Tinta Darah : Ritual Pembalik

400 12 1
                                    

Malam itu aku dan Randi memutuskan untuk bertemu dengan Suci di cafe sekitar rumah Randi. Dia menjelaskan kalau rumahnya baru saja terjadi perampokan dengan waktu yang sama dengan perampokan dirumahku. Tidak ada barang yang hilang tapi di kaca rias kamarnya tertulis 'sekali hamba akan terus menjadi hamba' . Suci menangis setelah mengetahui kejadian itu . Dia seolahbterikat kontrak dengan Albira. Disini akupun menceritakan kalau Diaz juga bertingkah aneh karena mengatakan dia ingat dengan apa yang terjadi antara aku dan mereka.

"Menurut gua ini hal yang ganjil karena seharusnya orang yang namanya menjadi target itu ga akan inget dengan semua kejadian yang tertulis di buku," Jelas Suci

"Betul itu tertulis di buku, ditambah kita dapat fakta Diaz ingat akan hal itu. Apa dia ? Ga mungkin." Terka Randi yang bingung

"Ga mungkin kenapa ?" Tanya ku Heran

"Lu inget kan ada kejanggalan yang sama dengan perampokan yang terjadi di rumah gua dan rumah lu Brian,"

"Ya mereka mencari buku ini dan ga ambil apapun, terus kejadian di jam yang sama kalau di cctv gua itu 4.50 PM dan di CCTV lu 4.55 PM. Menurut gua ini bukan satu orang karena jarak rumah gua dan rumah lu kalau di tempuh sekitar 50 menit."

"Apa Diaz masih dalam pengaruh Loren," Fikir Randi.

"Bisa jadi, tapi kenapa cuma rumah Randi yang belum di periksa ?," tanya suci menelisik

"Mungkin karena mereka taunya cuman kita berdua yang kemungkinan akan nyimpen buku itu ?"

"Lu emangnya dimana ci saat rumah lu dirampok ?," Randi bertanya dengan nada curiga kepada Suci mau bagaimanapun Randi bukan anak yang mudah percaya.

"Gua kerja kelompok dirumah Zara, ortu gua kerja dan gua anak semata wayang juga ga punya pembantu " Jawab Suci mencoba menjelaskan kecurigaan Randi yang tak berdasar. Jelas Randi juga tau kalau ada Tugas kerja kelompok.

"Gua rasa kita harus hentikan ini, kasian teman-teman kita karena ternyata masih di pengaruhin sama Albira." Usul ku melihat ke Randi yang kesal melihat ku perduli dengan orang lain.

"Brian lu inget kan apa yang dilakuin Loren sebelum kita mencoba kabur ?," Tanya Suci kepada ku

"Iya gua inget dia nulis sesuatu di buku itu dan ga selesai."

"Nah coba kamu cek," Randi langsung melihat ke tas ku.

Akupun mengeluarkan buku lusuh yang kubungkus dan penuh dengan tanah itu.

"Gua ga bisa ngebaca ini walau bertuliskan bahasa indonesia. Ini ga senonoh dan jauh melampaui batas,"

*notes : beribu maaf kepada para readers ini adalah bagian yang ga pantas buat saya sendiri menuliskannya dan biarkan menjadi mistery

Serempak mereka melihat dan membacanya dan melotot dengan tulisan Albira.

"Albira Biadab gua bakar dia kalo ketemu gua," Randi Geram 

"Jadi ini maksud dia ritual keabadianya," Berbeda dengan Randi Suci menatap nanar tulisan itu memucat.

"By the way, ada yang aneh dibuku ini. Kalau gua liat ada beberapa lembar kertas yang hilang di buku ini." Ucap ku setelah memperhatikan buku itu bolak-balik

"Apa itu dirobek Albira pas lu rebut bukunya," Suci menerawang "Oh ya sebelum gua kesini gua ada pinjem beberapa buku aneh di perpus,"

Suci mengeluarkan beberapa buku itu kepada kami. Buku itu diantaranya adalah buku-buku yang sudah pernah kubaca diperpus tapi satu buku yang kulihat asing. Buku bertuliskan 'Perang Suci melawan Iblis'. Kami semua membacanya dengan seksama dan menemukan sebuah petunjuk untuk mengakhiri ini semua.

Horny NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang