4 bulan Ara sebisa mungkin bungkam tentang hubungan Chika dengan Ashel. 4 bulan Ara merasakan sakit hati yang luar biasa. Dan akhirnya, Ara memutuskan untuk ingin menggugat cerai karena ia tidak sanggup lagi melanjutkan hubungan rumah tangganya dengan Chika.
Dihari itu, Ara akan bertemu Ashel di sebuah caffee untuk membicarakan tentang hubungan Ashel dengan Chika secara serius dan 4 mata. Mereka berdua duduk secara berhadapan, untung saja caffee itu lumayan sepi jadi mereka mendapatkan sedikit privacy untuk berbicara serius.
"Jadii.. mau ngomong apa, Ra?"
"Kamu beneran sekali, kan, ngelakuin itu sama kak Chika? Gak lebih?"
Ashel mengangguk, yakin. "Ya. Kami memang sekali. Itu pun karena Chika-nya mabuk."
"Aku.. 4 bulan bungkam tentang hubungan kalian berdua. Itu pun aku tau karena chat-an kamu sama kak Chika yang masih nyantol di whatsapp computer, kalian keliatan mesra banget. Kamu selama ini udah boong, Shel, aku bener-bener gak nyangka. Kita sepupuan lho. Kalian berdua udah tega nyakitin hati aku. 8 bulan aku harus berpura-pura tidak tau tentang hubungan kalian. Sakit, Shel, bahkan sakit banget. Menikah tanpa persetujuan dari aku, diam-diam lagi. Aku kecewa, tapi lebih kecewa sama kak Chika." ucap Ara sambil air matanya menetes jatuh ke pipi.
Ara mengambil tisu dan mengusap ke pipinya. "Aku gak bisa marah. Aku sayang sama kamu, tapi kamu dan kak Chika malah ngehancurin kebahagiaan aku dan anak-anakku." ucapnya yang membuat Ashel tidak bisa berucap satu kalimat apapun. "Aku cuma mau satu, Shel. Cuma satuu. Aku mau hidup bahagia sama ketiga anakku.."
Ara menggenggam tangan Ashel yang menganggur di meja. "Aku menyesal. Sangat menyesal kenapa aku harus terpaksa menerima perlakuan dari Chika saat dia mulai merasakan tubuhku. Kamu harus tau, Ra, kami saling menyesal atas perbuatan kami berdua. Aku susah menerima kalo aku udah memiliki anak dari Chika. Aku gak meminta maaf dari kamu, aku tau ini salahku, memang salah besar."
"Selama 4 bulan ini.. aku mulai mencoba seperti biasa-biasa aja. Aku belajar memaafkan kamu, dan kak Chika. Tapi susah sekali, aku mau belajar memaafkan kalian tapi ingatan aku saat mengetahui hubungan kalian berdua menjadi sesak rasanya. Aku selalu menangis jika mengingat kalian. Sungguh." balas Ara. "Aku mau kamu jaga kak Chika seperti aku menjaga dia sebelum sama kamu. Aku gak mau kamu bernasib seperti aku nanti. Dan tolong, cerita aku ingin menggugat cerai jangan dikasih tau ke kak Chika, ya? Cerita ini cukup kita berdua dan orang tua ku."
Ashel mengangguk. "Iya, Ra. Aku janji gak akan cerita ke Chika."
"Apa aku butuh bayar kamu buat bungkam? Mau berapa, Shel?" ucap Ara. Ia hampir saja mengampil ponselnya untuk mentransfer uang.
"Eh.." Ashel cukup terkejut. "Gak usah, Ra. Gak perlu bayar aku dengan harga yang mahal, aku akan membungkam cerita itu. Percaya sama aku."
"Yaudah. Aku pegang omongan kamu. Aku berharap bisa jaga.." balas Ara. Ashel hanya mengangguk.
***
Ara. 4 hari ia sangat sibuk mengurus gugatan cerai dan persoalan hak asuh anak. Chika sama sekali tidak tau tentang Ara sekarang, bahkan Chika sekarang seperti sudah tidak perduli tentang Ara. Jarang pulang ke rumah, datang ke rumah hanya menjenguk ketiga anaknya dengan Ara. Chika hanya mencium kening atau memeluk Ara saja, tidak ada lebih dari itu. Sakit yang dirasakan Ara, dan sebentar lagi. Ia akan bebas dengan kisah hubungan rumah tangga nya dengan Chika. Hak asuk anak akan tetap jatuh di tangan Ara. Tapi lebih sayang lagi, kemungkinan besar Gibran dan Galvin akan terpisah.
Ara keluar dari kantor hukum selesai mengambil surat gugatan cerai bersama Gracia. Gracia hanya bisa mengikuti ucapan Ara, sedangkan Sean masih belum tau sama sekali jika Ara akan mengugat cerai dengan Chika. Mereka masuk ke dalam mobil, yang menyetir mobil itu adalah Gracia. Tenang saja, ketiga anak Ara sedang diurus sus Hana dengan baik dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
FanfictionChikara Zone! "Cinta mempertemukan kita berdua berawal dari ketidak sengajaan." 100% FICTION⚠️ CHIKA DOM(FUTA) 21+ SCENE MOHON DIMAAFKAN JIKA ADA KESALAHAN/TYPO!!