•
•
•
Sepasang Adam dan Hawa saling berhadapan di pinggir danau, kecanggungan mengelilingi keduanya. Langit mulai gelap tanda sebentar lagi malam akan tiba.
"Stev" Sang perempuan membuka percakapan dengan gugup, sedangkan lelaki di hadapannya hanya mengangkat kedua alisnya sebagai tanda 'kenapa'.
"Gue suka sama lo" dengan cepat Falyndra mengungkapkan perasaannya. Steve masih belum menjawab sudah terhitung beberapa detik, sampai...
"Gue tau, tapi maaf ada cewe lain yang gue sukain" Tanpa menunggu reaksi Fely, Steve berjalan meninggalkan pinggir danau tersebut.
Bagai di sambar petir di siang bolong, Fely bahkan tak bisa mengeluarkan sepatah katapun, Fely duduk termenung menikmati angin yang semakin dingin.
Sakit hati, tentu saja, walau Ia sudah siap dengan penolakan tapi Ia tak menyangka bahwa rasanya sesakit ini.
Dengan lemas Felyndra meningalkan area danau karna di rasa sudah semakin malam dan dingin.
Felyndra pulang menggunakan sepeda, sedikit menangis di perjalanan pulang, tapi tak apa tak ada orang yang akan memandangnya aneh, jalanan sangat sepi. Seperti takdir mendukung Fely untuk merasa lebih kesepian lagi.
Di sisi lain Pria dengan kaos oblong memencet bel rumah besar di hadapannya dengan cepat, dengan wajah panik dan dengan terburu buru Ia menggedor gedor pagar rumah tersebut.
"CELLIE! KAMU MASIH DI DALEM KANN!" Teriaknya berharap ada yang menjawab, tetapi sunyi.
Aiden kelimpungan setelah mendapatkan pesan dari kekasihnya.
Aiden menarik rambutnya kasar saat tak dapat sahutan dari arah dalam, menyenderkan badannya pada tembok rumah kekasihnya, menangis sejadi jadinya layaknya seorang balita yang tak mendapatkan mainan.
Nafasnya tersendat-sendat, dadanya sesak, air mata mengalir deras, tak peduli jika ada orang lain yang melihatnya, yang ia butuhkan hanya sosok sang kekasihnya sekarang.
Ia tahu bahwa prinsip hidup adalah datang dan pergi, tetapi Ia tak siap jika Cellie orangnya. Aiden terlalu menyayanginya, layaknya teman sehidup semati.
Hingga tengah malam Aiden berdiam diri di sana, sampai Ia lelah sendiri dan memutuskan untuk pulang, karena sudah tak ada lagi yang dapat di harapkan, Aiden menolak menyiksa diri lebih baik menerima dengan perlahan.
Dengan langkah guntai meninggalkan rumah besar tersebut, di setiap langkahnya di ikutin setiap kenangan bersama kekasihnya.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement ||Baemsuri
Подростковая литература"Gimana, lo setuju?" Ucap Aiden menatap lawan Bicaranya. Felyndra terdiam menatap langit sore dari sebuah taman, memikirnya ide dari Aiden. Senyuman terbit dari wajah Felyndra, ia tatap balik Aiden, "Gue setuju". "Tapi ada syaratnya" Felyndra menaik...