Roti dan Hati

11 1 0
                                    

'Masta masih belum tidur?' kata sosok lain di telpon yang sudah beberapa hari ini berkontak dengan ku, sosok itu sosok perempuan yang bisa aku kenali dari suaranya.

'Belum' jawab sosok yang sangat aku tau suara siapa itu.

'Mas jangan gini dong mas kasihan bunda.' kata nya.
'Mas tidur ga teratur, jarang makan, terus mas kaya ga keliatan hidup.' lanjut nya.

'Ade mas masih belum nemu apa yang mau diomongin bunda sebelum kejadian itu, siapa yang mau bunda kenalin ke mas. Andai mas yang dateng bunda ga akan pergi ninggalin kita dek.' kata sosok Asta.

Aku yang awal nya memejamkan mata, kembali lagi membuka mata. Memahami maksud dari percakapan mereka, aku yakin sosok perempuan itu adik nya (Asta). Suara itu kecil tapi aku tahu kalau sosok Asta sedang menangis.

'Bunda ga akan mau ngeliat mas kaya gini, ini udah dua tahun mas.
Adek udah mulai menata hidup adek, bukan berarti adek mau ngelupain bunda. Ade ga kaya mas yang lari kaya satu tahun ini ninggalin adek sama ayah.'

'Jadi ayah juga berat mas, apalagi ayah yang ada didetik-detik bunda gagal pasca operasi.' lanjut nya. Lalu aku bisa mendengar pintu yang tertutup dan suara yang semakin menjadi.

Sebelumnya aku sudah berpamitan dengan sosok Asta untuk tidur, panggilan kita masih berlanjut dan belum terputus. Hingga ada percakapan lain disana dan aku yang masih belum tidur mendengarkan percakapan itu. Tangan ku ikut bergetar, menutup mulut berusaha agar aku yang ikut mengis tidak sampai didengar Asta dan tanpa tau aku ikut tertidur ditengah tangis itu.

***

Pagi hari nya aku terbangun, hingga ada suara yang lagi-lagi dari panggilan itu.

"Semalem kamu mimpi apa sampe kamu nangis ditengah tidur kamu Jan?" tanya Asta.

"Mimpi? aku ga inget sih aku mimpi apa tapi masa aku nangis?" jawab ku yang tentunya berbohong.

Asta percaya kalau aku melupakan mimpi ku semalam, tapi ya sudahlah mana mungkin aku jujur juga kan soal aku yang mendengar percakapannya.

"Oh ya aku nanti mau ketemu tante Manda, kebetulan aku ga ada kelas juga." kata ku.

"Tante Manda." kata nya tapi ada sedikit yang berbeda aku rasa Asta bersemangat tentang hal ini.

"Iya tante Manda, aku belum cerita ya kalau aku kenal tante Manda itu ga sengaja.
Awalnya waktu aku mau pesen jemputan online, harus nya aku dianter sama anak nya. Tapi, malem itu tante Manda yang gantiin, nah aku juga parno sih awalnya soalnya mobil yang ada di aplikasi sama yang jemput tuh beda. Terus aku konfirmasi, ternyata bener kok yaudah aku naik, terus tante Manda juga orang nya welcome biar aku ga parno juga dan ngobrol-ngobrol terus cocok deh sampe ngajak makan siang." jelas ku.

"Secara ga langsung harus nya aku bilang makasih sih sama anak nya jadi aku bisa kenal tante Manda. Tapi sampe sekarang aku ga pernah tau, kecuali foto nya yang masih kecil soalnya ada di pajang tante Manda di kantor nya."

'Kamu pernah ke kantor nya Jan?" tanya nya terkesan penasaran.

"Penah sebelum kita telpon, itu aku mampir dulu ke kantor nya." jawab ku lagi.
"Ga kerasa kita call udah seminggu aja." sambung ku.

"hahaa iya ga kerasa juga."

"Bentar aku mau siap-siap dulu."

***

Aku berhenti di salah satu toko roti langganan ku, menurut ku ini yang terbaik sih. Ada berbagai macam rasa tapi semua rasa ga ada mis nya sih semua aku suka. Hari ini ku menggunakan mobil karena motor ku dipake sepupu laknat siapa lagi selain Tama. Aku turun dan memasuki toko roti itu dan memilih rasa yang menurut ku paling aku suka.

Setelah selesai aku kembali memasuki mobil dan menuju ke kantor tante Manda.

"Habis dari mana?" kata Asta setelah mendengar pintu mobil yang ditutup.

"Oh ini habis beli roti, aku ga enak beberapa kali ketemu tapi aku ga bawa apa-apa." kata ku sambil melajukan mobil dengan kecepatan standar.

"Roti?"

"Iya roti, ada langganan aku dia buat roti home made gitu rasa nya enak banget udah dari aku kecil jadi aku mau tante Manda coba. Nama toko nya Home Bakery kamu kalau pulang kesini lagi harus coba sih kak."

"...

"Hallo kak kamu dengerkan, itu rekomendasi dari aku." tanya ku karena tidak ada tanggapan.

"Iya nanti aku coba." kata nya.

Selang dari itu aku udah sampai di kantor nya tante Manda aku menyapa kak Lisa receptionist dan memberi bungkusan yang aku sengaja beli juga buat dia.

"Hai kak Lisa."
"Ini kak aku mau ketempat tante Manda udah buat janji juga." kata ku.

"Iya ibu Manda udah bilang sama saya buat kamu langsung aja." katanya.

"Ohh ya ini ada roti buat kakak, semoga kakak suka ya." kata ku sambil memberikan paper bag dari dua paper bag yang aku bawa. Kak Lisa terlihat senang dan berterima kasih.

Aku lalu menekan tombol lift dimana ruangan tante Manda berada hingga aku keluar dan kembali berjalan ke ruangan yang paling besar disana.

"Masuk." kata itu yang aku dengar setelah aku mengetuk pintu.

"Hallo tante..." kata ku dengan semangat.

"Hai..

"Ini tan aku bawain roti." sambil menyerahkan sisa paper bag yang aku bawa.

"Wah makasih banya." kata nya.
"Tante baru tau ada toko ini."

"Iya sih ga banyak orang yang tau soalnya ini ga kaya toko lebih ke rumah gitu, jadi banyak orang ngiranya malah penginapan terus logo nya kecil. Tapi dijamin enak kok, ini langganan aku dari kecil." jelasku.

"Ohh ya wah harus coba nih." kata nya.

"Nanti aku share deh alamatnya." kata ku.

Aku dan tante Manda membahasa banyak hal, hal yang menurut aku random aja. Bercerita tentang kuliah teman dan ya kerandoman Aji juga. Terus tante Manda bercerita tentang anak-anak nya waktu kecil.

Berbeda dengan suaminya, tante Manda lebih suka memanggil anak laki-lakinya dengan nama "Karan" dibanding sebutan yang biasanya suaminya pake.

'Jadi namanya Karan' batin ku.

Anak tante Manda itu perhatian, ditambah yang laki-laki lebih dekat dengan dia. Rencananya sore ini juga anak tante Manda juga yang jemput sehabis kerja.

Lalu, kita berbicara hal lain seperti tante Manda yang menceritakan kalau suaminya ini mantan pertamanya. Jadi dia bertanya apakah aku punya mantan.

"Kamu punya mantan?" tanya nya spontan.

Aku mengangguk, "iya tan punya."

"Suami tante itu mantan pertama tante, ga tau kenapa namanya juga takdir tante berjodoh dengan mantan tante. Jadi kamu bisa aja loh kaya tante." jelas nya.

"Aku rasa engga sih tan, tapi ga tau juga ya."

"Iya mending kamu jadi mantu tante aja." katanya. Aku tertawa dan menganggap itu hanya bercandaan.

Obrolan kita masih berlanjut sampai ternyata udah sore, jangan anggap kita hanya sekedar ngobrol tante Manda juga kerja dan aku juga ikut mengerjakan tugas kuliah disini. Hehehe sekalian nemenin.

Tante Manda bersiap untuk pulang, tapi aku harus duluan pamit karena Tama sudah memita ku untuk pulang.

"Aku duluan ya tante." kata ku.

Aku yang awal nya ingin naik lift mengurungkan niat dan memilih lewat tangga. Selang itu aku bisa mendengar pintu lift yang terbuka. Berbalik aku bisa melihat sosok pemuda dari belakang dan masuk ke ruangan tante Manda.

'Mungkin anaknya.' batin ku.

ANONYMOUS MASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang