Kini Karlan sudah tumbuh menjadi anak remaja yang tampan. Dia memang memiliki pahatan wajah yang mirip seperti ayahnya. Dan tentunya dia tidak jauh berbeda dengan kakaknya pula. Bagaimanapun mereka berdua tetaplah anak kembar. Sulit juga untuk membedakan keduanya.
Karlan sudah menghabiskan masa-masa di bangku sekolah dasar. Kini dia bersekolah di sebuah SMP negri tidak jauh dari rumahnya. Dia juga satu sekelas lagi dengan Bitar, lagi-lagi mereka selalu sekelas. Mungkin itu juga sudah takdir.
Segala perjuangan yang dilakukan oleh Karlan juga belum berakhir. Dia masih mengusahakan yang terbaik, meskipun terkadang dia juga tidak bisa meraih juara satu. Akan tetapi dia masih memiliki banyak kesempatan. Kakaknya yang mengatakan itu padanya.
Hubungan di antara keduanya memang tidak terlalu baik-baik saja. Tapi, setidaknya mereka masih sering berbincang-bincang. Karlian masih tidak di izinkan untuk bersekolah. Dia masih terus berusaha untuk sembuh.
"Karlan ngapain lagi? Baca buku nih?" Tanya Bitar yang tidak sengaja bertemu Karlan di perpustakaan.
"Ya mau ngapain lagi."
Mereka berdua masih melakukan kegiatan yang sama, Bitar yang menjadi penjaga perpustakaan di waktu senggangnya. Dan Karlan yang membaca buku di waktu istirahat. Keduanya masih sama-sama seperti dulu, tidak ada yang berubah dari keduanya pula.
Itu sebabnya mereka pun masih sering melakukan banyak hal bersama. Pulang sekolah bersama, mengerjakan tugas bersama serta menghabiskan banyak waktu bersama pula. Meskipun begitu, Bitar tidak pernah mampir ke rumah Karlan.
Mereka hanya menghabiskan waktu di luar rumah saja. "Nanti kau ada waktu enggak?" Tanya Bitar meletakkan sebotol minuman di atas meja Karlan.
"Ya kalau cuma jalan-jalan kayak biasanya masih ada waktu lah. Kayak nggak biasanya aja."
Bitar tersenyum lebar, dia merasa bangga sekali bisa berteman dengan seseorang sehebat Karlan. Dulu dia berpikir jika seorang kutu buku itu tidak mudah untuk diajak berteman. Tapi, ternyata itu hanya pemikiran buruknya saja.
Karena bagaimanapun dia bisa berteman dekat dengan Karlan. Bahkan teman sekelasnya pun mengakui itu. Mereka sempat di kira adik kakak, padahal mereka hanya teman dekat saja.
"Aku jemput di rumahmu ya!" Bitar sangat antusias sekali membayangkan dapat menghabiskan waktu bersama Karlan lagi.
"Okelah aku tunggu di rumah."
Masa-masa sekolah Karlan tidak begitu mengesankan. Sekalipun dia popular, bukan berarti dia bisa mendapatkan apa saja. Dia juga membatasi kehidupan bersama orang-orang disekitarnya.
Hanya Bitar yang paling dekat dengannya, bagi Karlan menerima orang baru itu sulit. Karena tidak semua orang baru bisa seperti Bitar. Hanya Bitar satu-satunya teman yang tahu banyak hal tentang Karlan, dan mendukungnya untuk menjadi seseorang yang luar biasa di masa depan.
Meskipun itu sulit, Bitar tidak pernah memintanya untuk menyerah. Dia terus mendukungnya serta tidak pergi kemana-mana.
"Sebenarnya aku penasaran sama kakakmu, Lan. Kita udah temenan bertahun-tahun tapi aku enggak pernah mampir ke rumah. Dan mirisnya lagi, aku kayak enggak tahu kau punya kembaran," kata Bitar yang tiba-tiba membahas hal sedemikian.
Karlan yang tadinya sibuk dengan buku-buku yang di bacanya. Kini teralihkan pada Bitar, dia menatapnya dengan teduh sekali.
"Nanti mampir ke rumah, sekalian kenalan sama kakakku ya. Jangan kaget lho, karena gimanapun kami itu kembar. Kata papa kami berdua itu kayak pinang di belah dua, kau pasti tahu maksudnya," tutur Karlan yang semakin membuat Bitar penasaran. Meskipun sebelumnya Karlan sudah pernah memberitahunya akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Kehidupan [✓]
FanfictionApa jadinya sebuah pertahanan untuk tetap hidup, sedangkan kematian justru berada di depan mata. Untuk apa juga masih bertahan, jika pada akhirnya kematianlah yang lebih dulu datang menghampiri. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1obat ✐3rasasakit ✐5derita ✐5jantu...