Setelah melewati banyak hal yang menyakitkan. Kini Karlian bisa terlepaskan oleh yang namanya rasa sakit. Keluarganya melepaskan kepergiannya, dia yang telah kritis untuk waktu yang lama. Menghembuskan napas terakhirnya, sebelum pihak rumah sakit melepaskan beberapa alat penunjang hidupnya, untuk beberapa hari terakhir.
Karlian tidak mengatakan sepatah katapun untuk orang-orang yang ditinggalkannya. Dia telah pergi tanpa memberikan kesan yang menenangkan. Tapi, bagaimana lagi. Karlian juga tidak diberikan kesempatan untuk hal semacam itu.
Meskipun telah melepaskan bukan berarti mereka bisa mengikhlaskan. Apalagi Karlan—saudara kembarnya. Tidak henti-hentinya dia menangis, di malam yang di hiasi oleh bintang dan cahayanya rembulan. Karlian justru meninggal dunia, tepat pukul dua belas malam. Padahal esok hari Karlan masih berharap, jika dia bisa menyelamatkan kakaknya.
Bendera kuning terpajang di dekat rumahnya, Karlan bahkan tidak keluar dari kamarnya. Dia tidak ingin melihat wajah kakaknya untuk terakhir kalinya. Karlan tidak sanggup, dia di landa kesedihan yang luar biasa. Bagaimana caranya untuk kuat, bagaimana bisa dia baik-baik saja. Bahkan untuk berdiri saja Karlan sudah tidak mampu.
Yang kemudian bertanya berkali-kali apakah ini adil? Dan pantas untuk kakaknya yang sudah berjuang pada hidupnya. Dia juga pernah bertahan demi hidupnya, demi kehidupan yang normal dan juga demi makanan yang belum di cicipi nya.
Namun, Karlian justru di antarkan pulang ke tempat berpulang yang semestinya. Di mana dia benar-benar sembuh, tanpa merasakan sakitnya lagi. Mungkin ini yang terbaik, dia sudah semestinya sembuh.
"Kak kenapa kau malah pergi? Aku egois ya? Aku bahkan enggak mau kakak pergi. Rasanya cepat banget ya, kakak juga enggak bilang apa-apa. Kakak cuma nyuruh aku mikirin masa depan, tapi masa depanku sekarang enggak berarti sama sekali. Aku ingin menjalani masa depan bersama kakak," lirih Karlan yang seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Bibirnya juga pucat pasi, dia benar-benar berantakan. Kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya tentu merupakan hal yang menyakitkan. Sampai kapanpun Karlan tidak akan siap. Dia masih berkeinginan menjaganya sampai di masa depan yang indah, dan kehidupan yang layak.
Kedua orangtuanya berusaha untuk tegar, mengurus pemakaman Karlian meskipun dengan tangisan. Karlian memang tidak bisa diselamatkan, sekalipun mereka sudah mengusahakan yang terbaik.
Bisa bertahan untuk waktu yang lama itu sudah luar biasa. Karlian hebat, dia mampu bertahan selama ini. Dan barangkali dia sudah di titik peristirahatannya.Tidak ada orang tua yang bisa melepaskan anaknya dengan mudah. Walaupun hadiahnya syurga, mereka pasti tetap tak kuasa melepaskannya. Bahkan wanita baya itu pun tak henti-hentinya menangis pilu, dia bahkan menggenggam tangan Karlian untuk terakhir kalinya sebelum tubuh itu di baluti oleh kain putih.
"Terimakasih Karlian udah bertahan dengan sangat baik. Tanpa keluhan, dan hanya berharap untuk bisa sembuh. Terimakasih kau mau bertahan selama itu," tutur Raksa mengelap air matanya, padahal dia sudah berusaha untuk tidak menangis. Tapi merasakan tangan Karlian sangat dingin, membuatnya merasakan sebuah kesedihan.
Dia benar-benar kehilangan, ini bukanlah mimpi. Inilah kenyataannya, menyakitkan namun harus dipaksakan untuk menerimanya dengan lapang dada.
Semuanya pasti akan berakhir seperti ini, Linda yang mati-matian mempertahankan. Pada akhirnya juga akan kehilangan, dia terlalu berlebihan. Dia yang menahan Karlian, dan tanpa sengaja membuatnya merasakan sakit.
"Selamat jalan, dan selamat karena sudah sembuh."
Sementara dengan Karlan sendiri, anak itu masih menangis sesenggukan di dalam kamarnya. Sudah beberapa kali Linda memintanya untuk keluar dari kamarnya. Tapi, tidak ada jawaban sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Kehidupan [✓]
FanfictionApa jadinya sebuah pertahanan untuk tetap hidup, sedangkan kematian justru berada di depan mata. Untuk apa juga masih bertahan, jika pada akhirnya kematianlah yang lebih dulu datang menghampiri. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1obat ✐3rasasakit ✐5derita ✐5jantu...