"Gemintang tak menjanjikan jikalau Ia akan selalu membentangkan cahaya, andaikan hirap pun karena sekat. Tandanya sporadis sebagai sifat, tiada melebur keberadaannya."
────
Manusia sejatinya hanyalah seonggok daging merah yang kemudian diberi nyawa oleh Sang Pencipta. Oleh sebab itu, manusia juga tempatnya salah dan dosa. Dosa akan menyumbat darah jika kesalahan mulai tercipta, namun bukan manusia jika tidak mengulang untuk kedua kalinya, walaupun kesempata berada di depan mata.
Hari ini, suasana Aula Tianji cukup ricuh, penyebab utamanya adalah sang Pangeran yang meninggalkan tempatnya. Ia masih berada di dalam pengawasan kedua orang tuanya, tentu saja mereka khawatir, tentang anak semata wayangnya itu.
"Apa kalian sudah menyisir seluruh area hutan?"
"Kami sudah menyisir seluruh area hutan, bahkan sampai hutan belantara pesisir danau Shin Quan." Salah satu dari kelima prajurit bertameng besi menjawab pertanyaan dari ketua mereka.
"Baiklah, silahkan kembali pada tugas kalian masing-masing. Untuk masalah putraku, aku yang akan mengatasinya." Wanita paruh baya dengan paras menawan memungkas keraguan prajuritnya.
Tanpa bertele-tele, mereka meninggalkan sang ketua dengan rasa yang tak pasti juga.
Seorang ibu tentu saja khawatir, jika anaknya berada di luar jangkauan, naluri ibu mana yang bisa dibohongi? Kesetiaan pada sang anak, terbukti kala 9 bulan dalam kandungan.
Gelisah, khawatir, ragu, bimbang, takut, semuanya saling bertumpang tindih dalam relung pikiran wanita tersebut.
────────
"Sejak kapan kau menerima pria lemah ini sebagai muridmu, Lianhua?"
Mata teduh dengan hanfu putih nan suci hanya bergeming, tak berniat menjawab. Sebab suara nyaring lebih dulu menjawab.
"Pria lemah? Siapa yang kau sebut pria lemah, orang tua? Aku bisa saja menebas kepalamu itu sekarang jug!" Hardiknya.
"Oh? Benarkah? Bahkan pedangmu saja bisa aku patahkan sebelum kau ayunkan."
"Orang tua sialan!"
Tangan yang menggenggam pedang diayunkan ke atas, bersiap menyerang pria berbaju merah matang di depannya. Pertikaian tak terelakkan, suara dentikan pedang beradu menjadi satu dengan pukulan yang dilayangkan.
Kegaduhan yang diciptakan oleh Fang Xiaobao dan Di Feisheng cukup memberikan kerusakan di sekitar area villa Teratai Li Lianhua. Daging panas, sayuran, gandum, beserta minuman yang berada di atas meja, raib begitu saja, berserakan di lantai yang sebelumnya bersih.
Kerusakan tak terjadi di dalam saja, mereka berdua justru semakin merunyamkan keadaan dengan merusak tanaman milik Li Lianhua, bahkan hampir saja kelinci kecil yang baru menginjakkan telapaknya di villa Li Lianhua, mati mengenaskan dengan sabetan pedang Fang Xiaobao jika tidak segera diambil oleh Li Lianhua.
Atensi sepenuhnya mengarah pada kedua atma yang seakan mengidahkan keberadaannya, berpikir ini adalah hamparan tandus tanpa kehidupan yang cocok untuk dijadikan tempat perkalahian.
Srett!!
"Akhh!"
Keduanya memekik ringan, namun suara Fang Xiaobao yang mendominasi. Duri kecil dari bunga peony yang sengaja dilemparkan oleh Li lianhua pada kedua pendosa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4 : ✔️] 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐲𝐮𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐚𝐭𝐚𝐢 - 紫蓮花 - 〚 BL 〛
Fantasy© Manggierea (or Hydrangea) ──; 紫蓮花 - Zǐ liánhuā - Lembayung Teratai ;── "Daun tidak pernah membenci angin, sekalipun angin seringkali menjatuhkannya. Perkara rasa yang muncul ketika tengah gulita, menyibakkan segala lara, menggantikan dengan aluna...