3. Plot twist

7 1 0
                                    


Hallaww, kita bertemu lagi, hehe. udah malam Minggu aja nih, seperti kata aku kemarin, Enjoy to this story and happy reading sengkuuuu

•••

Semilir angin menerpa wajah cantik nan tenang milik seorang gadis yang tengah duduk berdiam diri, ia tidak terganggu dengan orang-orang yang sedang berbicara didepannya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, ia hanyut dalam pikirannya sendiri. Lebih ke so mikir aja si.

"Jadi gimana, Sya? lo mau gak jadi bendahara, tar gue jadi sekretaris. Gue mau kalo lo juga mau," Jessie bertanya kepada gadis yang ada disebelahnya.

Dhea yang sudah duduk beberapa menit yang lalu dibangku yang ada didepan kelas menyusul Jessie yang sudah duluan disini tampak terusik oleh kalimat yang diucapkan Jessie beberapa detik yang lalu. Ia melihat ada gadis lain disebelah Jessie ia membaca name tag gadis itu, Dia-Elisya Nauzabella.

"Gue ogah jadi bendahara, tar gue khilaf terus gue korup gimana?" Elisya berkata demikian, Jessie yang mendapatkan jawaban seperti itu, lantas menoleh kearah Dhea yang juga sedang menyimak percakapan mereka.

"Lo, Dhey? gimana mau gak jadi bendahara? ayo lah temenin gue biar gue ada temennya," Jessie memegang tangan Dhea memohon agar Dhea ingin menjadi bendahara dan ia menjadi sekretaris.

"Skip, gak minat gue! kalo mau jadi ketua kelas bisa dibicarakan, sih," jawab Dhea ketus lantas membuang muka ke arah lain.

"Dahlahh pada gak mau! Ya, lo sendiri lagian, kalo mau jadi ketua kelas ya ngajuin diri lah tadi," Jessie merasa kesal lantaran Dhea dan Elisya tidak mau menjadi bendahara dan jadi partner-nya di kelas sebagai perangkat kelas.

"Eh, by the way, Dhey. Ini kenalin namanya Elisya temen gue," Jessie lupa sedari tadi ia belum memperkenalkan kedua teman barunya ini satu sama lain. Dhea yang mendengar itu menoleh kearah Jessie dan Elisya yang sudah mengulurkan tangannya.

Dhea menyambut jabat tangan Elisya dengan tersenyum tipis.

"Gue Dhea, lo bisa panggil gue, Dhey" ucap Dhea, Elisya mengangguk dan tersenyum. Sepasang bulu mata yang lentik itu ikut membentuk lengkungan senyum yang manis.

"Jadi gimana nih? diantara lo berdua beneran gak ada yang mau jadi bendahara? sakit banget atii akuuhh, hiks" Jessie pura-pura merajuk dan menutup wajahnya bak anak kecil yang tengah merajuk ke ibunya.

"Gue si enggak, gak tau Elisya. Kayaknya dia mau tapi malu gitu," jawab Dhea, ia menatap Elisya yang sedari tadi ia sadari bahwa Elisya sangat tidak fokus dan tidak bisa mengontrol perasaan.

"Ayo lah, Sya. Lo mau, ya? please!" Jessie memohon dan memasang puppy eyes. Gemaasshhhhh!

"E-eh? jangan nangis dong, Jess. Aduh! Iya-iya gue mau, cup-cup" Elisya yang nampaknya sudah mengenal Jessie lebih lama dari pada Dhea mengerti sekali jika kehendak Jessie tidak dituruti akan terjadi hal-hal yang diluar nalar.

Dhea yang melihat dan memperhatikan kedua sahabat itu, tertawa. Melihat wajah Elisya yang seketika panik karena membuat Jessie hampir menangis sangat lucu.

"Cengeng banget sih jadi cewek" ujar Dhea menahan tawa, karena takut dimarahin Jessie. Jessie memberikan bombastis side eye kepada Dhea, Dhea yang ditatap pura-pura nda tahu.

Metamorfosis Sempurna [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang