Hendery

9 3 0
                                    

William berjalan menaiki anak tangga taman itu dan berbalik melihat Hendery yang berjalan di belakangnya.

"Kau masih ingat Keane, kan?" tanya William.

"Bagaimana mungkin aku lupa,"

"Apa kau sudah tahu juga jika aku bekerja di rumah keluarga Keane?"

Hendery mengangguk, kini dia sudah berada satu anak tangga lebih atas dari William. Ia menatap jalanan di sekitar taman.

"Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?"

Hendery berbalik menghadap William dan menunjukkan senyuman penuh gigi padanya, "Surprise!"

"You're face like Donkey!"

Hendery terkekeh.

"Kau juga sudah tahu tentang Keane?"

Hendery kembali mengangguk.

"Kau tahu, aku sempat pergi ke Jepang." lanjut Hendery tiba-tiba.

"Lalu?"

"Aku bertemu seorang wanita cantik di sana,"

William menepuk lengan Hendery dengan keras, "Kupikir kau bertemu Keane di sana!"

"Mana mungkin,"

"Kau menyembunyikan apa lagi dariku, Der?" tanya William sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik gas dari saku jaketnya.

"Waw! Sejak kapan kau merokok?!" seru Hendery dengan nada terkejut yang dibuat-buat.

"Kau tidak tahu ternyata. Sudah lama aku tidak merokok." ucap William dengan nada yang sedikit dingin.

"Aku hanya pura-pura tidak tahu." sahut Hendery.

Hening beberapa saat. Hanya menyisakan suara rokok yang dihisap kemudian asap yang keluar dari mulut William. Hendery mengipasi asap itu agar tidak berada di depan wajahnya.

"Berbahaya menjadi perokok pasif." ujar Hendery.

"Kau juga perokok pasif dengan berdiri di sampingku dan menghirup asapnya."

Hendery menarik nafas, "Berhentilah,"

"Aku juga sudah jarang. Tapi sayang, kan, aku sudah beli kalau tidak dihabiskan?" jawabnya sambil menunjukkan sebungkus rokok dari dalam sakunya.

"Kebiasaan burukmu ini..."

"Apa Keane benar-benar mati?" tanya William entah pada siapa.

Hendery hanya diam.

"Kau mau membicarakan tentang apa? Aku belum bertemu dengan bunda, nih. Waktu liburanku hanya satu hari," ujar William.

"Aku juga ingin bertemu bunda tuh."

"Kenapa tidak bicara di sekitar rumah saja?"

"Aku harus pergi lagi sebelum matahari terbit besok. Jadi aku harus bicara sekarang,"

William mencoba menyimak apa yang akan dikatakan oleh sahabatnya ini.

"Untuk beberapa bulan, aku akan berada di luar negeri. Mungkin aku akan menikah di sana juga."

"Jadi, soal wanita Jepang itu? Kau serius?"


~~~


Karina mengetuk kamar ibunya pelan. Ini sudah waktunya pulang kerja, jadi seharusnya ibunya sudah ada di rumah.

"Mama..." panggilnya.

"Masuk saja, Sayang," sahut yang di dalam.

Sang ibu baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Ia memasukkan baju kotornya ke dalam keranjang cuci sebelum akhirnya duduk di sebelah Karina, di sofa dekat kasur.

It's Very Familiar TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang