"Bi, mau mie ayam satu!" Laki-laki ber-nametag Gabby Florence itu sedikit berteriak karena keadaan memang sedang ramai.
"Oke, tunggu ya!" Balas bibi kantin.
Sembari menunggu, Gabby memilih untuk memainkan ponselnya disalah satu bangku kosong.
Srkk...
Bunyi decitan lantai menjadi pendengaran asing yang Gabby tangkap, dia mengalihkan tatapannya, dan melihat kesamping.
"Ngapain lo disini?" Ketusnya. Menatap perempuan bermata teduh itu tidak bersahabat.
"Mau makan lah," Gabby menggeram mendengar jawaban perempuan yang sedang meletakkan sebuah mangkuk dimeja.
Tetapi dirinya lebih memilih diam, dan kembali kepada aktifitas pertamanya; bermain ponsel.
"Gabby," panggilan itu keluar dengan pelan.
Gabby masih sibuk menggulir layar persegi panjang tersebut tanpa mempedulikan seseorang disampingnya.
Merasa diabaikan, perempuan itu tanpa permisi memajukan kepalanya, 'tuk sekedar melihat apa yang Gabby lakukan sampai-sampai terlihat sangat fokus dengan benda mati itu.
"Lo suka banget ya sama Lia?" Pertanyaan yang terdengar agak kecewa mengalihkan atensi cowo pemilik wajah tampan yang sialnya terpatri kecantikan juga.
"Bukan urusan lo," ucapan sinis itu menghunus kedalam jantung perempuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Liu.
"Urusan gue dong, kan dimasa depan nanti kita bakal jadi jodoh," dengan percaya dirinya perempuan itu berkata, dia yakin.
"Dalam mimpi."
"Mimpi yang bakal jadi nyata, kan?"
Sial, kenapa ada saja jawaban yang perempuan itu berikan.
Dia tidak dapat menjawab, bukan tidak dapat tetapi tidak ada kuasa.
Hening seketika sampai seseorang datang membawakan nampan.
"Permisi, mau nganterin mie ayam punya kak Gabby," perempuan yang umurnya kisaran 15 tahunan itu berujar ramah, Gabby menyambut.
"Oh iya, makasih ya Raya," ucap Gabby memberikan senyuman kecil, Raya si anak ibu kantin mengangguk seraya meminta izin untuk kembali mengantarkan pesanan yang lain.
"Sama orang lain aja sopan ngomongnya, kenapa sama gue kayak boom," sindir Liu tatkala anak ibu kantin melenggang pergi.
Gabby mendengus kecil mendengarnya, lagipula untuk apa ia sopan dengan makhluk aneh macam Liu.
"Dih, suka-suka gue lah!" Tuh kan, baru juga dibilang. Kadang Liu heran deh, sebenernya Gabby tuh manusia apa gas sih.
"Jangan marah-marah mulu, nanti cantiknya luntur."
'Cantik' satu kata yang membuat Gabby hampir tersedak ketika ingin menelan mie miliknya. Baru kali ini dia mendapat pengakuan seperti itu selain dari mami nya.
"Sialan, gue cowo ya bangsat!" Sarkas Gabby, jelas dia tidak terima. Orang mukanya ganteng melebihi artis korea kok...
Narsis banget anaknya papi Lio...
"Loh? Kan cantik universal, cowo juga bisa cantik. Lo ga liat artis Thailand? Banyak noh yang cantik, badannya ideal pula kayak gitar spanyol," tidak tau lintasan, perempuan itu berucap enteng, saking entengnya sampai tidak menyadari perubahan wajah laki-laki disebelahnya.
"Sial, jadi lo samain gue sama artis Thailand?!" Tangkap Gabby yang merasa dirinya disamakan.
"Ya ga gitu lah, tapi, ah gatau. Pokoknya lo tuh manis."
Hah? Engga lagi ngelindur kan?
Gabby mengerjapkan matanya beberapa kali. "Apaan sih? Gaje," Gabby enggan tuk melihat wajah Liu, anak itu lebih memilih untuk mengaduk mie ayam miliknya.
Mie nya ia gulung menggunakan garpu, lalu dimasukkan kedalam mulutnya. Bisa Gabby rasakan, rasa saus pedas yang menyatu dengan lidahnya. Matanya tertutup pelan, menghayati sesuatu.
Dan gerak-gerik yang Gabby lakukan tidak luput dari pandangan Liu, wanita itu menopang dagu, tatapannya lembut menyiratkan akan rasa cinta yang tak terbendung.
"Lo kalo lagi kalem gini tambah manis," asal Liu mengatakan apa yang melintas di otaknya.
Gabby kira Liu sedang berbicara dengannya, tetapi sepertinya salah, karena tepat pada saat Liu mengeluarkan kata, perempuan berpostur tidak terlalu pendek juga tidak terlalu tinggi datang ke meja yang ditempatinya.
"Aduh, gue tersipu dibilang kalem, omaga," perempuan itu menutupi mulutnya menggunakan tangan seolah-olah malu-malu.
Liu mengangkat bibirnya keatas, "najong!"
Air wajah perempuan cantik itu berubah drastis, pipinya menggembung.
"Jahat banget," cibirnya.
"Emang."
"Gaada abisnya dah gue ngomong sama lo. Aduh ada si manis, kok bisa semeja sama cewe anjay ini," berkata sambil menatap Gabby lalu berputar pada Liu.
"Yeu kutil!"
Gabby memegangi garpu, melihat perdebatan kedua perempuan itu dengan seksama.
"Gue boleh ya duduk disini?"
"Engga!/boleh," serentak, keduanya menjawab.
"Jadi boleh apa engga?"
"Untuk Jelita Anggraini, mending lo cari meja lain. Biarin gue berduaan sama pujaan hati, ya ga By?"
"Geli bangsat! Udah, Ta, duduk aja. Gapapa kok," ucap Gabby membolehkan. Perempuan yang diketahui bernama Jelita itu akhirnya tersenyum sumringah.
"Akhirnya, makasih loh. Untung lo baik, ga kayak lalet jahanam yang ono noh," Jelita mengangkat dagunya, ditujukan kearah Liu.
Liu melempar botol kecap didepannya.
"Sakit anying!"
"Bodo amat! Rasain! Mampus kata gue mah!" Bertubi-tubi ia berucap, tertawa mengejek melihat wajah masam Jelita.
Tidak tinggal diam, dan Jelita membalaskan, perempuan itu berakhir melempar botol aqu** yang entah milik siapa.
"Wah ngajak gelud ya lo!"
"Ayo! Siapa takut?!" Tuding Jelita menggulung lengan seragamnya.
"BERISIK ANJING!"
Krik krik...
Hening... Gabby melihat ke sekitar, karena suara yang tadi riuh berganti suram. Tatapan berbeda-beda jelas dia lihat ketika melihat beberapa murid di kantin melihatnya secara ashuwha banget.
Malu? Tentu, iya.
•
•
•
•
•
•
•
Pendek dulu yaa.
Ngebut banget nulisnya, karena lagi banyak kegiatan disekolah. Dan yaa, gue susah banget buat bagi waktu:(
Maaf yaa kalo jadi kemana-mana alurnya😞😞
Oh ya, sebelumnya, gue mau ngasih info sedikit; untuk kelanjutan cerita ini, gue up nya gaada jadwal, jadi ga nentu.
Yang masih mau nunggu ini cerita update, sumpah makasiiiih banyaakk...
Dah yaa, kapan-kapan lagiii.
9/Jan/2k24
-autla
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Love
Novela JuvenilLiuezza itu suka sama Gabby, tapi Gabby engga. Sakit ga sih? *** jangan salpak.