Berapa jam perjalanan mereka semua terlah sampai di bandara, hal yang membuat ke empat anak kecil sangat kagum dengan yang mereka lihat, Leon pun segera mengajak anak-anak untuk keluar dari bandara karena mobil jemputan yang sudah di pesan oleh Sasa sudah sampai di parkiran.
Ke empat anak dari Leon pun berlari menunju ke arah parkiran tanpa memperdulikan orang sekitar, apa lagi ini pertama kalinya mereka menginjakkan kaki mereka di tanah air.
Saat sedang berlarian tanpa sengaja salah satu dari anak itu menabrak seorang pria bertubuh besar yang membuat anak itu terjatuh ke belakang.
"Aduh, sakit pantat atu." rengek Alvina. yang mengaduh kesakitan,
Karena merasa iba pun pria yang di tabrak oleh Vina itu pun membantu Vina untuk berdiri dari duduknya.
"Adek tidak apa-apa hm?" tanya sosok pria bertubuh besar nan ganteng itu sampai berapa orang melihat interaksi antara keduanya merasa sangat gemes.
"Pantat Vina sakit seperti di gigit buaya" ujar Vina dengan polos.
"Makanya Vina jangan lari² disini kan jadi jatuh" ujar pria itu. Memberi pengertian kepada Vina, namun hal itu di salah artikan oleh Vina, yang mengira pria itu memarahi Vina.
"Huaaaa, om jahat om marahi Vina." ujar Vina yang membuat pria itu kalang kabut, takut ia di salahkan oleh orang-orang.
Saat om itu akan mengeluarkan suaranya sudah lebih dulu di potong dengan suara seorang dari kejauhan membuat pria itu mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu.
"Dasar, anak bandel kamu tak mendengarkan kakak hah? Sebaiknya kita segera pergi karena saat ini Daddy sedang menunggu kita" ujar seorang anak dengan aura kedewasaannya.
Alkara panduwinata, pria yang memiliki sura sangat dingin dan tegas kepada adik-adiknya dan menjadi penengah atau pelindung buat ke tiga adiknya yang sangat bandel dan sangat susah di atur.
Pria bertubuh tinggi itu hanya diam saja tanpa ikut campur apa yang di lakukan oleh anak kecil itu, tapi ia merasa sangat familiar dengan wajah anak laki-laki itu.
"Kenapa anak itu begitu mirip dengan dia apa? Ahh mana mungkin bukannya sudah bahagia bersama dengan anak dan istrinya, dan gak mungkin juga kalau dia melakukan dengan orang lain" karena tidak ingin berpikir berlebihan ia pun segera pergi mencari istrinya yang baru pulang dari Los angeles.
Saat ini ke empat anak dan ayah sedang berada didalam mobil dengan leon yang mengendarai mobilnya, karena leon tidak ingin di supiri oleh seseorang, ia lebih menyukai menyetir sendiri.
"Dad, kita akan tinggal dimana? Secara kita baru disini" Alkara bertanya kepada Daddy nya itu.
"Sasa, sudah membeli rumah kecil buat kita tinggalin sementara waktu, jadi kalian tidak perlu khawatir, karena tante Sasa sudah mempersiapkan segalanya mulai dari keperluan kalian" ujar Leon sambil mengendarai mobil.
Sementara Alkara dan Leon mengobrol, ketiga anak Leon yang lain sedang menikmati pemandangan yang sangat indah yang belum mereka lihat di negara mereka sebelumnya,
"Lihat Alvian di sini sangat indah aku ingin sekali tinggal disini lebih lama lagi"
"Kamu benar albara, disini sangat berbeda dengan yang lain aku rasa aku nyaman tinggal di sini"
"Aku juga sangat senang tinggal di sini" timpal Alvina.
Satu jam perjalanan dari bandara ke tempat tinggal Leon selama di Indonesia, membuat ke tiga anak yang sedang mengagumi kota pun tertidur karena rasa lelah yang menghampiri mereka bertiga, bukan hanya mereka bertiga tapi Alkara juga tertidur dengan tenang.
Mobil yang di kendarai oleh Leon terlah sampai di depan rumah mereka yang begitu minimalis namun terkesan sangat mewah.
"Ayok anak-anak bangun kita sudah sampai di rumah jadi ambillah barang-barang kalian dan segera masuk kedalam rumah."
Ke empat anak itu yang masih sangat lelah pun hanya menuruti perintah dari sang Daddy untuk segera membereskan barang bawaan mereka.
Saat mereka sudah sampai di depan pintu mereka sangat terkejut dan langsung membuka matanya lebar-lebar karena rumah yang mereka tempati sangat bagus.
"Dad, ini tempat tinggal kita?" tanya Vina.
"Iya ini tempat tinggal kita jadi segera lah masuk dan pilih kamar sesuka kalian"
Mendengar perkataan dari Leon mereka pun segera berlari mencari kamar yang sesuai dengan kamar mereka.
Setelah mendapatkan kamar mereka segera melanjutkan tidurnya karena mereka masih sangat lelah jadi membutuhkan istirahat yang sangat cukup.
Saat melihat ke empat anaknya tertidur membuat Leon tersenyum, ia pun pergi ke kamarnya dan menatap ke arah jendela yang memperlihatkan perubahan kompleks dan berapa bangunan besar,
"Aku kembali, sudah waktunya aku untuk melupakan segalanya dan menata kembali hidupku bersama dengan anak²" gumam Leon yang pandangan mengarah ke depan.
"Apa kalian masih merindukan aku atau kalian sudah melupakan aku? Andaikan kalian tau kalau aku masih hidup apa kalian akan senang atau akan semakin membenci ku" perkataan Leon begitu sangat sedih bahkan sampai mengeluarkan air matanya yang sudah lama tidak di keluarkan.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Berbeda dengan pikiran Leon, saat ini seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat kurus dan tidak terawat, sedang menatap ke arah jendela kamarnya dengan air mata yang sudah membasahi pipi wanita itu.
"Ma, sampai kapan mama akan seperti ini? Apa mama tidak kasian sama anak mama, cucu mama mereka sangat sedih melihat mama seperti ini, jadi bangkit lah ma" ujar seorang pria paruh baya.
"Buat apa mama tangisi anak tidak tau diri itu dia sudah meninggal karena karma yang sudah dia lakukan jadi stop mengingat anak itu"
Perkataan suaminya membuat wanita itu menatap tajam ke arah suami ia berjalan mendekati pria paruh baya itu dan ia pun menampar pipi sang suami.
"Andaikan papa menerima apa yang sudah di buat oleh Rehan mungkin kejadian ini tidak akan terjadi, mungkin saja dia masih bersama kita saat ini"
"Stop ma stop, papa tidak Sudi memiliki anak seperti dia, bukan kah papa sudah memberikan kesempatan untuk tinggal di sini tapi dia lebih memilih pergi dari rumah"
" Tapi papa memberikan pilihan yang begitu sulit kepada Rehan"
"Ini sudah konsekuensinya dia jadi jangan pernah menyalahkan saya atas apa yang dia pilih"
"Papa jangan lupa papa juga pernah berbuat dosa bahkan kesalahan papa lebih besar dari pada kesalahan Rehan, hal itu sampai membuat ayah mertua meninggal, apa papa lupa akan hal itu?"
Perkataan tifani dengan sangat sinis, tentu saja seperti sebuah boom untuk rion kenangan buruk, kesalahan Patal, penyesalan seumur hidup yang tidak pernah dia lupakan langsung muncul seperti sebuah kaset yang di setel ulang oleh perkataan tifani.
Hal itu membuat Rion terjatuh ke lantai bahkan buliran bening membasahi pipinya, ia tak menyangka kalau Tifani akan mengungkit kembali masa kehancurannya,
"Apa sudah ingat sekarang?"
"Tifani kenapa kamu membuka kembali luka lama?" ucap Rion dengan lemah.
"Itu karena kesalahan kamu sendiri yang sudah membuat putraku me..."
"Oma, opa.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Jadi Cinta ( Tamat )
RomanceKelima sahabat yang saling melindungi dan menyayangi layaknya seorang sahabat, karena persahabatan mereka sudah terjalin dari mereka bangku smp. Dan mereka berlima harus terpisah setelah lulus SMA, jadi tidak ada waktu untuk sekadar bertemu, apa l...