"Hai,.pelakor!"
Teriakan itu membuat semua orang menoleh. Sosok berambut pirang berponi tampak berkacak pinggang dan meneriaki sosok berambut ungu berponi. Tak ayal keduanya jadi tontonsn gratis. Apalagi keduanya sama-sama pesohor negeri itu.
"Ternyata anak keluarga kaya tak menjamin punya moral terpuji. Tetap saja bejad, hah!" Si pirang marah-marah di depan si rambut ungu. Si rambut ungu hanya diam. Makan siangnya terganggu dan nafsu makannya hilang. Dia mengelap sudut bibir. Tanda mengakhiri makan siangnya dan berdiri untuk meninggalkan tempat itu.
"Hei, aku belum berhenti bicara!"
Si pirang langsung menjambak si rambut ungu.
"Lepas! Sakit!" Si rambut ungu memegang rambutnya agar tarikan si pirang tidak kencang.
"Tidak akan! Biar kau botak sekalian dan tidak bisa menggoda suami orang."
Si pirang tak melepaskan tarikannya walau si rambut ungu meronta-ronta. Orang-orang yang menonton saling berbisik dan bergosip.
"Kalian lihat pere ini? Dia putri keluarga bangsawan Hyuga! Tapi dia menggoda suamiku! Kalian nilai sendiri, bangsawan macam apa itu?"
"Shion, lepaskan Hinata! Dia tidak salah!"
Shion menoleh ke arah suara. Dia mendekati sosok pria pirang yang berteriak tadi sambil tetap menjambak rambut Hinata.
"Naruto..," panggil Hinata sambil terisak.
"Oh, kau datang, brengsek! Kau mau membela pelacurmu ini?"
"Aku bukan pelacur!" Teriak Hinata.
'Apanya yang bukan pelacur jika kau masih berhubungan dengan A rai di saat kau berselingkuh dengan Naruto? Naruto, kau masih membelanya? Apa video itu kurang jelas?"
Hinata terisak dengan tatapan memohon pada Naruto. "Naruto, percayalah padaku. Aku bisa jelaskan. Aku."
Naruto mengangkat tangan,"Cukup, Hinata. Tidak perlu kau jelaskan. Ini salahku. Kau berhak bahagia dengan A. Maafkan aku karena telah membuatmu menunggu."
"Naruto, aku mohon."
"Shion, kita pulang. Ini salahku karena menghianati pernikahan kita. Aku siap kau hukum."
Shion manggut-manggut. "Bagus! Baguslah kau sadar, Naruto."
"Sekarang lepaskan Hinata."
"Naruto, aku mohon dengarkan aku."
"Cukup, Hinata. Semua sudah berakhir. Shion, ayo!"
Pria itu mengulurkan tangannya pada Shion. Shion tersenyum tipis, mengejek Hinata. Dia mendorong kepala Hinata hingga perempuan itu terjerembab dengan tangan menapak meja. Shion menyambut tangan Naruto dan keduanya meninggalkan Hinata untuk menanggung malu di situ. Di kantin kantor perusahaan milik keluarga Hyuga.
Hinata berusaha bangkit perlahan. Dia berjalan lunglai dan merasa tidak ada muka lagi di gedung milik keluarganya sendiri. Apalagi kemunculan istri Naruto tadi telah mempermalukannya. Dia pun memutuskan kembali ke rumah. Dan terkejut ketika melihat A sedang berbincang dengan ayahnya, Hiashi Hyuga.
"Hinata, kau datang? Tuan A Rai ingin membicarakan hal serius denganmu." Kata Hiashi.
"Apa, Ayah?"
"Duduklah dulu. Kenapa kau tidak sopan?"
Hinata mendesah. Mau tak mau dia duduk di atas tatami. A rai di depannya. Sang Ayah di sebelah kanannya.
"Nona Hyuga. Saya minta maaf atas kejadian waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Sosok Kedua
أدب الهواةBenarkah bahwa pelakor itu lebih culas dari pada istri sah?