"Oh. Jadi elo yang namanya ale ale itu ya?"
Audrey berseru sambil tersenyum penuh makna. Membuat Ezra; sosok yang baru turun dari lantai dua itu menatapnya jengkel.
Lucu sekali melihat cowok itu turun dengan ekspresi masam yang sangat kentara. Sudahlah datang sambil membawa ember kosong. Jadi ceritanya, cowok yang Audrey tahu bernama ale ini ingin mengakui kesalahannya?
Ah. Masa sih? Audrey tidak percaya. Kalo bukan karena lemparan umpannya tadi yang ternyata tepat sasaran itu, si ale ini pasti masih bersembunyi.
"Gue Ezra. Bukan ale," tegas Ezra yang sama sekali tidak diindahkan oleh Audrey.
"Lo Alezra kan? Ale is Alezra too," sahutnya ngeyel. "Gue bakal anggap hari ini enggak ada apa-apa, asalkan gue boleh panggil lo ale," lanjutnya memberi tawaran.
"You said, gak bakal balas dendam kalo gue keluar. Amnesia, kah?" cetus Ezra menatap nyalang dirinya. "Lagipula gue gak sengaja," sambungnya membela diri.
Audrey mendelik. Dirinya sama sekali tidak percaya dengan cowok di depannya saat ini. Lagipula siapa yang mau percaya dengan cowok yang protes hanya karena salah memanggil nama panggilan saja?
"Kalo gue gak panggil lo ale, lo bakal terus sembunyi tanpa mau minta maaf kan?" tebak Audrey yang tampaknya tepat sasaran. Pasalnya Ezra tercengang sampai cegukan.
Cegukan tanda bohong, kan?
"Kayaknya gue berubah pikiran soal gue gak mau balas dendam, deh. Soalnya impresi pertama lo itu, jelek banget di mata gue," cibirnya sambil mengeratkan jaket baseball milik Bulan yang ia kenakan.
Audrey baru menyadari angin tengah hari bolong memberikan sensasi yang sadis, apalagi dengan kondisi tubuhnya yang masih mengenakan pakaian basah. Kepala pun mulai terasa berat nyaris membuatnya kehilangan keseimbangan, kalau saja tidak ada sisa-sisa tenaga untuk bertahan.
Seharusnya ia merapihkan dirinya terlebih dulu sebelum berhadapan dengan si ale itu yang sejak tadi terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup.
"Lo juga sama jeleknya, bahkan sekarang jelek banget lagi. Lo gak mau ganti baju dulu apa? Nanti lo sakit, gue disalahin. Padahal yang keras kepala kan lo," celetuk Ezra sambil menatapnya dari atas sampai bawah.
Sial. Beban kepalanya yang terasa ingin jatuh, membuat Audrey susah untuk mengelak. "Yang buat gue kayak gini kan lo!" kesalnya mengambil beberapa langkah maju ke depan.
"Gue kan gak sengaja. Mana tau gue, kalo lo yang kena? Kenal lo aja enggak," sanggah cowok itu tidak mau kalah.
Audrey tertawa kencang; mirisnya sendirian. Membuat beberapa pasang mata menatapnya aneh. Persetan dengan omongan orang, ia tidak bisa menahan rasa sakit kepalanya yang terasa ingin pecah saat ini juga.
Oke. Katakan kali ini saja, Audrey gila. Dan lemparkan penyebab kegilaannya kepada cowok bernama ale itu, yang saat ini raut wajahnya terlihat campur aduk menatapnya.
"Lo gak kenal gue? Gimana kalo kita kenalan?"
Ajakan tiba-tiba Audrey semakin menarik perhatian puluhan pasang mata yang semakin tidak lepas memperhatikannya.
Audrey pun gak mau ambil pusing. Asalkan bisa menghalau sengatan yang menjalar hebat di kepalanya, ia akan melakukan apapun itu. Apalagi sekarang sedang berhadapan lebih dekat dengan si ale ini.
"Gue Audrey," seru Audrey penuh percaya diri mengulurkan tangannya ke lawan bicara.
Dirinya benar-benar tidak berbual dengan ucapannya. Namun, sial. Penglihatannya mendadak buram, serta sengatan yang menghujam keras titik kesadaran membuatnya kehilangan keseimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2TROUBLOVE
FanficHanya karena satu hari, mereka berdua saling memendam dan membalas dendam. Akankah datang hari dimana mereka saling memendam dan membalas rasa? Sebuah rasa yang belum pernah ada dan tidak seharusnya ada. Karena rasa itu; membuat semuanya kembali as...