Derita Sosok Kedua-5

715 22 0
                                    

Hinata menggeraķan tubuhnya sehingga perutnya bisa terlihat dari samping di cermin. Dia hanya mengenakan bra dan celana dalam saat ini sehingga dapat dengan mudah mengamati perubahan tubuhnya. Terlihat ada pembekakan di beberapa tubuhnya. Kakinya yang dulu ramping, kini berdiameter lebih. Cup payudaranya lebih penuh setiap bulannya apalagi bahu dan lengan atasnya lebih membulat. Dan di atas segalanya adalah perutnya.

Perut dengan rahim berisi anaknya itu semakin membesar dan meruncing setiap bulannya. Saking besarnya dia sempat merasa bahwa itu kembar. Namun, dokter berkata hanya ada satu bayi. Dia pun berandai-andai betapa besar bayinya itu. Bahkan kulit pinggangnya bagai tertarik ke depan.

Seolah merasa bahwa Hinata sedang memikirkannya, bayi itu bergerak. Berputar dan bergelung lalu memberikan tekanan di satu sisi. Bahkan kedutan di kulit perut Hinata tampak di bayangan cermin. Kulit itu menonjol dan membentuk telapak kaki.

Hinata tersenyum merasakan itu. Kedua tangannya mengelus perutnya perlahan dari pinggang ke pusar. Gerakan itu seolah menyambut tangannya sehingga dia menyapa,"Selamat pagi, putra Ibu. Kau sudah bangun, rupanya. Apakah tidurmu nyenyak? Ibu sedang mengamatimu. Kau tumbuh dengan sehat akhir-akhir ini. Lihatlah, kulit perut Ibu mengencang dari pinggang ke pusar. Tak sabar rasanya bertemu denganmu, Sayang. Ibu sangat menyayangimu."

Hinata begitu ingin memyalurkan kasih sayangnya sehingga matanya tertutup, menyelami gerakan bayi dalam rahimnya. Hingga dia merasakan lengan seseorang melingkar di lehernya. Telapak tangan seseorang itu juga ikut mengelus perutnya. Tak ayal punggungnya tertarik ke belakang sehingga bersandar di dada bidang dan hangat.

"Sasuke...," desah Hinata saat Sasuke mencium pelipisnya.

"Aku juga ingin kau sayangi seperti itu."

Hinata tersenyum sambil menutup mata, menikmati kehangatan dada Sasuke. "Kau belum keluar hotel?"

"Kita sarapan dulu lalu keluar sama-sama. Hotel ini ada fasilitas breakfast, bukan?"

"Ada, tapi kau bisa duluan."

"Aku sudah bilang tadi. Kita sarapan bersama."

"Kau tidak malu?"

"Kenapa malu?"

Hinata melepaskan diri dari pelukan Sasuke lalu berbalik menghadap Sasuke. Tangan Sasuke sudah menariknya sehingga perut mereka saling menempel.

"Sangat cantik."

Hinata tersipu malu.

"Kau lebih cantik tanpa make up begini."

"Sas...aku serius. Apakah kau tidak malu tampil bersamaku di muka umum pagi hari begini?"

"Aku justru bangga bisa menggandeng gadis cantik sepertimu."

"Aku bukan gadis. Aku wanita hamil yang tidak menikah. Dan kasus video mesum itu juga belum selesai. Kau jalan bersamaku di pagi hari bahkan keluar dari hotel bersama. Orang-orang pasti mengira kita ada hubungan. Nama baikmu akan tercoreng."

"Aku mau nama baikku tercoreng."

"Sasuke?"

"Lagipula, kita memang berhubungan, bukan? Dan aku harap hubungan kita semakin erat dan menggebu setelah kita bercinta. Hem?"

Pandangan mata Sasuke seolah bertanya. Hinata menunduk. Rona merah menyebar di pipinya. Sasuke terkekeh dan memeluk erat Hinata serta mencium pucuk kepalanya. "Bersiaplah, kita sarapan bersama lalu pulang bersama."

"Ehm," Hinata mengangguk di dada Sasuke.

Hubungan Hinata dan Sasuke memang semakin dekat. Keduanya saling menikmati kebersamaan mereka. Bahkan keduanya mengulang keintiman tak perduli kandungan Hinata yang semakin tua.

Derita Sosok KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang