"Tuhan, kenapa melakukan ini semua kepadaku? aku tidak sekuat orang-orang di luaran sana. Jika kehadiranku memang membawa sial, maka bawalah diriku bersamamu, Tuhan." -Audryn Gheazora
Seperti seekor kelinci yang terjebak dalam ruangan penuh dengan s...
Dia sungguh cantik, bak malam yang penuh bintang tak berawan. Dia sangat baik, bak bintang yang menyinari malam sunyi. Dan dengan sosok sinar matanya, bagaimana mungkin aku membantah cintanya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lampu-lampu di panggung yang sengaja dipadamkan membuat suara bising dari para siswa yang mulai berbisik-bisik seakan bertanya-tanya kenapa lampunya tidak menyala terang seperti tadi, apakah ada kejutan besar atau yang lainnya?
"Halo semuanya."
Sambutan dari seorang di atas panggung menarik atensi para murid yang penasaran dengan suara perempuan yang lembut itu. Begitupun juga Aksara, laki-laki yang baru saja pindah sekolah itu dibuat cukup kepo dengan suara seorang gadis di atas panggung.
Gadis itu tersenyum. "Saya Audryn Gheazora dari kelas 11 ips 3, akan bernyanyi mengisi acara pensi Smansa kali ini. Tentunya saya tidak sendiri, karena saya ditemani oleh rekan saya yaitu, Ankala Arkesha dari kelas 11 ips 2 dengan gitar kesayangannya yang sudah Nekara anggap sebagai keluarganya sendiri," ucap Audryn sedikit terkekeh geli melihat perubahan wajah milik Nekara diakhir kalimatnya yang memperkenalkan dirinya serta rekannya dari atas panggung.
Jovian berdecak kagum. "Wah, Audryn cakep," katanya sedikit berteriak.
"Jopi, lo bisa diem kaga sih. Kuping gua dari pagi udah enek denger suara lo," ucap Kirana.
"Apaan sih, orang gua lagi memuji kecantikan Audryn."
"Ya jangan keras-keras juga monyet ngomongnya," sahut Wisnu yang sedari tadi hanya diam.
"Suka-suka gua."
"Terserah."
"Yaudah."
Aksara menghembuskan napas gusar. "Tai lo semua."
Jovian mencebik "Kok marah hamil ya, Mas?"
Kirana mendekap mulut Jovian menggunakan tangannya. "Diem anjay."
"Tangan lo bau terasi, Na."
Aksara hanya menghela napas pelan, matanya tak henti-hentinya melihat ke arah panggung. Terlihat sebuah dua bayangan manusia yang duduk berdampingan, dengan orang yang salah satunya memegang sebuah gitar untuk diaminkan dan salah satunya lagi duduk berhadapan dengan piano.
"Listen to the music calmly, guys," ucap Ankala membuka penampilan mereka.
Setelahnya lampu-lampu di atas panggung telah hidup menyorot dua orang yang duduk dengan tenang di sebuah kursi bersamaan dengan sebuah suara gitar yang menjadi pembuka untuk penampilan mereka. Serta tepuk tangan meriah dan sorakan dari para penonton membuat acara pensi smansa kali ini terlihat begitu meriah.