epilog

221 18 0
                                    

Karlan terus menunggu dengan sabar, dan senantiasa memperjuangkan impiannya. Karena dia masih memegang teguh perkataan dari kakaknya, lagian jika waktunya sudah tepat. Lelahnya akan terbayar, Karlan akan merasa sangat beruntung karena terus saja bertahan. Bahkan terus memperjuangkannya tanpa henti.

Meskipun impiannya itu tertujukan pada kakaknya, dan kakaknya telah tiada. Bukan berarti Karlan memutuskan untuk berhenti. Sekalipun bukan kakaknya orang pertama yang disembuhkan olehnya, yang terpenting Karlan dapat menyembuhkan orang lain.

Kakaknya sudah memintanya untuk menjalani masa depannya, bahkan ikut melanjutkan perjuangannya yang belum sempat di jalani oleh dirinya sendiri. Karlan berusaha mati-matian untuk mendapatkan kehidupan yang layak, semua itu akan dia peruntukan pada kakaknya. Tidak apa-apa jika dia hidup hanya untuk kakaknya.

Dan juga Karlan di temani oleh seseorang yang tidak datang untuk meminta di sembuhkan. Tapi, seseorang yang bersedia terluka bersamanya dan sembuh bersamanya pula. Bahkan Karlan menemukan sebaik-baiknya tempat berpulang dari Bitar.

"Mau ke makam kakakmu dulu enggak? Hari ini kau ada jadwal buat operasi kan? Aku yakin pasienmu bakalan selamat. Kau itu penyelamatnya," kata Bitar yang sudah membawa dua buket di kedua tangannya.

Karlan tersenyum lebar, dia sebenarnya ingin menangis mendengar perkataan Bitar. Karena jika dia memang penyelamat, seharusnya dia bisa lebih cepat untuk menyelamatkan kakaknya. Kemungkinan saat ini kakaknya bisa menyaksikan keberhasilannya.

Menyedihkan merupakan kenyataannya, tapi mau bagaimana lagi. Takdir sudah terjalankan dengan baik. Untuk yang masih hidup, sudah seharusnya melanjutkan kehidupannya tanpa memikirkan yang sudah mati.

"Setiap hari sebelum kau pergi ke rumah sakit, kau selalu nyempetin waktumu buat datang ke makam Karliansyah kan?" Tanya Bitar di tengah-tengah kesunyian.

Mereka saling diam satu sama lain beberapa menit yang lalu, dan untuk Bitar yang tidak terbiasa dengan kesunyian pun. Akhirnya mempertanyakan hal sedemikian, sekalipun dia tahu Karlan memang sering melakukan hal itu.

"Aku cuma kepengen kakak tenang di alam sana, dan selalu ngedoain yang terbaik. Aku juga ingin kasih tau kakak, kalau aku udah jadi dokter," balasnya yang tersenyum sembari mencium aroma wangi buket tersebut.

"Kakakmu pastinya bangga, walaupun dia enggak ada lagi di sini. Kau harus percaya, kalau dia beneran salut dengan perjuanganmu."

Kemudian Karlan terpikirkan, sekeras apapun seseorang bertahan pada hidupnya. Dan sangat ketakutan pada kematian, pada kenyataannya mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk hidupnya sendiri. Kematian itu tidak bisa terhindari, segala cara tidak akan bisa membuat kematian pergi menjauh.

Barangkali Karlian sudah melakukan yang terbaik agar dia tetap hidup. Itu sebabnya dia mampu bertahan selama belasan tahun, meskipun dengan rasa sakit. Dia masih berusaha mempertahankan kehidupannya yang bisa ditebak akan menyakitkan.

"Kakakku yang selalu kesakitan sekarang udah sembuh. Aku tahu kakakku iri karena dia kepengin punya kehidupan kayak adeknya. Aku pun nggak mau kak Karlian punya kehidupan yang berbeda," lirih Karlan setelah sampai di pemakaman.

Bitar hanya memperhatikan anak itu, dia tidak mengatakan apapun setelahnya. Karlan tidak pernah bisa menahan air matanya, dia selalu menangis jika sudah berada di makam kakaknya. Mungkin dia belum bisa untuk melepaskannya, seseorang yang di jaganya justru tidak dapat di jaganya lagi.

"Kak, aku berhasil. Memang benar ya, jika aku enggak mencobanya terlebih dulu. Mana pernah tahu berhasil atau enggaknya. Tapi aku yang selalu ngerasa gagal itu, mencobanya dengan sungguh-sungguh karena demi dirimu. Terimakasih karena kakak, aku bisa sampai ke tujuanku."

Karlan menghela napasnya dengan kasar. Demi hidupnya, demi kakaknya dan demi kehidupan yang masih harus dilanjutkan olehnya. Karlan akan tetap berusaha yang terbaik.

Tidak peduli jika itu menyakitkan, dan tidak peduli jika banyak hal-hal yang penuh dengan kepedihan. Karlan pasti bisa melaluinya. Seseorang yang pernah hidup demi mimpinya pernah meyakinkannya, maka dia tidak boleh menyerah. Dia perlu berjuang dengan sungguh-sungguh. Dia pasti mendapatkan yang lebih baik.

Meskipun Karlian sudah tiada, dia yang sudah pergi untuk selama-lamanya. Masih pantas untuk dikenang.

Kisahnya telah usai, Karlan masih melanjutkan kehidupannya dengan baik. Dia tidak akan memilih untuk berakhir, karena kehidupannya layak untuk dihargai. Demi hidupnya, dan banyak hal yang pantas untuknya pertahankan pula. Karlan akan tetap hidup lebih lama lagi, masih banyak orang-orang yang harus diselamatkannya.

 Karlan akan tetap hidup lebih lama lagi, masih banyak orang-orang yang harus diselamatkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DK. Hari ini work nya ending dengan hal yang baik. Aku puas, dan aku sudah berusaha untuk menamatkan nya. Segala kritik yang tidak perlu, tidak akan aku pedulikan. Terimakasih diriku, karena sebanyak apapun rasa sakit. Kau mampu membuktikan jika kau bisa bertahan sejauh ini.

 Kau mampu membuktikan jika kau bisa bertahan sejauh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Demi Kehidupan [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang