yang begitu luas. Ruangan yang telah disiapkan oleh Ayah jauh hari untukku, tapi baru sekarang aku menggunakannya. Di depanku penuh catatan dan dokumen yang menjadi bahan untuk belajarku menjadi penerus kepala keluarga. Aku merasa sangat lelah dan bingung. Aku sudah berusaha sekuat tenaga namun semua terasa sangat sulit.
"Maafkan aku James." Pada suatu titik aku merasa gagal dan cita-citaku untuk membuat Ayah bangga hanya omong kosong. James menghembuskan nafas panjang, posturnya berubah.
"Tidak apa, Nona, tidak ada manusia yang menjadi hebat dalam semalam. Untuk tiga hari ini cukup banyak yang telah Nona lakukan. Nona telah bekerja keras. Saya bangga," kata- kata James bagaikan oase di padang pasir. Ia berhasil mencegahku tenggelam dalam keputus-asaan.
"Nona, kita kedatangan tamu," Tessa datang dengan terburu-buru dan menerobos masuk ruang kerja.
"Apa yang membuatmu terburu-buru sehingga lupa mengetuk pintu. Di mana kesopananmu?" James membelalakkan matanya ke arah Tessa.
"Maafkan saya, Nona. Tapi tamu ini tidak boleh menunggu lama" Tessa hampir kehabisan nafasnya karena ia berlari tanpa henti dari ruang tamu.
"Siapa?" Tanyaku penasaran. Aku meletakkan bolpoin ku ke atas meja.
"Tuan Duke Ares Sergey."
*POV cerita akan diganti karena mulai masuk ke cerita inti dengan banyak karakter lain*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...