💎 || 25

2.5K 52 3
                                    

"Nona."

Nazia membuka mata. Sejam yang lalu ia tertidur di pundak Cloi. Matanya memandang dua orang pria yang terpaut usia sangat jauh.

"Tuan Muda kehilangan banyak darah, tapi tenang saja, stok darah yang sama dengan golongan darah Tuan Muda banyak tersedia di rumah sakit ini, karena kami sangat mengutamakan hal itu." Si dokter berusia 54 tahun itu bersuara. "Kondisi beliau masih tidak sadarkan diri kurang lebih tiga sampai empat jam ke depan. Saya permisi." Dokter itu segera berjalan duluan diikuti Reyzan yang berjalan di belakangnya.

"Tuan Muda tidak apa-apa, Nona." Pria itu mengulum senyum memandang wajah Nazia yang terlihat begitu cemas. "Tadi dia terus bergumam nama anda, maka dari itu, jangan tinggalkan dia lagi." Reyzan lalu melihat ke arah Cloi sebelum benar-benar pergi mengikuti langkah dokter seniornya itu.

Nazia lantas berjalan masuk ke ruangan. Langkah yang gemetar dan yakin menghampiri seorang pria dengan balutan baju pasien berwarna putih gading.

Nazia memandang wajah tampan yang begitu tenang tersebut. Ia mengelus dahi Reinand seraya menarik senyum tipis.

"Nona, apa anda membutuhkan pakaian? Saya akan mengambilkannya." Cloi bersuara setelah puas melihat keadaan Reinand yang lebih baik dari sebelumnya.

Mata Nazia terbuka setelah mengingat tujuan utamanya ke sini. Gadis itu lantas ingin beranjak, namun dirinya berhenti. Nazia sekali lagi melihat ke arah sang suami. Setelah memanggil dokter dan mengantar dokter ke rumah, Nazia tau pasti ia sudah tidak bisa lagi menemui Reinand. Alian akan melarangnya keluar.

"Cloi, jaga Tuan Muda."

"Nona akan ke mana?" Dahi Cloi mengernyit. "Setelah sadar nanti Tuan Muda akan mencari anda, Nona," peringat Cloi menyentuh lengan Nazia.

Nazia tertegun. Matanya kembali memanas menatap wajah damai Reinand. Tangannya kembali terulur menyentuh pipi Reinand. Nazia merendahkan badannya, lalu mendaratkan satu kecupan lama di kening sang suami. Ia tersenyum tipis sekali lagi. "Aku harus pergi. Jaga dia. Setelah dia sadar nanti, katakan padanya untuk jangan mencariku. Jika dia nekat melakukan hal itu, maka aku akan sangat membencinya." Nazia langsung berbalik dan berjalan cepat keluar. Ia mengabaikan seruan Cloi padanya.

Nazia kembali menyetir mobil setelah memanggil salah satu dokter dan suster dari rumah sakit ini. Wajahnya terlihat lelah. Tenaganya ia habiskan hanya untuk menangis seharian.

Puluhan menit menyetir, mobil itu akhirnya terparkir di depan rumah bercat putih. Nazia keluar dari mobil lalu menuntun kedua orang dengan lawan jenis berbeda itu memasuki ruangan. Hingga sampai di ruangan di mana Arinda berada.

Wanita paruh baya itu sudah bangun sejak tadi. Ia terus saja bergelayut manja pada Alian.

Alian menoleh pada Nazia dan berjalan mendekat. "Beristirahatlah. Aku akan menangani ini," ujar Alian mengusap kepala Nazia.

Gadis itu menggeleng tak mau. "Aku ingin mengetahui kondisi Ibu, Kak."

"Pergilah, Nazia. Kau tampak sangat lelah." Alian tidak mau kalah. Nazia sekali lagi ingin menolak namun tatapan Alian padanya membuatnya segera menurut. "Pergilah."

Nazia berjalan pelan keluar kamar sang ibunda. Ia lalu menuju ruangan di mana pernah ia tempati tempo hari. Gadis itu membuka lemari melihat pakaian yang bisa ia gunakan. Setelah memilah, Nazia segera berjalan ke kamar mandi guna membersihkan diri.

03.12

Matanya memandang langit-langit kamar yang bernuansa biru muda. Nazia tidak bisa tidur jika belum mendengar kabar Reinand. Padahal sebelumnya gadis itu sudah yakin untuk tidak terlibat apapun dengan Reinand selama waktu tertentu. Namun, tetap saja pikirannya tak bisa diajak kerjasama.

REINANDOUZS (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang