2. Awal

61 24 16
                                    

Di dalam kamar terdapat seseorang yang tengah berbaring lemah, kamarnya terlihat sederhana, nuansa di kamar itu seperti kamar orang-orang Eropa pada masanya.

Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Isinya hanya ada, kasur, lemari dan meja rias.

Seseorang yang mungkin berusia di atas 20 Tahun masuk ke dalam kamar sang gadis. Dia membuka gorden bewarna merah yang terlihat kumuh.

Sinar matahari memancar masuk ke dalam kamar dan mengenai wajah gadis yang tengah tertidur cukup lama.

Orang yang tadinya masuk ke dalam kamar lantas berbalik dan melihat sedikit pergerakan dari gadis yang sedang berbaring.

Dengan sigap dia langsung menghampirinya.

"N-nona," kata sang pelayan tadi.

Sang pelayan ingin menangis rasanya, dia terharu, senang, serta bahagia akan kesadaran Nonanya.

Sudah dua Minggu gadis itu tidak sadarkan diri karena racun yang di masukkan ke dalam makanan.

Tubuhnya menggeliat, perlahan matanya terbuka sempurna. Yang dia lihat pertama kali adalah langit-langit kamar bercat cream polos.

"Syukurlah, nona sudah bangun," ucapnya ingin menangis.

gadis itu berusaha untuk bangkit.

"Nona, nona harus tetap berbaring. Tidak baik untuk kesehatan nona," ucapnya pelayan itu panik.

Gadis itu bersikeras.

"Siapa kau?" tanyanya.

"No-nona?" ucap pelayan itu getir. "Ini s-saya, Griya, pelayan pribadi nona," Griya sedikit berteriak.

"Pelayan pribadi?" herannya. "Sejak kapan aku punya pelayan pribadi?"

Suaranya terdengar sangat kecil lantaran dia baru sadar dari koma, kepalanya sakit lantas dia memegangnya.

Melihat Nonanya kesakitan, Griya langsung berdiri. Dia tidak tega melihat Nonanya kesakitan seperti ini.

"Nona, saya akan memanggilkan Tabib,"

Hendak pergi, namun gadis itu mencekal tangan Griya.

"Tidak perlu,"

Sejenak dia mulai teringat sesuatu, bukankah tadi dia mati karena lompat dari atas gedung. Tidak mungkin jikalau dia selamat, gedung itu cukup tinggi dan memiliki 60 lantai.

Ini tidak masuk akal!

Alana, dialah orangnya.

"Di mana aku, Gri?" tanya Alana memastikan. Kepalanya masih sedikit sakit, suaranya pun terdengar serak dan kecil.

"Apa nona Arcelia benar-benar melupakan semuanya?" kata Griya sedih.

Alana mengernyit. "Arcelia?" 

"Tunggu ak—," Alana yang heran menjadi-menjadi pun seketika terdiam.

Wajahnya yang tadi terlihat tidak tahu apa-apa kini dia menetralkan semuanya.

"Lanjutkan Griya, ku mohon, sepertinya aku sedikit kehilangan ingatan," kata Alana.

"Sekarang nona berada di kerajaan Aeverness, dan nona sendiri adalah putri seorang Duke,"

"Ayah nona bernama Albert Eldeweis,"

"Ibu nona bernama Iriana Eldeweis, beliau sudah lama wafat,"

"Nona juga memiliki dua orang kakak laki-laki dan mereka berdua tampan, Tuan muda pertama bernama Axel Ryuu Eldeweis, beliau yang akan menjadi Duke di masa depan. Beliau memang tampan tapi sayangnya beliau berhati dingin begitupula yang mulia Duke sendiri,"

Arcelia AurettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang