Bab 08- Undangan Birthday

712 85 8
                                    

Suasana pagi hari ini sangat cerah, seperti hati dari Dinda. Tentu saja karna dirinya akan bertemu dengan sang pujaan hati. Siapa lagi jika bukan Sasa.

Seperti biasa Dinda akan menjemput Sasa sebelum mereka berangkat ke sekolah, mobil yang Dinda kendarai kini sudah masuk ke area rumah Sasa. Dapat Dinda lihat bahwa Sasa baru saja keluar dari rumahnya.

Dinda membunyikan klakson mobilnya yang membuat Sasa terkejut. Menoleh ke belakang setelah menutup pagar rumahnya, dan mendapati wajah Dinda yang tengah tersenyum itu di dalam mobil dengan kaca yang telah dibuka.

"Ck ngagetin gue aja lo Din," ucap Sasa, yang mulai berjalan untuk masuk ke dalam mobil Dinda.

"Yang penting kan tepat waktu gue jemput lo-nya," balas Dinda, dengan senyuman konyolnya.

"Hmm iya-iya, yaudah buruan kita berangkat ke sekolah. Nanti telat kalo lama," ucap Sasa, Dinda menurut dan menjalankan mobilnya menuju ke sekolah.

Selama perjalan menuju sekolah, tidak ada percakapan di antara keduanya. Baik Dinda dan Sasa tidak ada yang mau membuka suaranya.

"Tumben lo tepat waktu pas jemput gue?" tanya Sasa tiba-tiba yang kini mulai memecah keheningan yang ada di dalam mobil.

"Iya, soalnya gak ada urusan di rumah. Jadi gue bisa jemput lo tepat waktu," balas Dinda, yang tanpa menoleh ke arahnya. Sasa hanya menganggukkan kepalanya.

"Udah sarapan?" tanya Dinda, dengan tatapan masih fokus pada jalanan.

"Udah kok. Lo sendiri udah sarapan belum?" tanya balik Sasa, Dinda hanya mengangguk saja.

Tanpa sadar kini mobil yang dikendarai oleh Dinda telah memasuki area sekolah. Dinda segera memarkirkan mobilnya dan keluar dari dalam mobil. Diikuti oleh Sasa.

Berjalan beriringan menuju kelas, tentu saja dengan diiringi candaan dari Sasa, yang membuat Dinda tertawa. Atau lebih tepatnya keduanya juga tertawa.

Keduanya kini telah sampai di dalam kelas, berjalan pelan menuju tempat duduk masing-masing. Tak lama Dinda dan Sasa duduk, salah satu teman kelas mereka yang kemaren tidak berangkat kini telah berangkat ke sekolah.

Dinda dapat melihat jika ia kini sedang berjalan pelan menuju tempat duduknya.

"Kemaren lo gak berangkat karena apa Tha?" tanya teman yang duduk di belakang Agatha.

"Gue kemaren gak berangkat tuh karena ada acara keluarga. Bukannya Papa gue udah buat surat izin ya Sa?" tanya Agatha, menatap ke arah Sasa

"Iya, Papa lo ngasih surat izin kok. Tuh di meja masih ada surat lo," balas Sasa, dengan menunjuk surat yang masih ada di atas meja guru tersebut

"Anjir lah Tha enak banget lo kemaren gak berangkat sumpah." ujar teman Agatha yang duduk di belakangnya, membuat Agatha segera menatap temannya itu.

"Emangnya kemaren ada apa Din?" tanya Agatha, dengan menatap ke arah Dinda.

"Nih ya kemaren itu-"

Ucapan Dinda terpotong kala bel masuk telah berbunyi. Dinda pun memajukan bibirnya beberapa senti, ia merasa kesal karena ucapannya harus terhenti.

"Udah gak papa nanti aja pas istrahat lo ceritanya." ucap Agatha yang diangguki Dinda.

Setelahnya seorang guru paruh baya memasuki kelas yang menandakan proses belajar mengajar akan segera dimulai.

Selama pembelajaran dimulai, Dinda tidak fokus pada guru yang sedang menjelaskan materi. Dirinya hanya fokus kepada Sasa yang terlihat sedang bercanda bersama Agatha.

"Kok gue cemburu ya liat Sasa ketawa bareng Agatha? Masa iya gue cemburu sama temen sendiri? Agatha juga gak mungkin suka sama Sasa," ucap Dinda, dalam hati.

DISA (DINDA&SASA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang