Bab 2 - Perjalanan dan Mimpi Gagak

44 8 14
                                    

"Hutan....Rajapati?"

"Hah? Hutan yang mana satu itu?" tanya Jeongwoo yang langsung terbangun dan kepo dengan layar dengan nama hutan yang direkomendasikan Haruto.

"Informasi tentang hutan ini sedikit sih, tapi di artikel yang gua baca, hutan ini di dalamnya banyak jenis-jenis tumbuhan yang terbilang langka, jaraknya memang lebih terpencil dari hutan lainnya tapi setidaknya hutan ini isi tumbuhannya lebih lengkap dari hutan lain yang dekat situ juga," jelas Haruto menerangkan tentang hutan tersebut.

"Ini lokasi hutannya di Cianjur ya?" tanya Yoshi, dan dibalas anggukan oleh Haruto.

"Yak, jauh amat dah ke Cianjur cuman perkara nugas," gerutu Jeongwoo.

"Apaan si, lu gabut seharian motoran dari Jaksel ke Lembang pulang pergi bisa lu, masa ke Cianjur doang ngeluh," sindir Haruto.

"Hah? Lu ngapain motoran jauh-jauh ke Lembang anjir?" tanya Doyoung tak percaya.

"Gabut gua, semingguan kagak dikasih keluar rumah dah kayak anak perawan, yaudah gua kabur motoran aja eh kebablasan," jawab Jeongwoo sambil cengengesan.

"Iye, terus balek habis motoran diusir ama bapaknya gegara ga ngasih kabar, dan jadilah ngungsi ke rumah gue," tambah Haruto, dan langsung dibalas dengan tawaan oleh yang lain.

Jeongwoo menepuk-nepuk pundaknya Haruto, "gapapa gue mah, toh ga rugi juga gue ngungsi di rumah elu yang gede mampus, ntar kapan-kapan gue ngungsi ke rumah lu lagi yak."

Haruto langsung cepat-cepat menepis tangan Jeongwoo yang menepuk pundaknya, "emoh gue, tutup pintu rapat-rapat rumah gue buat elu."

"Jadi ini kita juga harus nginap disana kah buat semalaman?" tanya Yoshi.

"Kayaknya sih, takut kita selesai nyari daunnya kesorean kan," jawab Jihoon.

Mashiho mengetik nama hutan itu di kolom pencarian dan mencari tahu lebih dalam lagi informasi tentang hutan tersebut, dan tanpa sengaja dia menemukan suatu artikel yang menarik perhatiannya.

"Rajapati, hutan terpencil yang ternyata terkenal angker?" ucap Mashiho membaca judul artikel tersebut.

"Woy yang bener aja anjir masa kita ke hutan angker buat nugas?!" seru Hyunsuk yang panik setelah mendengar itu, faktanya dia paling anti dengan hal yang berbau angker dan mistis.

Bahkan saking penakutnya sampai teman-teman yang lainnya tak ada yang berani mengajaknya pergi ke bioskop buat nobar film horror, bukannya jadi penonton yang menikmati film malah jadi bahan samsaknya Hyunsuk saking takutnya dia, lagian siapa juga yang sukarela muka gantengnya ditabok dengan tidak manusiawi?

"Yaelah, semua hutan mah pasti ada begituannya kali, yang penting mah kita ga macem-macem," balas Jihoon

Jeongwoo mengernyitkan dahinya mendengar itu, "Yakin nih setannya dibacain doa bakal manjur? Kalau ternyata setannya atheis gimana?"

"Kita suruh dia baca syahadat dulu, baru kita serang pake ayat kursi," sahut Haruto.

Semuanya hening, sudah tak tahu lagi bagaimana mau menanggapi usulan ide yang keterlaluan cemerlang ini.

"Elu pinter, To. Tapi sayang aja kepintarannya dilampiaskan ke ide yang agak tolol," ucap Jihoon.

"Entar kita naik mobil siapa? Soalnya kita kan segambreng ini, dua belas orang," tanya Mashiho.

Hyunsuk memikirkan sesuatu sebelum membuka suara, "Doy, mobil lu yang gede muat banyak orang itu boleh dipinjem kagak?"

"Mobil yang gua pake pas mudik kemaren itu?" Tanya Doyoung, dan dibalas anggukan oleh Hyunsuk.

KPK Journal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang