Sesampainya di rumah, Hanan disambut dengan bundanya yang saat ini menatapnya penuh amarah. Sembari berkacak pinggang ke arahnya.
“Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang?” Tanya bunda Hanan.
“Dari tempat PPL lah Bun” Jawabnya santai sambil berjalan kearah sofa ruang tamu, dan diikuti oleh bundanya.
“Bukannya SMA tempat kamu PPL pulang jam 4 ya? Jangan bohong kamu!” tuding bundanya lagi.
Melihat bundanya yang keras kepala, Hanan hanya bisa menghela nafas.
“Huft, aku habis nganterin calon mantu bunda” Jawabnya asal.“Hah? Kamu ketemu Dania dimana?” Tanya bunda penasaran, bundanya mengira yang ia bilang 'calon mantu bunda' itu pasti Dania, padahal ya... kalian pasti tau orangnya kan?
“Bukan Dania.” Jawabnya lalu beranjak dari duduknya, menuju ke kamarnya.
“Loh terus siapa? Hanan jawab dulu pertanyaan bunda. Jangan masuk dulu, Hanan” panggil sang bunda saat melihat putranya memasuki kamarnya.
“Ada apa sih Bun? Berisik banget, kedengaran sampe depan loh” peringat ayah Hanan- suami bundanya, yaiyalah masa suami tetangga.
“Yah, kayanya anak kita punya pacar deh” kata sang bunda dengan diakhiri bisikan di kata terakhir.
“Loh ya bagus dong Bun” jawab sang ayah santai, seolah tidak mempermasalahkan putranya memiliki kekasih.
“Tapi bukan Dania”
“Loh kok, eh, kok bukan? Terus siapa?” Tanya ayah.
“Mana bunda tau, tanya aja sama anak ayah sana” Jawab sang bunda, sembari meninggalkan suaminya menuju dapur.
*****
Saat ini Davi dan keluarganya sedang makan malam bersama. Dan saat sesi makan hanya ada keheningan diantara mereka. Setelah makan selesai barulah sang kepala keluarga memulai obrolan.
“Kak, gimana tadi ketemuan sama calon kamu?” Tanya sang papa.
“Gak gimana-gimana yah” Jawab Dania singkat.
“Maksud papa orangnya gimana? Baik gak? Kamu suka gak?” Tanya sang papa lagi, merasa kurang puas dengan jawaban yang diberikan putrinya.
“Ya, biasa aja. Kan papa tau Dania cintanya sama Megan” Jawabnya dengan raut masam. Tanpa menunggu balasan apa-apa dari sang papa, Dania langsung meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu.
Selalu seperti ini, selalu kak Dania yang menjadi topik saat sedang berkumpul seperti ini, menanyakan kabar kakaknya itu. Dan jika topik itu terlalu sensitif untuk kakaknya, pasti kakaknya akan marah dan berakhir menguncikan diri dikamar. Dan orang tua mereka akan membujuk kakaknya.
Kadang ia ingin menjadi kak Dania, biar ia bisa di tanya kabarnya, keadaannya, dan dibujuk saat ia merajuk.
Bahkan kedua orangnya tidak mengkhawatirkan keadaannya saat mendengar ia pingsan di sekolah tadi. Ditanyai alasan pingsannya pun tidak.
Tidak, kedua orangtuanya tidak membencinya, tidak pilih kasih juga, hanya mungkin lebih menyayangi kakaknya sedikit.
Setelah selesai dengan pikirannya, Davi memutuskan untuk masuk ke kamarnya sendiri, tak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
“Davi ke kamar dulu ya ma, pa” pamitnya.
*****
Hari ini seperti biasa, Davi sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya. Sedang menata buku pelajaran di hari Selasa. Dan yang membuat Davi malas adalah hari Selasa jadwal kelasnya untuk berolahraga.
Jujur saja Davi paling tidak suka pelajaran olahraga, karena itu melelahkan baginya. Dan lagi olahraga di jam pertama itu membuat tubuhnya terasa lengket, dan bau keringat yang menurutnya tidak mengenakkan.
Tapi mau bagaimana lagi, jika tidak mengikuti pelajaran olahraga ia pasti sudah di alfa untuk pelajaran hari ini. Dan ia hanya berdoa semoga guru olahraganya tidak masuk hari ini.
“Dah siap, tinggal berangkat” monolog Davi.
Davi keluar dari kamarnya, dan melihat kedua orang tuanya dan juga kakaknya sedang sarapan bersama, sepertinya mereka sudah berbaikan. Dan Davi mendekat kearah mereka dan menyalami mereka satu persatu.
“Ma, pa, kak Davi berangkat duluan ya” pamitnya setelah selesai menyalami anggota keluarganya.
“Iya, hati-hati” balas Dania.
*****
Setelah turun dari bis, Davi sudah bisa melihat sesosok lelaki dengan seragam yang sama dengannya sedang berdiri didepan gerbang. Siapa lagi kalau bukan Jendral, seperti kebiasaannya saat pagi yaitu menunggu sang pujaan hati, sampai disekolah.
Bahkan dari sebrang sini Davi bisa melihat, jendral yang menghadang kendaraan untuk memberinya jalan. Sudah seperti polisi lalu lintas aja.
“Selamat pagi Lio pacarku, gimana keadaan lo? Udah sembuh?” sapaan serta pertanyaan pertama pagi ini di lontarkan oleh jendral.
“Gue udah gapapa kok” balasnya.
“Lio pacarku ini udah sarapan?” tanyanya lagi sembari memelankan langkahnya, menyamakan langkahnya dengan langkah kecil Davi.
“Belum” balasnya lagi.
“Gimana kalau kita ke kantin dulu? Gue yang bayarin” tawaran yang menggiurkan bagi Davi dan tanpa berpikir panjang Davi langsung membalasnya dengan anggukan semangat.
“Gemes banget sih pacar gue ini” puji jendral sembari mengusap rambut lembut Davi.
Dan mereka membelokkan niat awal yang akan ke kelas menjadi ke kantin.
*****
Halo halo
Udah lama banget gak update hehehe
Kangen gak sih sama ceritanya?
Aku bahkan waktu nulis ini harus baca part sebelumnya dulu, karena dah lupa alur ceritanya😭
Dah segini dulu ya bye byee
Maaf banget kalau ada typo ya, soalnya ini ngebut banget ngetiknya
Written on 03-03-24
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Girl
Short Story"This is not the real him, he is just a substitute." "Bantuin kakak kali ini aja Dav" "Tapi kalau mereka curiga gimana kak?" "Mereka gak akan tau soalnya kakak belum pernah ketemu mereka, kamu tinggal bujuk cowo itu buat batalin perjodohan kakak sam...