Lantas?

40 13 4
                                    

Di dalam ruangan bernuansa biru putih dengan ukuran 5x4 meter persegi itu, seorang gadis tengah duduk di atas ranjang sembari menatap jauh ke arah jendela yang terbuka. Dengan tatapan kosong dan tak dapat di artikan itu sudah menjelaskan bahwa dirinya kini tengah sibuk berkutat dengan berbagai pertanyaan yang muncul di dalam benaknya. Sesekali ia membuka dan menutup matanya berharap bisa berpikir jernih dan setelahnya ia menghembuskan napas panjang, lalu bergumam kecil,

"17 tahun gue hidup! Dan ternyata masih banyak teka-teki yang masih belum bisa gue pecahin?!"

"Besok bakalan lebih bagus ga ya?"

"Gimana caranya biar pintar layaknya Nicola Tesla kedua?"

"Pengen bahagiain dan buat ayah, bunda, kakek, nenek, saudari, dan adek-adek bangga sama gue ... bisa ga, ya?"

"Cita-cita gue bakalan kesampean ga ya?"

"Capek ya?"

"Jangan senyum mulu. Kalau sakit, bilang, ya?"

"Dia mendem rasa juga sama gue apa ga sih?!"

"Dia sekarang di mana ya?"

"Kira-kira, dia masih inget gue atau ga ya?"

"Cih, jangan bodoh, Nileansya Andhira."

"Ngomong sama siapa lo?"

Sebuah suara yang menggema di ruangan itu menginterupsi pendengarannya dan membuat lamunannya buyar seketika.

"Eumm ... itu, anu," gadis itu membalikkan badannya menuju sumber suara dan dirinya hanya mengusap kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum kikuk.

"Itu anu itu anu, BELAJAR! Jangan cowo dulu. Klo lo sukses, terserah lo deh pilih cowo yang modelan apa." sela seseorang yang baru saja masuk dan dengan santainya mendudukkan tubuhnya di kursi belajar, lalu memulai membuka buku pelajarannya.

Gadis itu hanya merotasikan bola matanya malas mendengar ucapan saudarinya itu, alih-alih merespon perkataannya barusan, dirinya justru bertanya, "Klo masuk, bisa ketuk pintu dulu ga si?"

"Gue peduli apa?"

Naliansya Andhira dan Nileansya Andhira, mereka merupakan saudari kembar dari pasangan yang bernama Zufar Hardiyata dan Lastri Amalthea. Mereka juga mempunyai adik laki-laki yang bernama Rafandra Oktaviano dan adik perempuan yang bernama Shaira Zenata. Usia dari ke-empat saudara itu memang terpaut cukup jauh, di mana si kembar saat ini berusia 17 tahun, sementara adiknya Rafandra saat ini berusia 14 tahun dan Shaira yang kini berusia 2 tahun. Namun, umur hanyalah angka bukan? Hal itu tidak membuat hubungan persaudaraan antara mereka renggang hanya karena usia saja.

Mendengar balasan dari saudari kembarnya itu, Nileansya hanya menekan bibir bawahnya ke dalam, seolah mencoba untuk menahan kata-kata yang ingin keluar. Dirinya bangkit dari kasurnya dan berjalan perlahan menghampiri sang kakak.

"Nal.."

"Hm,"

"Nal.."

"Hm,"

"Nal.."

Naliansya memberikan bombastic side eye kepada Nileansya pertanda ia kesal terhadap saudarinya itu karena hanya berulang kali memanggilnya sedari tadi. Sementara yang ditatap hanya cengengesan sambil menepuk pundak saudarinya itu pelan.

"Ngomong, atau gue banting?"

"Cielah, galak bener neng,"

"Satu, dua, ti ...."

"GA!"

Naliansya pun berdiri dari duduknya dan memasang kuda-kudanya untuk berniat membuktikan perkataannya tadi.

"EH EHH.. APA-APAAN NI?! SLOWW SISTERRRR!"

Naliansya hanya bisa menghela napas gusar. Adiknya ini selalu saja menganggap candaannya itu merupakan hal yang serius, begitu pun dengan sebaliknya.

"Buruan ngomong. Sebelum gue berubah pikiran." ujar Naliansya seraya bersedekap dada dan siap mendengarkan perkataan saudari kembarnya itu.

"Hmm, jadi gini ... kira-kira ...,"

Naliansya senantiasa menunggu dengan sabar dan berusaha meredam emosinya yang tengah memuncak saat ini. Melihat wajah sang kakak yang datar dan tanpa ekspresi itu, Nileansya pun menggoda Naliansya dengan menaik-naikkan alisnya diikuti senyuman nakal sebelum ia menyambung perkataannya barusan.

"DIA SUKA GUE BALIK GA YA?"

Desir angin yang tiba-tiba terdengar lebih keras, seolah mengingatkan akan adanya badai yang segera datang. Nileansya yang tahu bahwa dirinya kini tengah berada di dalam situasi yang tidak aman, bak banteng yang kapan saja siap untuk menanduk siapa pun yang dilihatnya, segera memasang kuda-kudanya dan ....

"RUN!"

Ia lari terbirit-birit menuju pintu dan segera keluar meninggalkan Naliansya seorang diri di kamar itu. Sementara, Naliansya hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku saudarinya.

"Jangan bodoh, Nileansya ...." desis Naliansya sembari mendudukkan dirinya kembali di kursi belajar, lalu melanjutkan belajarnya yang tertunda tanpa niat untuk mengejar Nileansya yang kini telah lari entah ke mana.

---oOo---

Biar singkat, asal terpikat😻☝🏻

Kira-kira, siapa si 'Dia' yang dimaksud?

Terima kasih banyak udah mampir dan menyempatkan diri untuk membaca..

Jangan lupa follow, vote, comment, and share yaa! Biar semangat nih nulisnya.. hehe

Btw, kamu dari mana? Kenapa bisa sampai nyasar ke sini?

SAD END OR HAPPY END?

Spam 'NEXT'

Life and Death (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang