02

99 13 1
                                    

Sesampainya di rumah, Ariel melihat bahwa Arlene sedang memanggil penjahit untuk mencoba beberapa gaun baru. Ibu tirinya, Sonia, sedang duduk dan memberikan beberapa komentar kepada penjahit di sebelahnya sembari memandang putrinya berputar memamerkan gaun yang dicobanya.

"Astaga, Anda sangat cantik, My Lady..." para pelayan mendesah kagum saat Arlene berputar untuk mencoba gaun barunya.

"Bagaimana menurutmu, Ibu?"

"Kurasa Arlene cocok dengan warna biru muda. Aku juga ingin melihat gaun warna pastel ini dicoba sekali lagi. Gaunnya indah, tetapi ornamennya agak..." Countess Kenwood mengerutkan dahi sambil memandang gaun di depannya beberapa kali. Ucapannya terhenti ketika ia menyadari Ariel baru saja pulang.

Ariel menekuk lutut memberi salam dan bermaksud untuk menghampiri ruang kerja ayahnya dan mendiskusikan masalah panti asuhan ketika tiba-tiba Arlene memeluknya dan menariknya erat.

"Ariel, lihat gaun-gaun indah ini! Apakah menurutmu mereka cocok untukku?"

"Sangat cocok, kau cantik mengenakan apapun," jawab Ariel, memberikan pujian yang ingin didengarkan oleh Arlene.

"Kau baik sekali! Apa kau tidak memilih salah satu gaun juga?"

Ariel baru hendak merasa senang ketika tiba-tiba Countess menjawab dengan nada pedas. "Astaga, tidak bisa, Arlene. Ayahmu memberikan budget yang terbatas, dan kau tidak akan cukup mendapatkan gaun baru kalau kau membaginya dengan Ariel."

"Oh, begitukah?" Arlene menatap Ariel dengan tatapan prihatin. "Maafkan aku, Ariel, kau tahu kan, aku butuh gaun supaya bisa menarik pria kaya dengan penampilanku."

Ariel mengangguk dan memaksakan sebuah senyum. Hatinya terasa teriris, tetapi ia tahu apa yang dikatakan Arlene benar. Ariel tidak punya kemampuan untuk memikat pria kaya. Earl of Kenwood tidak miskin, tetapi juga tidak benar-benar kaya. Oleh karena itu, demi kestabilan keuangan mereka di masa depan, sangat penting bagi Arlene yang merupakan wajah Kenwood untuk bisa mendapatkan pasangan kaya. Apalagi selama ini Arlene dan Countess tidak pernah merasakan hidup susah.

"Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah memikirkanku, Arlene."

"Aku mungkin bisa memberikan beberapa gaun lamaku padamu, Ariel, mereka masih cukup bagus untuk dikenakan."

Ariel mengangguk dan mohon diri. Sesampainya di depan ruang kerja Earl, Ariel bertanya pada pengawal yang berjaga di pintu dan kepala pelayannya, Milton.

"Apakah Earl ada di dalam?"

"Apakah Lady ingin menyampaikan sesuatu? Hamba akan bertanya terlebih dahulu..."

Ariel menahan helaan nafas lagi. Ia merasa hubungannya dengan Ayahnya mulai retak semenjak Ayahnya membawa simpanannya beserta putrinya ke rumah ini. Arlene dan Countess tidak perlu meminta persetujuan Earl untuk bisa menghambur masuk ke dalam ruang kerjanya, sementara Ariel harus.

Ariel merasa seperti orang luar.

Bukan putri kandungnya.

Dan rasanya kenyataan itu menyakitinya.

"Karena Earl harus pergi ke House of Lords segera, Beliau meminta Anda untuk tidak memakan waktunya terlalu lama, Lady."

Ariel mengangguk dan memasuki ruang kerja Earl, berhadapan dengan Earl yang ternyata sedang duduk menyamping di atas sudut meja, membaca sebuah dokumen dan menyilangkan kakinya dengan santai.

Setelah menekuk lutut memberikan salam, Ariel berbicara: "Ehm, Ayah, maafkan aku karena datang tiba-tiba seperti ini. Aku perlu mendapatkan pendapat Ayah dalam memecahkan masalah di salah satu tempat yang termasuk dalam wilayah Kenwood."

[18+] The Lady in DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang