Silencia merasakan kegelapan yang menyelimuti semua sudut pikirannya ketika ia memasuki alam bawah sadar. Ia merasa tubuhnya dingin. Mencoba untuk berlari ke sana kemari, tetapi semuanya terasa hampa dan kosong, tidak ada jalan keluar tidak peduli seberapa lama dan seberapa jauh ia berlari. Silencia rubuh, kakinya lemas tidak mampu berlari lagi. Namun, kemudian ia mendengar suara langkah kaki.
"Selamat datang, Silencia," kata suara tersebut. Suara yang bergema seakan ia berada di ruang kosong yang sangat sangat luas.
Silencia mengangkat kepala dan melihat sebuah sosok berwujud laki-laki tampan berdiri di hadapannya. Ia merasa seperti telah melihat sosok Dewa Flocke dalam mimpinya, tetapi kali ini, sosok tersebut memanggilnya secara langsung. Dewa Flocke adalah Dewa pencipta.
Dalam karya aslinya, Dewa Flocke merupakan dewa dengan tingkat tertinggi diantara para Dewa lain. Ia adalah Dewa pencipta dan Dewa yang memintal benang takdir setiap makhluk yang ada di novel Flower Blossom.
"Sudah lama sekali aku menunggu kedatanganmu," lanjut dewa Flocke. "Aku tahu kamu sedang dalam masa transisi dan kekuatan sihirmu sedang be..."
"Tunggu, kekuatan sihir?" Silencia bingung.
"Ahem .. Iya." Dewa Flocke juga bingung. "Apa kau tidak tahu kau memiliki sihir yang luar biasa?"
Seperti tersambar petir, Silencia tercengang. "Tidak. Tidak sama sekali!" Ia baru tahu sekarang.
"Kau pikir aku membawamu ke dunia ini dengan sia-sia?" Tanya dewa Flocke, tangannya menyentuh dagu.
"Kau yang menculikku? Dewa macam apa kau? Paling tidak izinkan aku memilih siapa yang ingin ku masuki!! Dasar dewa palsu!" Silencia menunjuk Dewa Flocke dengan marah.
"Jangan menunjukku. Aku pun saat itu dalam keadaan terpaksa. Jiwa Silencia Amarilys sudah hancur karena Giordan Hilden. Jadi aku membawa Jiwamu yang entah dari mana untuk mengisi tubuh Silencia karena jiwamu terhubung dengan Silencia. Kau bahkan kubekali sihir." Dewa Flocke bersungut-sungut menjawabnya. Baru pertama kali ia dipanggil dewa palsu.
"Ini adalah dunia novel kan??!" Tuding Silencia.
"Tidak. Ini adalah dunia sungguhan!" Dewa Flocke berjalan mendekati Silencia dan membisikinya, "Baiklah, aku minta maaf. Bagaimana jika sebagai kompensasi, kau kubekali dua kekuatan dahsyat?" Rayu Dewa Flocke.
Silencia tergiur dan menoleh, "apa itu? Dan apa maksudnya dunia sungguhan? Lantas apa yang aku baca di hidupku yang sebelumnya?"
"Dunia mu sebelumnya dan dunia ini adalah dunia paralel, di mana jika ketidak-seimbangan dunia terganggu, seseorang yang telah mati dari dunia sebelumnya, akan tertarik ke dunia lain. Aku tidak tahu tentang apa yang kau baca sebelumnya, karena Dewa di setiap dunia punya rahasianya sendiri." Dewa Flocke terdiam, lalu melanjutkan kata-katanya kembali.
"Namun pada kasusmu, kau secara pribadi aku bawa sendiri ke dunia ini. Nah, kompensasi yang kuberikan adalah sihir dan kekuatan suci. Kau akan kuberkati dengan mana yang berlimpah." Punggung dewa Flocke bersinar saat ia menurunkan wahyu kepada Silencia.
Sesaat, Silencia merasakan hangat di tubuhnya. Ia membuka telapak tangannya dan percikan cahaya muncul, lalu kemudian hilang.
"Eh.. Apa yang terjadi?" Tanya Silencia.
Dewa Flocke melihat bahwa Silencia memiliki masalah dengan kekuatan sihirnya. Ia tahu bahwa seseorang telah mengikat aliran mana yang mengalir dalam tubuh Silencia, sehingga membuat kekuatan sihirnya tidak dapat digunakan sepenuhnya. Oleh karena itu, ia memberi nasehat pada Silencia untuk mencari tahu siapa yang mengikatnya.
"Silencia, aku punya firasat bahwa ada seseorang yang mengikat aliran mana mu dan menyebabkan kekuatan sihir mu tidak dapat digunakan sepenuhnya. Kau harus mencari tahu siapa yang melakukannya dan memecahkan ikatan tersebut," kata Dewa Flocke.
"Apa? Bagaimana bisa ada seseorang yang melakukannya? Apa yang harus aku lakukan untuk memecahkannya?" tanya Silencia bingung. Bahkan sekelas Dewa tertinggi pun tidak tahu? Dewa yang tidak berguna, pikirnya.
"Hei.. Aku bisa tahu apa yang kau pikirkan. Ada aturan di dunia ini sejauh mana aku bisa ikut campur dalam takdirmu," ujar dewa Flocke kesal.
"Terkadang, orang-orang melakukan hal-hal seperti ini karena iri atau cemburu pada kemampuan sihirmu. Kau harus berhati-hati dan memastikan dirimu aman. Ketika kau berhasil menemukan siapa yang melakukannya, pertarungan itu akan terjadi. Ingatlah selalu bahwa kau memiliki kekuatan sihir yang luar biasa dan jangan takut menggunakannya," jawab Dewa Flocke serius.
Silencia mengangguk, masih merasa bingung dengan situasi yang terjadi.
"Baiklah. Aku harus pergi, dan ini juga saatnya bagimu untuk kembali, kita akan bertemu lagi." Dewa Flocke menciun kening Silencia.
"Anakku. Kembalilah dan akan kuberikan lagi satu berkat untukmu. Mulai sekarang kau akan dikelilingi oleh orang yang mencintaimu dan menyukaimu. Jangan sepenuhnya membenci mereka."
Sebuah cahaya menuntun Silencia untuk kembali. Silencia terkejut saat melihat tempatnya berada berubah drastis. Dia tidak lagi di alam bawah sadarnya atau di hadapan Dewa Flocke, melainkan di kamar tidurnya yang sepi. Dia terbangun dari tidurnya dengan keningnya berkerut. Tangannya menyentuh kepala.
Tessa memasuki kamar Silencia sambil membawa sebuah nampan kayu yang berisi segelas air putih dan beberapa buah jeruk. Namun, ketika dia mendapati Silencia telah terbangun, dia meletakkan nampannya dengan tergesa-gesa dan berlari ke ranjang Silencia.
"Nona, Anda sudah bangun! Bagaimana keadaan anda?" kata Tessa dengan nada yang cemas.
Silencia diam selama beberapa saat, mencoba mengumpulkan pikirannya dan mengingat lagi apa yang terjadi di alam bawah sadarnya. Akhirnya, dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan wajah yang pucat, "aku bertemu Dewa Flocke."
"Tunggu sebentar Nona, saya akan memanggil tuan Ash Alkaid." Tessa tidak sabar untuk memberitahu semua orang bahwa Silencia sudah bangun dari koma nya. Dia bergegas keluar dari kamar Silencia dan berlari ke ruang tamu yang penuh dengan para pelayan, mengumumkan berita gembira tersebut. Semua orang terkejut dan lega mendengarnya.
Ash Alkaid yang berada di ruang tamu pun berdiri dan berlari menuju kamar Silencia.
"Silencia!" Pekiknya. Ash berlari dan menggenggam tangan Silencia. Cahaya hijau keluar dari tangannya dan mulai masuk ke tubuh Silencia.
Untuk sesaat, Silencia yang tidak mengenali Ash terkejut dan kemudian ia perlahan mengingat siapa sosok berambut abu-abu ini. Sang kepala menara sihir. Salah satu karakter pendukung terkuat.
"Um... Bisakah anda melepaskan tangan saya?" Silencia tahu Ash seumuran ayahnya, tapi wajah Ash Alkaid sangat tampan dan muda dibanding usianya. Tangannya tiba-tiba digenggam lelaki tampan sekelas idol di dunia nyata membuat jantung Silencia hampir lepas dari tempatnya.
"Tidak bisa!! Aku harus memeriksamu!" Jelas Ash. "Hmm... Mana mu seperti benang kusut, tapi beberapa ikatan telah melonggar. Apa kau tahu kau memiliki sihir yang luar biasa?" Wajah Ash bersemu seiring ia berbicara.
Silencia merasa pusing. Terlalu banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat, terlalu banyak hal yang perlu dipahami.
Dari kekuatan sihir, dewa Flocke dan kini Ash Alkaid yang menggenggam tangannya."Tessa, berapa lama aku tidak sadarkan diri? Bagaimana dengan Duke Ares?" Tanya Silencia. Ash memejamkan matanya, namun sangat jelas ia mendengarkan.
"Nona tidak sadarkan diri selama dua hari. Dan mengenai Yang Mulia Duke, surat permohonan sedang ditangguhkan oleh Tuan Duke Amarilys." Tessa nampak ragu dan melirik Ash. Silencia langsung merasakan ada sesuatu yang terjadi.
"Ditangguhkan?? Kenapa?"
"Karena kondisi Nona yang tidak sadarkan diri dan .. Tempo hari... Duke.. Kemari." Akhirnya Tessa mengatakannya.
Mata ash terbuka."Aku berduel dengannya." Ash mengaku.
"Hah???? Apa yang anda lakukan??" Silencia menarik tangannya yang digenggam oleh Ash."Kondisi mu tidak boleh diketahui oleh orang lain. Sihir yang ada di tubuh mu, rahasiakan itu selama mungkin," jelas Ash dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...