Suara dari berbagai arah saling bersautan, terdengar cukup riuh karena pada dasarnya mereka tak ingin mengalah. Membalas lelucon dengan lelucon lain. Bercerita ini bercerita itu, mendengar hal ini lalu membalas nya dengan tak kalah hebohnya. Di tengah keriuhan, Blaze mengacungkan jempol ketika seorang teman bernama Taufan, membalas lelucon yang Taufan berikan. "Hahahahahaha kerja bagus, Taufan!"
Ia terpingkal-pingkal ketika mengetahui kejahilan Taufan tempo hari, memberikan bubuk cabai dalam makanan yang dikonsumsi oleh salah satu temannya yang lain bernama Halilintar. Mereka berdua memang suka menjahili sang merah, karena bagi mereka; Halilintar adalah sasaran empuk untuk mereka permainkan, walau pada akhirnya Halilintar akan mengamuk dan menonjok muka mereka satu-satu. Tapi karena Halilintar tidak masuk hari ini, mereka selamat.
"Halilintar pasti tidak masuk hari ini karena sakit perut" Taufan mengangguk, masih dalam posisi mengusap air mata transparan yang dibuat-buat. "Kamu harus tau sih, Blaze. Wajah Halilintar menahan mules. Hahahahaha lucu"
Tawa dari mereka yang menggelegar tiba-tiba diinterupsi dengan kehadiran guru mereka, membuat semua anak yang berisik menjadi diam. Mereka langsung duduk di posisi masing-masing. Blaze, bersiap di samping Taufan. Bersiap untuk menghadapi betapa rumitnya matematika pada pelajaran pertama nya ini.
Pandangan pertama yang Blaze lihat adalah wanita paruh baya dengan baju putih dan hitam berdiri dengan seorang anak lelaki di sampingnya. Beliau bukan guru killer matematika nya, melainkan wali kelas yang amat sangat Blaze sayangi karena kebaikan hatinya. Namun anak lelaki disamping nya terlalu mengambil banyak perhatian dari Blaze. Blaze menyipitkan mata, mengapa kelopak mata dan bibir nya nampak sedikit lebih.. err, merah pudar?
Blaze langsung berkedip, menggelengkan kepala dari segala perhatiannya. Mengapa ia terlalu fokus pada merah pudar milik anak lelaki tersebut? Blaze hanya berfikir, dia sedikit, cantik?
Menggelengkan kepala sekali lagi, Blaze benar-benar kehilangan fokus.
"Baik, kita akan memiliki anggota baru, saya harap kalian bisa menerimanya dengan baik" Wanita paruh baya itu mundur beberapa langkah, membiarkan anak lelaki tersebut maju. Mengambil semua perhatian seluruh kelas. Termasuk Blaze yang sedari tadi telah memberikan semua perhatiannya pada anak itu.
Anak tersebut memakai jaket berwarna biru gelap dipadukan dengan abu-abu, matanya yang terlihat sayu. Tiada hal yang patut untuk diperhatikan dengan seksama, semuanya standart, para gadis hanya diam.
"Namaku Ice, Ice Keely. Saya murid pindahan dari SMA Karaya, tepat di kota sebelah. Salam kenal" Ice mengulas senyum tipisnya, berusaha untuk seramah mungkin karena ia tak ingin mengacaukan hari pertamanya kesini.
"Hai Ice, bisakah aku memanggilmu dengan keely? Itu nampak lucu untukmu" Salah seorang murid, ying berucap, mendapat anggukan dari sang punya. "Keely juga tidak masalah"
"Baik, Ice. Karena murid disini genap. Jadi kamu bisa duduk di belakang sendirian, yaa," Sang guru berseru, ada nada menyesal yang ketara. Ice hanya tersenyum, "Bukan masalah besar, bu. Terimakasih banyak"
Ice berjalan, melewati setiap murid dan melewati bangku milik Blaze juga. Ia menoleh, tanpa sengaja menatap jingga yang sedari tadi memandanginya dengan penasaran. Senyum tipis terukir, berniat untuk menyapa sang jingga yang dibalas dengan senyum paling canggung. Blaze bisa merasakan bahwa detak jantungnya bergerak sedikit kencang ketika Ice telah duduk pada tempat dimana ia ditempatkan.
Semoga, bukan seperti itu yang Blaze rasakan. Oh, ayolah! Bukan karena Ice yang terlihat memukau itu malah memberikan percikan pada hati Blaze, itu tidak mungkin!
"Taufan... Pernahkah hatimu berdebar cukup kuat hanya karena kamu saling memandang dengan orang yang baru kamu lihat?" Blaze tanpa sadar berbisik, membuat Taufan mengerutkan keningnya dan berakhir menjitak dahi sang teman. "Kamu gila?"
Lantas, Blaze kenapa?
FIN.
Haii, hehe aku berencana untuk membuat cerita lengkap tentang blice. Karena aku bosan hanya dengan oneshoot dan cerita mereka jarang aku temukan. Hmm, kalian tim Blice atau IceLaze?
Ya, semoga aku ngga mogok di tengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
archer
FanfictionBlaze selalu berisik, ditengah kericuhan, Blaze menemukan sosok paling diam yang pernah ia temui, sukses membuat seluruh perhatiannya jatuh pada eksistensi pendiam tersebut.