Chapter 1

294 18 5
                                    

Elliot sibuk melihat pemandangan hutan dari dalam jendela saat mobil keluarganya melaju di jalanan beraspal. Earphone masih setia menyumbat kedua lubang telinganya ketika ia menikmati lantunan musik dari lagu yang terputar di playlist spotify yang berisi lagu-lagu populer bulan ini. Kepalanya ikut bergerak pelan mengikuti irama lagu dan terhanyut dalam lamunan selama perjalanan.

Mobil Terios hitam yang melaju dengan kecepatan kurang lebih 40 km/jam itu menampung anggota keluarga Elliot yang hari ini akan menempati rumah baru di tengah kota. Ayah Elliot dimutasi ke cabang lain dari perusahaannya, bertepatan dengan baru masuknya Elliot dan adiknya Aron di sekolah tahun ini. Aron akan masuk SMP sedangkan Elliot masuk SMA.

Baru saja musik di playlist Elliot habis, mobil sudah sampai di depan pagar rumah baru. Ibu segera keluar dari mobil dan membuka bagasi di belakang, berniat untuk memulai mengangkut barang-barang bawaan keluar dari mobil terdahulu.

Ayah berjalan mendekati pagar lalu merogoh dompetnya untuk menemukan kunci gembok. Setelah pagar terbuka, ibu memanggil Elliot yang sedang terbengong menatap halaman rumah.

"Lio! Angkat koper ini ke dalam!" perintah ibu Elliot yang masih menurunkan beberapa barang dari bagasi.

Elliot melihat adiknya berjalan begitu saja melewatinya dan masuk ke rumah sembari asik memainkan nintendo di tangannya. Lelaki itu berdecak kesal lalu berjalan mendekati ibunya. "Suruh Aron angkat barang lain, Bu. Masak cuman aku yang disuruh?" ucap Elliot cemberut.

Ibu Elliot menghela napas lalu menengok ke arah pintu rumah yang sudah dibuka oleh ayah barusan. "Coba kamu ajak dia," bujuk ibu.

Elliot masih berwajah cemberut ketika mendengar perkataan ibunya. "Sejak kapan anak bandel itu mau dengerin aku?" sahut Elliot dengan nada sedikit ketus.

Pemuda itu tidak melulu bersungut-sungut, ia langsung mengangkat semua barang bawaan ke dalam rumah.

Barang yang mereka bawa di dalam mobil tidak banyak, saat mereka benar-benar pindah ke sini hanya tinggal barang penting seperti elektronik saja yang dibawa. Perabotan dan segala furnitur besar sudah diangkat dengan truk kecil kemarin.

Suara game dari nintendo yang sibuk dimainkan oleh Aron terdengar memenuhi ruang tengah. Elliot selalu kesal tiap kali mendengarnya karena menurutnya itu cukup membuat telinga berdengung, belum lagi Aron selalu menyetel dengan volume tinggi. Tiap kali ia melihat adiknya itu asik bermain dengan posisi absurd di sofa, Elliot selalu ingin menendangnya.

"Aron! Stop mainnya! Rapikan kamarmu sekarang!" tegur ayah tegas.

Aron memutar bola matanya jenuh lalu dengan malas berjalan ke kamarnya. Suara game-nya pun terhenti dan telinga Elliot dapat terbebas dari kebisingan yang menusuk telinga itu. Elliot tersenyum tipis kala melihat adiknya berwajah cemberut saat menutup pintu kamarnya. Ada sedikit rasa kepuasan di dalam hatinya ketika Aron dimarahi ayah.

Ia lalu lanjut membuka kardus-kardus yang masih menumpuk di ruang tengah, isi kardus itu sisa furnitur ibu yang belum terangkut kemarin. Karena dia tidak pintar menata barang, jadi ia biarkan saja di dalam kardus.

Berikutnya ia membuka kardus yang lain dan mendapati buku-bukunya ada di sana. Ada headset hitam dan walkman tua yang sudah rusak. Alat pemutar musik portabel itu sudah tidak dapat dipakai lagi, tapi Elliot ingin terus menyimpannya. Kata ayah, alat itu termasuk jadul dan punya nilai estetika tertentu. Entahlah, Elliot tidak begitu mengerti. Dia hanya ingin menyimpannya karena banyak kenangan masa kecil di benda itu.

Selanjutnya, ada beberapa kaset album Taylor Swift dan Shawn Mendes. Album-album itu berisi lagu-lagu terfavorit Elliot semasa SMP dulu. Zaman saat dia jatuh cinta pertama kalinya dan patah hati pertama kali juga. Walaupun sangat memalukan, cerita masa kecil itu terus ada di memori kenangan Elliot.

Elliot's Hidden CharmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang