3. Berkebun

91 16 11
                                    


Sudah seminggu lebih Alana berada di kerajaan Aeverness, di wilayah Duke Albert Eldeweis. Selama itupula dia tidak pernah bertemu dengan keluarga barunya.

Ia sudah sembuh. Griya yang memaksanya untuk beristirahat selama beberapa hari terakhir ini. Yang dia habiskan ketika bosan hanya membaca buku tentang kerajaan Aeverness.

"Paviliun ini ternyata tidak seburuk yang aku pikirkan," gumam Alana.

Saat ini dia sedang menjelajahi paviliun yang ia tinggali. Meskipun tidak sebesar mansion utama milik Duke, tapi tempat ini tidak terlalu buruk.

Meskipun tempat ini sederhana, ini sangat bersih dan terawat karena Griya yang di tugaskan Duke untuk melayani Arcelia tentu saja selalu membersihkannya.

Griya membuat paviliun ini senyaman mungkin. Paviliun ini di beri nama Paviliun mati. Karena tempat ini dulunya sama sekali tidak pernah di tempatkan, dan terlihat kumuh dan juga jorok. Banyak dedaunan kering berjatuhan di halamannya. Tidak pernah dirawat.

"Gri," panggil Alana. "Apa di sini ada taman?"

"Ada nona, tapi bukan di area Paviliun ini. Melainkan-,"

Alana mendesah lantaran dia tahu maksud dari perkataan Griya.

"Maaf nona, tapi di sini tidak ada. Hanya ada dua pohon yang bertengger di sisi kanan-kiri paviliun," jelas Griya.

"Bagaimana kalau kita buat taman sendiri?" kata Alana.

"Itu bukan ide yang buruk nona. Kemarin saya baru mendapatkan beberapa bunga serta bibitnya, nanti saya akan menanamnya jika nona mau," ujar Griya bersemangat.

Alana menggeleng. "Bukan kau yang melakukannya sendiri, tapi kita, Gri. Bersama!"

"Tap-,"

Perkataan Griya sengaja Alana potong. "Tidak ada tapi-tapian,"

Alana pun pergi mendahului Griya. Dan Griya, tentu saja mengganguk pasrah.

_______________________

Sebelum menanam bunga, Alana dan Griya terlebih dahulu mencabut rerumputan kecil yang menganggu.

Rerumputan yang ada di belakang paviliun akan di jadikan tempat yang paling indah. Alana ingin menjadikan kebun bunga, termasuk kebun untuk kebutuhan seperti sayur mayur.

Alana tidak sabar melihat tanamannya nanti, dulu waktu tinggal bersama sang nenek Alana sering membantu neneknya berkebun.

Alana menyeka keringat.

"Nona beristirahat saja, biar saya yang melanjutkan," tutur Griya.

Alana menggeleng. "Tidak apa, Gri,"

"Saya sangat bersyukur, dulu waktu saya pertama kali datang ke sini harapan saya bisa berteman baik dengan nona," kata Griya seraya memasukkan bibit bunga ke tanah.

"Dan sekarang, harapan dan doa saya terkabulkan. Terima kasih nona, saya janji akan melayani nona sampai akhir hayat saya," Griya tersenyum.

Alana sedari tadi mendengarkan perkataan Griya, dia menjawab. "Maaf Gri, jika selama ini aku jahat kepadamu. Tapi bukankah hidup di luar sangat menyenangkan?"

"Nona benar, tapi saya ingin terus melayani anda," kata Griya lagi.

Alana terharu mendengarnya, ia hanya membalas dengan senyuman tulusnya. Ternyata ada orang yang benar-benar peduli padanya meskipun dunia menentang.

"Jika aku keluar dari sini bagaimana?" tanya Alana. "Aku tidak punya cukup uang untuk mengajimu,"

"Tidak ada gaji juga tidak apa, apa nona lupa jika yang menyelamatkan saya dari perbudakan adalah anda sendiri?"

Alana tidak tahu dan baru tahu sekarang. Arcelia begitu baik tapi tertutup dengan sifat buruknya.

"Sebenarnya anda sangat baik dan suka menolong, tapi tertutup dengan segala sifat buruk nona. Saya harap, ingatan dulu tidak pernah kembali, saya ingin terus melihat anda seperti sekarang,"

"Tunggu ...," Griya baru menyadari sesuatu. "Apa nona benar-benar bertekad untuk keluar dari keluarga Duke Eldeweis? Kenapa?"

Alana tidak tahu harus menjawab apa. Keluarga Duke sangat tidak menyukai Arcelia asli, sedangkan jiwa Alana bukan anak dari keluarga Duke. Lantas kenapa dia harus tinggal lama di sini?

Alana mengangguk pelan. "Untuk apa aku harus tinggal di sini lebih lama? Untuk apa juga harus mendapatkan kasih sayang keluarga ini? Bukankah usaha ku selama ini sia-sia?" Alana seperti mengeluarkan segala unek-unek yang dia pendam.

"Griya, aku pembawa sial bagi keluarga Duke. Aku tidak ingin di sini lebih lama, ini sulit bagiku, aku terluka, tidak disukai orang luar tidak apa, tapi keluarga sendiri? Itu menyakitkan," Alana membelakangi Griya. Ia tidak ingin membiarkan gadis itu melihat air matanya keluar.

Griya menatap sendu Alana. Dia menunduk dan berdo'a dalam hati. "Saya harap Duke dan kedua kakak anda bisa berubah dan memberikan kasih sayang yang nona harapkan,"

_______________________

Setelah berkebun di belakang paviliun, Alana memutuskan untuk bersantai di gazebo depan paviliun.

Alana bosan harus melakukan apa sehingga memutuskan untuk menggambar sesuatu yang indah. Seperti pemandangan.

Alana sendiri mengenakan gaun sederhana berwarna abu-abu, dengan rambut yang tersanggul rapi. Hiasan pada wajah termasuk sangat alami.

Beda sekali dengan Arcelia yang dulu, setiap kali Duke memberikan uang bulanan pada Arcelia. Arcelia akan membelikan uang tersebut untuk membeli gaun yang mewah untuk memperlihatkan keangunanya pada keluarga. Sayang sekali mereka enggan melihat Arcelia.

Tapi untung saja gadis itu membeli beberapa gaun sederhana untuk di pakai di dalam paviliun, nyatanya Arcelia juga memendam kepedihan.

Gaun mewah untuk diperlihat keluarganya, sedangkan gaun yang benar-benar sederhana artinya Arcelia memendam segala kepedihan.

"Nona!!!" teriak Griya dari jauh.

Alana lantas menoleh melihat Griya berlari riang dengan wadah yang dia bawa. Sepertinya wanita itu sedang mendapatkan doorprize.

Alana berteriak juga untuk memperingati Griya agar tidak berlari-lari seperti itu, takut Griya akan terjatuh. Tapi Griya tetap berlari.

"Seharusnya kau tidak berlari-lari seperti tadi Griya!" omel Alana.

"Tidak apa nona, saya senang sekali," ucap Griya ngos-ngosan. Dia meletakkan nampan di atas meja.

"Kenapa? Tumben sekali," tanya Alana seraya mengganbar.

"Saya bawakan nona kudapan dari kediaman utama, saya sudah mencicipinya tadi," Griya tersenyum senang. Meskipun wanita itu terlihat sangat lelah habis berlari-lari. "Ini sangat enak, nona. Anda harus memakannya,"

"Dari kediaman utama?" Griya mengganguk. "Lain kali kau tidak perlu membawanya dari sana, Gri. Untuk ini ...." Alana mengambil satu cookies.

"... Aku akan memakannya, terima kasih kau tidak sia-sia membawanya karena saat ini aku lapar," lanjutnya.

"Ada satu kabar gembira lagi nona!" seru Griya. Alana mengangguk satu kali agar Griya memberitahu kabar gembira itu.

"Tadi, yang mulia Duke Eldeweis menanyakan kabar nona,"

Alana menghentikan aktivitasnya. Tumben sekali Duke Albert Eldeweis menanyakan kabarnya setelah sekian lama dia berada di dunia ini.

"Lalu?" cetus Alana. Senyum Griya luntur. "Apa aku harus senang dengan itu?"

"Nona...,"

Alana menghela napas. "Seharusnya dia tidak bertanya, mungkin aku akan baik-baik saja,"

"Sudahlah aku tidak mood,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arcelia AurettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang