Chapter 4

2.4K 174 1
                                        

Malam hari pun tiba, dan Zean menjemput Chika di rumahnya. Tok-tok-tok, bunyi ketukan di pintu rumah. "Chika!" panggil Zean.

"Sebentar!" teriak seseorang dari dalam rumah.

"Halo, Tante," sapa Zean.

"Mau jemput Chika, ya?"

"Iya, Tante. Apa boleh saya ajak anak Tante untuk pergi jalan-jalan?" tanya Zean.

"Tentu boleh, Zean," jawab Bunda Aya.

"Loh, Tante sudah tahu nama saya?" tanya Zean dengan terkejut.

"Iya, Chika sering cerita tentang kamu," jawab Bunda Aya dengan tersenyum.

"Sudah lama, Kak?" tanya Chika ketika keluar dari rumah.

"Baru saja, Chik," jawab Zean.

"Mau langsung berangkat atau mau bagaimana?" tanya Chika.

"Langsung berangkat saja," jawab Zean.

"Tante, Zean sama Chika jalan dulu," pamit Zean.

"Nanti saya akan mengantarkannya kembali ke rumah sebelum jam 10 malam," lanjutnya.

"Baiklah, hati-hati di jalan," kata Bunda Aya.

Mereka pun pergi meninggalkan rumah Chika dan berjalan-jalan bersama, saling bertanya dan berbicara.

"Apakah kamu sudah memiliki pacar, Chika?" tanya Zean secara tiba-tiba.

"Belum, Kak," jawab Chika.

"Serius? Lalu siapa laki-laki yang menjemput kamu kemarin?" tanya Zean lagi.

"Serius, Kak. Dia adalah sepupu saya," jawab Chika.

"Bagaimana dengan kamu, Kak Zean? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Chika.

"Belum, Chika," jawab Zean.

"Lalu, siapa orang yang bersama kamu di restoran kemarin?" tanya Chika lagi.

"Adik saya," jawab Zean.

"Oh, begitu," kata Chika.

"Bagaimana kamu tahu bahwa saya berada di sana?" tanya Zean.

"Karena saya juga ada di sana, Kak," jawab Chika.

"Oh, begitu. Saya juga melihat kamu kemarin," kata Zean.

"Benarkah, Kak?" tanya Chika.

"Ya, siapa namanya?" tanya Zean.

"Namanya Aran, Kak," jawab Chika.

"Oh, yang kemarin itu adik saya, namanya Christy," kata Zean.

"Oh, jadi itu adik Kak Zean, saya pikir pacar Kakak," kata Chika.

"Haha, bukan, Chika. Saya pikir kamu sudah memiliki pacar," kata Zean.

"Haha, manusia seperti saya ini mana ada yang mau," kata Chika.

"Ada, Chik. Contohnya saya," kata Zean dalam hatinya.

Setelah beberapa puluh menit, mereka akhirnya tiba di sebuah tempat yang sudah dipersiapkan oleh Zean.

"Bagus sekali, Kak," kata Chika melihat taman yang dihiasi lampu dan bunga-bunga.

"Hehehe, biasa saja, Chika," kata Zean.

"Kenapa sepi, Kak?" tanya Chika.

"Sengaja saya pesan untuk kita berdua," jawab Zean.

"Astaga, Kak!" kata Chika.

I Love You Chika | Proses Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang