Setelah beberapa minggu berlalu, keadaan Karlian belum menunjukkan tanda-tanda jika dia akan terbangun dari masa-masa kritisnya. Banyak orang-orang yang menunggunya membuka mata seperti dulu lagi, dan banyak pula yang merindukan senyumannya. Tidak ada yang berkeinginan untuk kehilangannya, mereka berharap Karlian tetap bertahan pada hidupnya.
Seseorang yang sangat di banggakan, dan membuat semesta ikut senang akan kehadirannya. Kini berada dalam ambang kematian, tidak ada kepastian dia bisa terselamatkan. Ini juga sudah seminggu lebih, akan tetapi Karlian masih dalam kondisi yang sama buruknya.
Masa-masa kritisnya belum juga berakhir, dia sudah tertidur selama seminggu, tanpa ada kepastian kapan terbangun lagi. Bahkan dokter pun tidak pernah mengatakan jika Karlian bisa bertahan. Mereka justru berkali-kali meminta pihak keluarga untuk melepaskan. Apakah itu tandanya Karlian akan pergi? Dia tidak bisa bertahan lagi? Jika seperti itu kenyataannya. Maka apa yang semestinya perlu untuk dilakukan pihak keluarganya. Mereka belum siap untuk melepaskannya.
Seorang bocah yang baru berusia enam belas tahun itu, harus merasakan perihal menyakitkan seperti ini. Tidak pernah sembuh, dan tidak pernah tahu rasa makanan paling enak di dunia ini. Karlian tidak mendapatkan apapun, karena sedari kecil dia sudah sakit-sakitan.
Karlan sebagai saudara kandungnya pun tidak pernah merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Karena seseorang yang sudah bersamanya dari kecil, bahkan saat berada dalam kandungannya. Tidak memiliki takdir baik, maka Karlan ikut berada dalam perihal serupa. Sekalipun kehidupannya bisa terbilang bagus.
"Kak sebentar lagi aku bakalan masuk SMA, tolong sampai saat itu tiba cepatlah sembuh. Bertahanlah semampu kakak, dan jangan menyerah. Aku tahu kakak lelah, tapi aku juga sedang berusaha nyelamatin kakak," kata Karlan yang mengelap tangan Karlian dengan kain bersih, dan air hangat.
Ada Bitar juga di sana, anak itu selalu bersama Karlan. Dia tidak ingin pergi kemana-mana, karena dia takut saat pergi beberapa langkah saja. Dia justru mendengar kabar Karlian telah tiada, dan dia tidak ada di dekat anak itu. Meskipun bukan seperti itu yang Bitar harapkan, dia tetap saja mengantisipasi.
Melihat keadaan kedua temannya yang sama-sama dalam perihal keburukan. Membuat Bitar tidak terbebas untuk meninggal mereka. Bitar tahu luka, dan penderitaan itu. Dia ingin terus berada di dekat mereka berdua tanpa henti.
Tidak adil jika dia harus pergi untuk urusannya sendiri. Dia berusaha untuk selalu ada, bahkan tidak memutuskan untuk pergi kemanapun. Masih ada orang-orang yang perlu ditenangkan nya, apalagi—Karlan.
"Kau udah makan belum?" Tanya Bitar yang membuka kotak bekalnya.
"Nggak selera makan."
Selalu saja seperti itu, lagi-lagi dengan alasan yang sama. Beberapa minggu terakhir ini, Karlan selalu memiliki kondisi tubuh yang tidak bagus, itu dikarenakan dia yang selalu mengabaikan waktu makannya, bahkan sampai tidak makan sama sekali.
Jika seperti ini mana mungkin Bitar meninggalkannya. Dia yang akan menyesal nantinya. Karlan yang dikenalnya sangat kuat, dan terus optimis pada impiannya. Kini telah kehilangan semangat dalam hidupnya, sebab Karlian tidak baik-baik saja.
Berkali-kali dan entah sudah ke berapa kalinya. Dia mendengar para perawat berserta seorang dokter, yang meminta agar bisa melepaskan Karlian. Mereka saja sudah menyerah, apakah Karlan sebagai pihak keluarganya pun harus ikut menyerah? Dia belum siap kehilangan. Karlan masih ingin menjaga Karlian lebih lama lagi.
"Setidaknya kau harus makan sesuap aja ya. Ini demi kebaikan kau, Karlan. Jangan karena Karlian kayak gini kau malah ikut-ikutan. Kasihan orangtuamu," kata Bitar yang masih berusaha membujuk Karlan.
Anak itu pun mengalihkan tatapannya pada Bitar. Setelah beberapa jam yang lalu hanya sibuk mengelap tubuh Karlian dengan air hangat.
"Aku takut perjuanganku sia-sia, Bitar. Sudah sejauh ini, dan masih cukup panjang buat aku sampai ke tujuan utamaku. Dan di saat itu, apakah kak Karlian masih ada?" Katanya yang mulai menitikkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Kehidupan [✓]
FanfictionApa jadinya sebuah pertahanan untuk tetap hidup, sedangkan kematian justru berada di depan mata. Untuk apa juga masih bertahan, jika pada akhirnya kematianlah yang lebih dulu datang menghampiri. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1obat ✐3rasasakit ✐5derita ✐5jantu...