Malam yang gelap, dengan iringan suara serangga menemani. Di depan api kompor dapur, sambil berjongkok Rus menatap adik dalam gendongan ibunya. Ibu yang sibuk menyiapkan makanan, dan lalu lalang keluarga besar di sana. Seperti paman, bibi, kakek, dan para cucu-cucunya.
Rus, yang diabaikan sejak sore hingga malam ini, tampak hanya diam mengawasi sekitarnya. Tak selang lama, semua anggota keluarga makan. Namun tidak ada satupun yang peduli dengannya. Usai semua makan, tidak ada lagi sisa makanan. Rus kecil hanya mencengkram perutnya tanpa berkata.
"Apa liat-liat?!" Gadis remaja yang hampir mirip dengannya dengan nada sewot menghardik. Minah, kakak perempuan kandung yang beda sekitar sembilan tahun dengannya.
"Minah, jangan seperti itu. Dia adikmu." Kakek mendekat dengan singkong bakar di tangannya. "Hari ini kami punya makanan pas untuk anggota keluarga. Tidak tahu jika Rus akan datang. Untuk sementara, makan ini saja, ya?"
Rus mengangguk singkat, sebelum menerima singkok dari kakek. Sang kakek mengelus halus rambutnya. Membuat hati kecil Rus yang sakit, kini terasa hangat. Ia tersenyum simpul ke arah kakek.
"Rus, salahmu adalah terlahir dari keluarga miskin. Kita makan untuk besok saja, masih mencari dengan susah. Di keluarga ini sudah terlalu banyak perut yang perlu diisi. Apapun yang terjadi, jangan merasa sakit hati, ya? Semua itu demi kebaikanmu." ucapan kakek itu tak dimengerti oleh Rus, namun karena kelembutan tatapannya ia hanya mengangguk dengan senyuman lebar.
Rus merasa bingung saat sang kakek malah pergi dan memalingkan wajah dengan cepat usai melihat senyumnya. Tatapan sendu sang kakek yang sempat ia tangkap, terjawab sudah saat menjelang esok pagi.
Ia dijemput oleh sosok wanita paruh baya. Ibu mendorongnya pelan untuk segera menyapa wanita itu.
"Sapalah, Rus. Ini Bu Sum. Dia yang akan merawatmu sampai kamu tumbuh besar. Dia yang akan menjadi ibu angkatmu."
Bu Sum dengan wajah ramahnya membungkuk, sambil mengacak pelan rambut Rus.
"Anak cantik. Ikut ke rumah Bu Sum, ya?"
Sekali lagi. Rus, telah dibuang oleh ibunya.
Digandeng pergi oleh bu Sum, gadis kecil itu menoleh beberapa kali ke arah ibunya. Ibu yang sibuk bermain dengan adik kecilnya. Kenapa ... kenapa tidak ada sedikitpun kepedulian di wajah Ibu? Apa yang membedakan dia dengan kakak dan adiknya? kenapa hanya dia yang selalu dibuang? Rus kecil harus pergi lagi, dengan pertanyaan yang tidak akan pernah ia bisa jawabnya.
Di rumah petak yang cukup luas, Rus mendapati keluarga Bu Sum yang ramah. Beberapa dari mereka menyapanya, dan peduli dengan menanyakan beberapa pertanyaan.
Ia menatap halaman rumah yang penuh dengan teman-teman sebaya bermain gembira. Berlarian, saling tertawa, dan menjerit bahagia. Rus yang tak pernah merasakan indahnya masa kecil tampak terpaku pada pemandangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rus, Kelopakmu Sudah Hancur
RomanceIbu, Tuhan terlalu cepat memanggilmu. Padahal masih banyak kata yang belum kusampaikan, dan masih banyak hal yang ingin kita lalui bersama. Seperti angin yang berhembus, kau meniup lukaku dengan lembut dan berlalu. Kini aku sendiri lagi di dunia in...