6. Alen

325 30 1
                                    

Happy Reading
.
.
.

Waktu terus berjalan, malam berganti pagi, pagi berlanjut menjadi siang, dan sinar matahari menerangi sebagian dunia.

Setiap manusia melakukan aktivitasnya, begitupun dengan Langit, yang kini berada di dalam toilet, mengganti pakaian rumah sakit dengan pakaian santai yang diberikan Celsi kemarin malam.

Cklek

Pintu ruang inap Langit terbuka, memperlihatkan seorang anak perempuan yang kini berjalan menuju depan pintu toilet.

Toktok

"Kak, udh belum? Udah ditungguin mama nih" teriaknya pada Langit yang berada di dalam.

"Bentar lagi"jawab Langit, dari kamar mandi. Segera setelah mengatakan itu, Langit keluar dari toilet, kemudian berjalan menghampiri seorang anak perempuan yang sedari tadi menunggunya.

"Dek, ayo kok melamun?" ucap Langit. "Eh, nggak kok, cuma nggak nyangka aja sekarang aku punya kakak. Udah ayo, udah ditungguin mama nih" jawabnya dengan menarik tangan Langit.

Tapi bukannya beranjak dari tempatnya, Langit justru balik menarik tangan anak perempuan itu dengan lembut.

"Alen kan sekarang adeknya kakak, sampai kapaaan pun itu, kamu itu adeknya kakak. Jadi, kedepannya kalo kamu ada masalah cerita sama kakak ya, jangan dipendem sendiri, paham?" Ucap Langit sambil mengusap pundak Alen, meyakinkan.

"Alen?, Siapa Alen?"tanyanya kebingungan.

"Iya, Alen itu panggilan sayang dari kakak khusus untuk kamu"ucap Langi pada Alen, yang kini melihatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Hiks.. kak, ken.. napa nggak tinggal dirumah Alen aja siii.. , biar Alen nggak sendirian lagii.. ii... Hiks, ka.. kalo ada kakak kan, Jadi ada yang nemenin Alen main.. Hiks. kakak tinggal bareng Alen aja ya, " bujuk Alen dengan tangan memeluk Langit.

"Nggak bisa dek, ini udah keputusan kakak. Kamu kan masih bisa main ke rumah kakak nati, udah ya nangisnya. Nanti jadi jelek gimana?" Ucap Langit mengusap air mata Alen.

"Kenapa kalo aku jadi jelek?, kakak mau cari adek baru?" tanyanya pada Langit.

"Iya, nanti kakak cari adek baru yang cantik" jawab Langit mengoda Alen,  yang dibalas Alen dengan mengerucutkan bibirnya dan mata yang sudah berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya lagi.

"Eh, jangan nangis lagi dong, kakak cuma bercanda kok. Kakak kan udah punya Alen, cantiknya kakak. Jadii.. udah ya, jangan nangis lagi" ucapnya dengan mengelus rambut Alen,dengan penuh kasih sayang.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi  mereka diperhatikan oleh Celsi dan Fiktor dari balik pintu, dengan perasaan haru dan hangat.

Mereka yang sebelumnya berniat menghampiri Langit dan Alen, karna mereka sudah menunggu cukup lama diparkiran. Justru menyaksikan pemandangan yang menghangatkan hati mereka.

Tidak ingin menggangu suasana diantara mereka, Celsi pun mengajak Fiktor pergi ke kantin rumah sakit, membeli makanan. Untuk dimakan dalam perjalanan mengingat mereka semua belum makan sedari pagi.

Setelah selesai membeli makanan, mereka bergegas kembali keparkiran. Dapat mereka lihat Alen yang duduk bersandar dibahu Langit,dan Langit yang sedang memandang lurus kedepan. Mereka duduk dibangku tak jauh dari pintu keluar-masuk rumah sakit.

Flashback

Setelah dirasa keadaan Alen sudah membaik, Langit pun mengajak Alen pergi menuju parkiran.

"Udah ya, jangan nangis lagi nanti mama sama papa jadi khawatir. Sekarang kita pergi ke mama yok" ajak Langit setelah memperbaiki penampilan Alen yang sedikit berantakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Gevindra (Drop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang