Bab 10. Keluarga Syabil

71 10 1
                                    

Sejak lulus madrasah ibtidaiyah di tanah kelahiran Kediri, Syabil sudah diminta oleh kakek dan neneknya untuk berkediaman di Turki.

Agar Syabil disekolahkan di Mesir saja, ia menjalani masa-masa remajanya di negeri gurun pasir ini.

Hidupnya penuh dengan belajar, murojaah Alquran, dan kitab-kitab lainnya. Setelah lulus sarjana, sekarang ia melanjutkan sarjana duanya dengan jurusan tarbiyah.

Ia memang sangat suka mencoba sesuatu yang baru, baginya hidup  adalah petualangan. Entahlah, mungkin kota Kairo ini sangatlah menarik baginya. Sehingga mampu membuatnya menetap di sini, guna menimba ilmu syariat.

Kakeknya adalah seorang profesor yang terkenal, baru beberapa tahun yang lalu pensiun dari pekerjaannya. Namanya Profesor Hisyam, beliau selalu menuruti permintaan cucu laki-laki pertamanya, asal semua permintaannya tidak melanggar syariat agama Allah.

Syabil bercerita, bahwa ia  memiliki seorang adik laki-laki berusia 12 tahun. Sayangnya, sang adik belum pernah menginjakkan kaki di tanah kelahiran ibunya.

Sebelum pulang ke apartemen, Syabil membelikan baju untuk Ahmad. Awalnya Ahmad menolak, namun dipaksa oleh syabil.

Pria itu  bilang kalau baju yang dibelikan itu sebagai tanda minta maaf dari Syabil untuk Ahmad karena sudah membuat pakaian teman barunya itu menjadi kotor.

Ahmad tentu senang, memiliki teman seorang mahasiswa dari tanah kelahirannya.

Begitu pula dengan Syabil, dia bahkan amat sangat  senang mempunyai teman  dari Indonesia. Karena sejak masa remaja  ia kurang bergaul dengan kawan sekolahnya di Mesir.

Dan saat pertemuannya dengan Ahmad waktu tingkat  Aliyah, ia sangat senang.

Karena memang  jarang ada orang Indonesia yang menimba ilmu di negeri Firaun ini. Hanya orang  terpilih yang mampu menimba ilmu di sini, kini ia bertemu dengan Ahmad untuk yang kedua kalinya.

Sebuah keberuntungan baginya, memiliki kawan asal tanah kelahiran. Syabil bahkan berjanji pada Ahmad, bahwa  ia akan mengajak teman barunya itu untuk berkeliling menikmati  indahnya negeri Firaun.

***

Kini Ahmad sedang memurojaah hafalan Al-Qur'annya, sudah sejak madrasah Ibtida'iyah Ahmad merampungkan hafalan Al-Qur'annya.

Kii ia hanya tinggal memuroja'ah hafalan dan mendalami  ilmu tafsirnya.

Besok, hari Ahad. Ahmad ada janji dengan Syabil untuk mengelilingi negeri Firaun ini.

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi Ahmad, karena mempunyai kawan Indonesia di negeri orang ini.

Setelah Gus Zaki dan Gus Zahid menyelesaikan program kuliahnya, mereka diperintahkan Kyai Aziz langsung pulang. Menyisahkan  Ahmad yag masih  tinggal di apartemen sendiri.

Kini datangnya Syabil membuat hal baru bagi Ahmad, terlebih usia mereka yang sebaya. Tujuan utama  jalan-jalan mereka adalah sungai Nil yang menjadi simbol dari negeri gurun pasir ini.

Sungai Nil memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sungai-sungai lain di dunia, dalam hal kesegaran rasa, keluasan manfaat. Sungai Nil yang dihiasi tanaman yang indah di sekitarnya, selain sungai Nil di dunia ini tidak   ada sungai yang disebut sebagai sungai laut.

Allah berfirman; Dan apabila kamu (Ibnu Musa)  khawatir terhadap-nya (Musa), Maka jatuhkanlah dia ke dalam "YAMM" sungai Nil. 

Kalimat "YAMM" dalam konteks di atas  itu bermakn laut. Dalam sebuah hadits yang shahih, disebutkan bahwa sungai Nil adalah salah satu dari empat sungai yang berada di surga.

Aliran sungai Nil yang berhulu di Selatan dan bermuara di utara merupakan karakteristik yang membedakan sungai-sungai lain dengan sungai Nil.

Aajaibnya volume air sungai ini akan berlimpah pada musim panas, di saat sungai-sungai lain mengalami kekeringan dan volumenya akan berkurang di saat volume sungai lain bertambah dan bahkan berada di ambang batas sungai-sungai lain.

Yang memiliki karakteristik sama dengan sungai Nil adalah sungai Sind; volume airnya akan bertambah pada bulan Juni, terbelah jadi tiga anak sungai, di mana masing-masing anak sungai ini hanya bisa diseberangi dengan perahu.

Baik itu di musim panas atau musim dingin.

Menurut cerita, di Mesir memiliki 12000 petugas pen-suplai air di sungai Nil.

36.000 kapal milik raja dan rakyat di sekitarnya.

Terdapat kota Iskandariyah dan Dimyath.

Di sudut pantai sungai Nil, pada letak yang mengarah ke Mesir, terdapat sebuah taman  yang bernama Roudhoh yang menjadi tempat pelesiran dan santai.

Penduduk Mesir gemar bersantai dan bersenang-senang di sekitar sungai Nil.  Beberapa kali Ahmad mengabadikan fotonya dengan Syabil menggunakan handphone pemberian Zaki.

Setelah mengagumi keindahan sungai Nil, kini mereka berdua beralih pada  makam-makam ulama yang berada di Mesir.  Wilayah Jabal Muqhottam  (salah satu taman surga), penduduk Mesir membangun kubah-kubah yang indah di atas  pemakaman.

Di kubur itu, mereka membangun dinding,  sehingga mirip sebuah rumah yang di atasnya dibangun ribath (kamar)  besar dengan arsitek yang mengagumkan.

Bagian pintu dan atasnya dilapisi perak, hal itu dilakukan untuk memberikan hak kepada orang-orang yang dimakamkan di sana.

Sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada mereka, selain itu di sana juga terdapat makam Sayyidah Nafisah bin Al Hasan, Al Anwar bin Ali bin Al Husain, beliau adalah   seorang perempuan yang selalu memenuhi undangan dan sangat tekun beribadah.

Bangunan makam ini sangatlah anggun, dilengkapi dengan lampu yang terang dan diatasnya ada ribath yang dituju.

Selain itu ada makam Imam Abu Abdullah bin Muhammad bin Idris As Syafi'i, di atasnya ada ribet besar.

Di makam ini terdapat kubah yang terkenal sangat bagus, sempurna, mengagumkan teksturnya, serta sangat tinggi. Luas bangunannya lebih dari 30 hasta, selain itu banyak sekali makam para ulama dan Sholihin yang jumlahnya tak terbilang.

Di sana, dimakamkan para sahabat nabi, Ulama' salaf dan Ulama' khalaf, seperti;
Abdurrahman bin Al Qasim, Asyhab bin Abdul Azizi, Asbagh bin Al faraj, Ibnu Abdul Hakim, Abu Al Qasim bin  Sya'ban, dan Abu Muhammad Abdul Wahab, tetapi mereka ini tidak termasyhur dan hanya segelintir orang orang yang peduli yang mengetahuinya.

***

Hari-hari Ahmad selalu bersama dan Syabil. kawan karibnya saat ini. Mereka berdua sering berpetualang bersama-sama, dan kini mereka tengah dalam berjalan menuju kota Turki, ke kampung halaman kawannya.

Syabil tetap sama seperti awal mereka bertemu, Turki sama dengan Mesir, penuh dengan sejarah. Namun, sayangnya untuk saat ini Ahmad dan Syabil belum bisa memulai petualangan di negeri penuh bangunan bersejarah itu, karena niat awal mereka adalah mendatangi pesta pernikahan sepupu Syabil.

Sampai di tempat yang di tuju, Syabil segera  memarkirkan mobil sport birunya di pekarangan rumah yang cukup besar, tanpak anggun dengan interior klasik ala timur tengah.

Mereka berdua memasuki ruang utama dan langsung disambut dengan para pelayan rumah.

"Ahlan wa sahlan Yaa Sayyidii."

"Ayo," ajak Syabil disertai senyum ramah.

Mereka berdua berjalan menyusuri  ruangan yang ada di rumah, hingga di ruang keluarga.

Banyak orang berkumpul di sana, mungkin itu keluarga besar Syabil, di sudut kiri ruangan terdapat sekelompok wanita sedang berbincang ria. Sedangkan kelompok laki-laki terdapat di sudut kanan ruangan.

Seorang laki-laki menghampiri mereka, memeluk Syabil dengan erat, kelihatan seperti orang yang memendam rindu bertahun-tahun lamanya.

Syabil melepaskan pelukannya, lalu mengalihkan pandangannya pada Ahmad yang berdiri di sebelahnya.

"Kenalkan, dia Ahmad kawanku di Al Azhar." Syabil memperkenalkan Ahmad sebagai kawannya.

Istri Kecil Ustadz Ahmad Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang