8 : Makam Papa Daniel

313 47 0
                                    

Keesokan hari. Sinar matahari berhasil masuk ke dalam kamar Chika dan Ara, gorden kamar itu ternyata sudah terbuka. Chika terbangun, kedua matanya terbuka secara perlahan.
Chika duduk, ia merenggangkan tubuhnya lalu melihat ke arah sisi kiri, terlihat tidak ada sosok Ara. Chika hanya seorang diri di kamar. Chika melihat ke arah jam dinding, jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi.

"Ara kemana?" tanya nya kepada diri sendiri. Chika pun bangkit dari kasur, ia lalu datang ke kamar Michie. Lagi dan lagi sosok Michie tidak ada dikamarnya. Chika tau jika di pagi hari Michie sudah bangun dan diasuh oleh sus Hana.

Chika akhirnya keluar dari kamarnya, ia turun ke lantai bawah. Saat dibawah, Chika mencium aroma makanan yang sedang dimasak, aroma itu sangat nyaman untuk dihirup membuat mata Chika seketika segar. Ia pun pergi ke ruangan dapur.

Chika sedikit lega, ternyata Ara sedang memasak. Michie juga sedang diasuh oleh sus Hana. Chika menghampiri Ara, kedua lengannya memeluk pinggul Ara dari belakang. Ara terkejut lalu menoleh ke belakang.

"Ah! Kak Chikaaaaaa!" rengek Ara.

"Selamat pagi, Sayang." Chika tersenyum.

"Pagi jugaa. Kakak ngagetin ihhh!"

"Maaff. Aku tadi panik kamu gak ada dikamar, ternyata lagi masak. Bibi emang kemana? Kenapa jadi kamu yang masak?" tanya Chika sembari melepas pelukannya.

"Bibi subuh tadi izin libur duluu, dia pulkam ngeliat anak sekalian cucunya di kampung. Pas bibi mau berangkat aku ngasih dia uang 4 juta buat keperluan disana sekalian bayar transportasi juga. Aku dari subuh tadi udah bangun buat ngeberesin rumah."

"Terus? Gak capeeekkkk??"

Ara menggeleng. "Gak. Aku gak capek kok. Aku udah terbiasa, pas aku masih tinggal sama orang tua aku sudah diajarin bersih-bersih rumaahh. Kata mama aku Adek harus bisa bersih-bersih rumah, nanti dapat suami brewokan! gituuuuu," ucap Ara membuat Chika tertawa kecil.

"Untung aja aku bisa bersihin rumah dengan rapiii. Dapat suami.. eh istri apa suami yaa? Modelannya cewe tapi punya batang, hihihi.."

"Suami aja udahh, hahaha." ujar Chika.

"Kata Dilan,"

"Kita harus berterima kasih pada pahlawan. Coba bayangin kalo kita masih dijajah, aku gak akan ketemu sama kamu." sambung Chika.

"Masa sih?"

"Iya dong."

"Michie juga harus berterima kasih sama mamanya kalo dia udah gede."

"Kenapa?" tanya Chika.

"Jika aku saat mengandung lalu menggugurkan, aku gak akan pernah ketemu sama kamu." sambung Ara. Chika hanya merespon dengan senyuman tipis.

Michie adalah sebuah imigran dari surga yang aku selundupkan ke bumi di sebuah kamar hotel. Batin Chika berkata.

"Kamu cita-citanya apa?" tanya Ara. Ia sedang mengaduk bahan-bahan masakan di wajan.

"Cita-cita aku cuma satu. Dan gak akan pernah berganti sampai kapanpun. Sampai aku tumbuh rambut putih." jawab Chika. "Mau tau?" tanya nya. Ara pun mengangguk.

"Menua bersama mu.."

Ucapan manis Chika membuat Ara tersipu malu, kedua sisi pipi Ara berhasil memerah karena menahan salting. "Bisa aja kamu. Aku juga mau kok, menua bersamaaa..muuuu,"

"Bayangin aja. Kita pisah nih, kamu lebih memilih nikah lagi atau tetap gak nikah?" tanya Ara.

"Kok nanya nya begitu?" Chika mengerutkan keningnya. "Aku lebih memilih menikah lagi tapi pacaran sama kamuuuuu." sambungnya lalu menunjukkan love sign.

Our Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang