Kapten Fabian Meyer berdiri di depan pintu sel yang gelap dan lembab, tatapannya tajam menyapu sekeliling ruangan. Di dalam sel yang sempit itu, tubuh Viscount Lanane Brooke terbujur kaku di lantai batu, matanya yang dulu penuh tipu daya kini kosong, menatap ke langit-langit. Di sampingnya, sebuah vial kaca dengan tutup yang terbuka, tergeletak begitu saja, bau tajam racun samar-samar tercium di udara. Viscount Lanane telah mati-dan ini bukan kematian biasa.
Fabian mendekati tubuh itu dengan hati-hati, matanya memeriksa setiap sudut. Tak ada tanda-tanda kekerasan fisik. Racun, jelas, adalah penyebab kematian ini. Tetapi siapa yang cukup berani meracun seorang bangsawan di bawah pengawasan ketat? Ini adalah pukulan besar bagi penyelidikannya, dan jelas bahwa seseorang tidak ingin rahasia kalung merah darah terbongkar.
Di tangannya, Fabian memegang dokumen-dokumen penting yang baru ia temukan terkait asal-usul kalung tersebut. Kalung itu, yang dipegang Viscount Lanane dengan erat sebelum kematiannya, adalah kunci dari misteri yang lebih besar. Sekarang, dengan kematian mendadak sang Viscount, jalan untuk mengungkap semuanya semakin berliku.
Fabian lalu menatap tubuh penjaga yang terbaring dengan luka menganga, sayatan belati yang berhasil merobek organ vital dalam sekali serangan. Serangan yang berhasil merobohkan penjaga berbadan besar ini, berasal dari seseorang yang terlatih, seseorang yang terbiasa melenyapkan nyawa orang lain.
Kapten Fabian Meyer berdiri di ambang sel, napasnya berat, mencoba meredam kemarahan yang berkobar di dalam dirinya. Tatapannya beralih dari tubuh Viscount Lanane yang kaku ke penjaga yang terbaring di lantai, dengan luka yang begitu rapi dan dalam. Siapapun yang melakukan ini bukan hanya ahli dalam racun, tapi juga dalam pertarungan. Fabian merasakan perasaan yang mencampur aduk-kemarahan, frustrasi, dan kecurigaan yang semakin tebal.
"Ini bukan kebetulan," gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Pikirannya berputar cepat, menganalisis setiap petunjuk yang ada. Racun yang membunuh Viscount, luka mematikan di tubuh penjaga-semua dilakukan dengan sangat teliti dan terencana. Ini merupakan bagian dari rencana besar untuk menutupi rahasia kalung merah darah.
Siapa yang akan diuntungkan dari kematian Viscount? Dan siapa yang punya kemampuan, keberanian, serta sumber daya untuk menembus pengamanan seketat ini?
Fabian mengepalkan tangannya erat di sekitar dokumen yang ia bawa. Asal-usul kalung itu adalah petunjuk penting, tetapi sekarang dia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa nyawa demi nyawa telah melayang demi menjaga rahasia ini. Si pembunuh berada selangkah di depannya, dan itu membuatnya semakin geram.
Ia berlutut di samping tubuh Viscount, memperhatikan tanda-tanda terakhir kematian di wajahnya yang membiru. Ada sesuatu yang terlintas di pikirannya-ini bukan sekadar pembunuhan untuk menghentikan penyelidikan. Ini juga pesan. Pesan bahwa siapa pun yang berani mendekati kebenaran akan menerima nasib yang sama.
"Kita berurusan dengan seseorang yang memiliki pengaruh besar... atau mungkin ada kekuatan gelap yang terlibat," gumam Fabian lagi, pikirannya kembali pada detail racun yang digunakan. Erevan pasti sedang bekerja keras untuk menemukan jawabannya, dan Fabian tahu dia harus segera melaporkan perkembangan ini.
"Bawa tubuh Viscount Brooke pada Erevan Elden," ujar Fabian yang disusul dengan anggukan dan pergerakan dari para ksatria bawahannya.
Fabian melangkah keluar dari sel, pikirannya berputar dengan cepat. Langkah kaki penjaga yang tenang menggema di sepanjang lorong penjara, tetapi bagi Fabian, itu tak lebih dari latar belakang yang samar. Bagian penting dari penyelidikan hilang bersama kematian Lanane, namun informasi yang telah ia temukan tetap ada-kalung merah darah itu adalah peninggalan kuno keluarga Hilden, bukan milik keluarga Brooke.
Kematian Viscount ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang meracuninya, dan mengapa? Apakah itu untuk melindungi rahasia kalung atau ada konspirasi lebih besar di balik layar? Fabian tahu dia tak bisa tinggal diam. Duke Ares harus segera diberi tahu tentang perkembangan ini, karena racun yang menewaskan Lanane bisa jadi adalah bagian dari permainan yang lebih besar-permainan yang melibatkan kekuasaan, intrik, dan sihir kuno.
Kapten Fabian mempercepat langkahnya, meninggalkan penjara dengan satu tekad: menemukan siapa dalang di balik semua ini dan memastikan bahwa tidak ada lagi rahasia yang terkubur di balik kematian misterius Lanane. Kalung merah darah itu kini menjadi lebih dari sekadar harta kuno-itu adalah kunci dari sebuah konspirasi besar yang bisa mengguncang fondasi Duchy Utara.
Di laboratorium rahasia yang tersembunyi di salah satu sayap kastil, Erevan Elden, wanita maskulin yang merupakan seorang alkemis terbaik di Utara dan sekaligus kekasih dari Kapten Fabian Meyer, tengah memeriksa tubuh tak bernyawa Viscount Lanane Brooke. Pencahayaan redup dari lilin yang berkelip-kelip di ruangan itu menambah suasana tegang. Erevan, dengan ekspresi serius dan penuh konsentrasi, mengarahkan tatapannya pada bekas-bekas yang tertinggal di sekitar bibir dan kulit korban.
"Racun ini tidak biasa," gumamnya pelan, suaranya hampir seperti bisikan di tengah keheningan. Dia mengambil alat-alatnya dengan cekatan, mulai memeriksa tanda-tanda di tubuh Viscount. Setiap detil diperhatikan, setiap kemungkinan dianalisis. Erevan dikenal karena ketajamannya dalam menganalisis segala jenis racun, bahkan yang paling langka dan mematikan sekalipun. Namun, kali ini, dia berhadapan dengan sesuatu yang berbeda.
Fabian Meyer berdiri tak jauh darinya, matanya tak lepas dari setiap gerakan Erevan. Meskipun pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan misteri besar ini, keberadaan Erevan di sana membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Mereka sering bekerja bersama, mengungkap berbagai kejahatan yang penuh intrik. Tapi kasus ini, ada sesuatu yang terasa lebih kelam.
"Racun ini bukan hanya untuk membunuh cepat," ujar Erevan setelah beberapa saat. Dia menoleh ke arah Fabian, matanya berbinar dengan kesadaran baru. "Ini dibuat untuk memastikan kematian yang menyakitkan dan tidak terdeteksi dengan mudah. Pembunuhnya tahu apa yang ia lakukan."
"Apakah kau bisa melacak asal usul racunnya?" tanya Fabian, suaranya rendah namun penuh ketegangan.
Erevan mengangguk pelan, lalu dengan hati-hati mengangkat secuil sampel pada lidah Viscount Lanane. "Racun ini mengandung campuran elemen sihir kuno. Ini bukan racun biasa yang bisa ditemukan di pasar gelap. Aku butuh waktu untuk meneliti lebih dalam, tetapi aku punya firasat kuat ini bukan pekerjaan sembarangan. Racun ini berasal dari tangan yang sangat berpengalaman-mungkin seorang alkemis atau pengguna sihir gelap."
Fabian mengepalkan tangannya, matanya berkilat marah. "Ini berarti pembunuhnya tidak hanya ingin menutupi rahasia kalung merah darah, tetapi juga menggunakan metode yang begitu rapi dan terencana."
Erevan menghela napas, lalu meletakkan alatnya dan menatap tubuh Viscount Brooke sejenak, seolah merenungkan apa yang mungkin terjadi. "Kita harus bekerja cepat sebelum jejak-jejak ini menghilang. Jika benar ini sihir gelap, maka bisa jadi nyawa lain akan terancam."
Fabian mendekat, lalu dengan lembut menyentuh bahu Erevan. "Aku percaya padamu. Kau selalu menemukan jawaban, bahkan dalam kasus yang paling rumit."
Erevan menatap Fabian dengan lembut, senyuman kecil muncul di sudut bibirnya meski situasi di sekitarnya begitu mencekam. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Fabian. Aku akan mencari tahu siapa yang menciptakan racun ini dan mengapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomansaSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...