bab 4

1 1 0
                                    


Tandai jika ada typo

Saat ini syifa sudah berada di dalam rumah tepatnya di ruang tamu,syifa lantas melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua dengan langkah yang pelan. Namun baru pada pijakan tangga pertama, suara bariton ayahnya mengintrupsi dirinya. Ia lantas mendongak melihat ke atas, di atas sana terlihat ayahnya berkacak pinggang menatap dirinya tajam.

"DARIMANA KAMU HAH!!! BAGUS YA KAMU UDAH BERANI PULANG TELAT SAMA COWOK LAGI,MAU JADI APA KAMU HAH!!!DASAR ANAK SIALAN" teriak abrisam lalu menjewer telinga syifa.

"s--ssakit ayah, maafin syifa" ringis syifa menahan perih di telinganya, ia yakin pasti telinganya sudah memerah saat ini.

Setelah membawa syifa naik, abrisam lantas melepaskan jeweran di telinga abrisam lalu menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu. Baru akan bernapas lega, syifa kembali menahan napasnya ketika melihat ayahnya yang kembali dengan membawa sebuah  alat cambuk yang berada di tangan kanannya. Ayahnya tersebut mendatangi syifa yang tengah takut itu dengan aura yang menyeramkan.

Tanpa ampun, abrisam mulai mengayunkan cambuk yang di pegangnya ke punggung syifa, sedangkan syifa memejamkan matanya menahan rasa sakit yang di akibatkan oleh alat cambuk tersebut.

Ctas

"sshh, s-ssakit a--ayah" ringis syifa menahan perih yang berasal dari punggungnya

Ctass

Ctass

Tanpa mendengarkan ringisan yang keluar dari mulut putrinya,abrisam malah semakin menjadi jadi dengan alat cambuk tersebut. Selama kurang lebih 10 menit, sebanyak 10 kali cambukan sudah dilayangkan abrisam ke punggung putrinya bahkan punggung putrinya itu sudah mengeluarkan darah. Baru akan melayangkan cambukan yang ke 11 kali, sebuah suara dari arah belakang abrisam membuat gerakan abrisam itu terhenti.

"APA-APAAN KAMU ABRISAM!!! KAMU MAU BUNUH CUCU SAYA, HAH!! " teriak nenek asya dengan muka yang memerah menahan amarah. Sebenarnya tadi sebelum kesini, nenek asya sempat menelpon ke nomor handphone milik syifa namun tak diangkat oleh pemiliknya. Karena merasa khawatir dengan keadaan cucunya, nenek asya pun meminta sopir pribadinya untuk mengantarkan ke rumah abrisam dan benar saja tentang ke khawatiran dirinya tentang cucunya itu, ia melihat dengan matanya sendiri bahwa anaknya itu tengah menganiaya cucu kesayangannya dengan alat cambuk. Sungguh, perih sekali melihat syifa dengan muka yang menahan sakit tapi berusaha tersenyum kepadanya.

"sayang, maafin nenek karena telat nolongin kamu. Sekarang kita ke rumah sakit ya?. " ajak nenek asya sambil membantu syifa berdiri.

"n--nnek, s--syifa gapapa.syifa ga mau ke rumah sakit,nenek aja yang ngobatin luka yang di punggung syifa. Mau kan nek?" tanya syifa

"iya iya, nenek yang ngobatin. Sekarang kamu ke kamar sendiri bisa kan?nenek mau ngomong sesuatu ke ayah kamu, hm? " tanya nenek asya

"bisa nek, yaudah syifa ke kamar duluan ya nek" kata syifa lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Setelah memastikan  bahwa syifa sudah memasuki kamarnya, nenek asya lantas berbalik menatap putranya itu dengan tatapan nyalang.

Plak

Plak

Plak

ASYIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang