Silencia tiba di ruang tamu, ia melihat Duke Ares duduk tenang dengan cangkir di tangannya.
"Maaf membuat anda menunggu, Yang Mulia." Silencia menunduk memberi hormat. Setidaknya bersyukur Ayahnya, Johan tidak berada di kediaman saat ini. Jika Ayahnya dan Duke Ares berpapasan pasti akan terjadi perdebatan karena artikel palsu itu.
"Lupakan formalitas, Nona. Saya justru meminta maaf karena datang tanpa pemberitahuan dan melupakan kesopanan saya." Duke Ares berdiri dan kemudian duduk, kembali menyeruput tehnya. "Saya sudah menemukan orang yang membuat berita itu. Kini, ia mendekam di bawah tanah townhouse* saya." Duke Ares menyerahkan buku berisi laporan penyelidikan tentang si pembuat berita kepada Silencia. Karena ini menyangkut nama mereka berdua.
Silencia membaca dengan hati-hati laporan itu baris demi baris. Ruangan hening untuk sementara. Sesekali hanya terdengar suara kayu yang terbakar di perapian.
"Jadi, orang ini ada karena menciptakan skandal untuk saya atas suruhan Pangeran Mahkota?" Silencia menggigit ujung jempolnya. Karena ini pula nama keluarga dipertaruhkan. "Saya meminta maaf karena nama Duke ikut terseret dalam fitnah ini," tukas Silencia lagi.
"Ini bukan salah Nona, yang penting bagaimana cara kita agar bisa menyelesaikannya." Duke Ares melirik Silencia dengan seksama, "terlebih, apa anda baik-baik saja?" Pertanyaan Duke Ares menggelitik perasaan Silencia. Suaranya terdengar khawatir, seakan ia takut Silencia terluka. Padahal malam sebelumnya ia adalah pribadi yang sangat dingin dan acuh.
Silencia mengangguk lembut. "Ini memang rumit, bangsawan lain menuntut kita untuk berprilaku terhormat, tapi jika kita adalah kekasih maka ini bisa dihindari bukan?" Kata-kata Silencia menjadi tidak jelas di telinga Duke Ares.
"Apa yang sedang Nona katakan?" Ares menatap Silencia yang menyorot tajam buku laporan penyelidikan, keningnya berkerut.
"Bagaimana kalau kita menjadi sepasang kekasih, Duke? Tentu akan memecahkan masalah. Jika kita memang kekasih, maka perkara ini bukan skandal. Lagi pula, berhubungan resmi satu sama lain akan menguntungkan kita. Dan rencana ini dapat menenangkan faksi bangsawan. Kedua keluarga kita juga berlatar belakang baik." Tawaran yang menggiurkan. Tapi ini tidak dapat disetujui begitu saja oleh Ares.
"Sebenarnya ini ide yang bagus, tapi saya melihat tidak ada keuntungan selain membersihkan nama keluarga saya. Dan saya tidak peduli itu kotor atau bersih. Saya bukan orang yang mudah terbelenggu rumor." Ares bersikap defensif. Ia sengaja bermain-main dengan Silencia.
"Bukankah nama keluarga itu penting? Bukan hanya untuk kehidupan sosial tapi juga dalam berbisnis, nama baik atau reputasi seorang bangsawan itu juga berarti memikul tanggung jawab dari kerajaan. Keluarga bangsawan memiliki posisi penting dalam masyarakat, dan nama baik kita bisa mempengaruhi cara masyarakat memandang kita." Silencia terdiam sesaat. Ia bahkan bukan bangsawan sungguhan. Ia sadar ia hanyalah anak angkat. Silencia bertanya-tanya pada dirinya sendiri pantaskah ia berkata seperti ini?
Ares nampak takjub dengan kata-kata Silencia, suara indah nan anggun milik anak tunggal keluarga Amarilys itu seakan berbisik di telinganya, pelan-pelan ia memiliki hasrat untuk memiliki Silencia. Karena suaranya yang indah? Bukan. Karena keteguhannya. Jadi ia ingin mengetes nya sedikit lagi.
"Pendapat nona benar sekali. Dan ini benar-benar tawaran yang menggiurkan. Saya menjadi seseorang yang bodoh jika tidak menerimanya, tapi Nona Silencia, ini masih tidak cukup untuk saya." Ares beralih duduk di samping Silencia dan berbisik pelan ke telinganya, "saya menginginkan lebih." Nafas Ares berembus hangat ke telinga Silencia.
Tubuh Silencia bergidik. Wajahnya bersemu merah. Silencia geram, ia tahu Ares menggodanya. Refleks Silencia menutup telinga yang baru saja terkena nafas Ares dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...