Bab 12- Saingan Bara?

618 67 5
                                    

Hari minggu telah berlalu, kini saatnya hari yang sangat dibenci oleh banyak murid pun telah tiba. Ya, hari senin, hari yang sangat menjengkelkan bagi para pelajar. Karna harus bangun pagi, harus juga melakukan upacara. Mending jika membawa topi dan dasi tapi jika tidak? Pasti akan mendapatkan hukuman.

Sasa kini tengah menatap dirinya dari pantulan kaca di depannya, setelah dirasa sudah rapi. Sasa mengambil ponsel miliknya dan mendapatkan notifikasi dari Dinda. Ahh sepertinya jika Dinda hari ini tidak bisa menjemput dirinya, pasti Dinda pergi bersama dengan kekasihnya itu.

Sasa membuka roomchatnya dan mengirim pesan kepada Dika untuk menjemputnya. Untung saja ia mempunyai kontak dari ketua Futsal di sekolahnya. Selain ketua Futsal, Dika juga laki-laki yang tampan.

Berjalan keluar dari kamarnya, Sasa berjalan kembali menuju ke depan rumahnya, menunggu Dika datang untuk menjemput dirinya. 15 belas menit Sasa menunggu, kini sebuah motor berhenti di depannya. Membuka helmetnya dan tersenyum saat melihat Sasa yang tengah menunggunya.

"Selamat pagi cantik," ucapnya ketika melihat Sasa di depan.

Sasa yang mendengar panggilan yang Dika ucapkan segera memalingkan wajahnya, dan jangan lupakan kedua pipinya yang memerah.

"Ciee salting, haha," Dika berucap sembari sedikit tertawa.

"Ah udahlah, yuk berangkat nanti telat," ucapnya dengan mengambil helmet dari tangan Dika.

Tawa Dika semakin keras saat melihat Sasa yang salah tingkah itu. Memaki helmetnya kembali dan menjalankan motornya kala dirinya merasa bahwa Sasa sudah naik atas motornya.

Dika menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, Sasa hanya memagang jaket yang dikenakan oleh Dika. Namun, Dika segera membawa tangan Sasa untuk memeluknya, membuat pipi Sasa semakin memerah dibuatnya.

"Peluk aja gak papa, takutnya nanti jatoh kalo gak peluk," ucap Dika, dengan sedikit menambah kecepatan motornya.

Sasa segera mengeratkan pelukannya dan menyandarkan wajahnya pada punggung Dika.

Motor Dika kini memasuki area sekolahan, tentunya banyak pasang mata yang menatap ke arah motor Dika. Apalagi dengan Sasa yang memeluk tubuh dari lelaki itu.

Dika memarkirkan motornya tepat di samping motor Bara, Bara dan Dinda tentu juga melihat kedatangan keduanya. Dinda mengeraskan rahangnya kala melihat Sasa yang memeluk Dika begitu erat.

Tidak, tidak boleh, Sasa hanya miliknya seorang. Tidak boleh ada yang memilikinya selain Dinda. Bara yang melihat perubahan wajah dari Dinda mengertukan keningnya. Namun setelahnya ia segera tersenyum miring kala tau alasan perubahan ekspresi wajah Dinda.

Dinda berjalan dengan cepat menuju Sasa dan juga Dika berada, rasanya Dinda ingin sekali memukul wajah dari Dika sekarang. Menarik tangan Sasa secara paksa, membuat helmet yang ada di tangan Sasa terjatuh ke bawah.

"Dinda lo apa-apaan sih? Lepasin tangan gue," ucapnya, dengan mencoba melepaskan tangan Dinda darinya.

Dinda tidak menghiraukan ucapan Sasa, masih dengan manarik Sasa membawanya pergi dari hadapan Dika.

Bara yang melihat kecemburuan dari Dinda tertawa dengan pelan. Apakah perempuan yang Dinda sukai adalah Sasa?

"Saingan gue bukan cowok, tapi malah cewek," ucap Bara, yang masih memandang tubuh Dinda dan juga Sasa dari kejauhan.

"Dinda, gue bilang lepasin tangan gue! Ini sakit," ucap Sasa, yang masih mencoba memberontak.

Dinda segera melepaskan genggaman tanganya dari Sasa, saat mendengar Sasa yang mengatakan sakit pada pergelangan tangannya. Menatap Sasa dengan tatapan tajam miliknya.

DISA (DINDA&SASA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang