"Nona Hyuga, anda mungkin bisa melihat contoh barang dari perusahaan ini." Kata Sara, manajer pengadaan di perusahaannya.
"Siapa pemilik usahanya?" Tanya Hinata.
"Taekeshi Hino?"
Hinata mendesah,"Cari barang serupa dengan kualitas sama dengan pemilik usaha seorang wanita.
Sara manggut-manggut. Hinata bersandar di kursi dan memijit-mijit pelipisnya. "Hah, Pria-pria itu tidak sopan padaku. Ya, semua salahku terlalu dibutakan oleh cinta hingga hamil begini."
"Anda merujuk pada Uzumaki Naruto?"
"Siapa lagi?"
"Nona Hyuga,apakah anda tidak curiga pada istrinya?"
"Wanita itu mempermalukanku. Bukan salahnya juga karena aku bersama Naruto."
"Bukan masalah itu. Maksud saya tentanc video anda dengan A. A mungkin selalu memvideo aktivitas seksualnya. Tapi, apakah dia bisa menyebarkannya begitu saja? Itu merugikannya. Dia bahkan di penjara sekarang."
"Lalu apa hubungannya dengan Shion."
"Ada kasak-kusuk bahwa Shion berselingkuh dari Naruto sebelumnya. Kabarnya bahkan anak pertama yang dilahirkannya bukan anak Naruto."
"Itu urusan mereka. Aku tidak perduli lagi."
"Nona, dengarkan dulu! Anda tahu siapa kekasihnya Shion?"
"Siapa?"
"Bee! Adiknya A ray!"
Hinata menghela nafas. "Sudah aku bilang, itu tidak ada urusan denganku." Hinata melihat arlojinya. Sudah waktunya dia pulang. "Aku pulang dulu! Ingat! Carikan pengusaha wanita.'
'Siap, bos!"
Sara berlagak seperti memberi hormat. Hinata mendorong kursi ke belakang lalu berdiri perlahan sambil memegangi perutnya. Saara pun mengelus-elus perut Hinata,"Adik kecil, sehat-sehat ya, di dalam sana. Jangan menyusahkan ibumu, ya."
"Iya, Tante." Hinata yang menjawab.
Saara cekikikan dan Hinata keluar dari ruangannya.
Dua bulan sudah Hinata menjalani tahanan kota. Dua bulan juga Hiashi pergi ke luar negeri, menghindari aib yang mencoreng mukanya karena ulah Hinata. Hanabi pun memutuskan menyewa home sharing bersama Moegi. Hinata ditinggalkan sendirian di rumah dan merasa kesepian.
Namun, sore ini, Hinata bisa melihat bahwa mobil sang ayah sudah terparkir di depan pintu masuk. Sopir sang Ayah bahkan sedang mengelap mobil itu. Hinata berjalan pelan sambil memijit-mijit pinggangnya. Pegal setelah berdiri dari duduk lama untuk mengemudi. Punggunngnya terlihat menegak untuk mengangkat perutnya, danjalannya sudah agak mengangkang katena begah, ditambah kakinya yang membengkak. Sungguh penampilannya jauh dari wanita yang sedang memimpin perusahaan keluarga. dan sang sopir itu menyapa,"Selamat sore, Nona."
"Apakah Ayah sudah pulang?"
"Ya, Nona. Dia ada di dalam."
"Oh,"Hinata mengangguk dan mulai memasuki rumah. Jalannya lambat mirip siput. Dia segera mencari keberadaan Hiashi. Sampai dia melihat Hiashi sedang berada di dalam kamarnya. Sedang menatap babycrib dengan kelambu berenda yang sudah Hinata siapkan.
Kamar Hinata bahkan sudah berubah. Kamar gadis itu telah berubah menjadi kamar bayi. Penuh dengan perlengkapan bayinya.
"Ayah...," panggil Hinata lirih.
Hiashi menoleh. Mata keriputnya berkaca-kaca saat dia melihat putrinya berdiri di depannya dengan baju kerja khusus ibu-ibu hamil itu. "Hai, apa kabar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Sosok Kedua
FanfictionBenarkah bahwa pelakor itu lebih culas dari pada istri sah?