BARU kali ini Taeyong berjalan mondar-mandir di dalam ruangan kantornya seperti orang tidak waras, ia mengigiti kuku jemarinya dengan gelisah, rambut yang biasanya tertata rapih kini terkesan sedikit berantakan karena sesekali ia akan meremas sejumput surai hitamnya itu. Rencana ayahnya seolah berjalan mulus tanpa hambatan, tiga minggu sudah berlalu setelah pertemuannya bersama Jaehyun, hanya tinggal menggitung hari sampai pernikahannya dilaksanakan.
Tidak terlintas ide gila atau rencana aneh yang bisa membatalkan pernikahan ini, Taeyong kehabisan cara, otaknya yang pintar seolah mendadak bodoh—berhenti berfungsi. Sial! Apa yang harus Taeyong lakukan? Donghae bahkan sudah membagikan undangan ke seluruh rekan kerja serta keluarga.
Taeyong berdiri di depan jendela besar yang memperlihatkan kesibukan kota Seoul, kuku jarinya sudah sangat pendek karena ia gigiti sedari tadi. Sejak pertemuannya bersama Jaehyun di restoran kala itu, Taeyong seolah buntu dan tumpul. Meskipun ia sudah menunjukkan sisi buruk yang bisa membuat siapapun meninggalkannya dalam sekejap, tapi Jaehyun tetap bertahan dan ingin menikahinya!
"Lee?"
Tubuh Taeyong tersentak, ia menoleh ke belakang dan menemukan asistennya; Nakamoto Yuta, berdiri di belakang pintu yang sudah kembali tertutup. "Sudah kukatakan untuk mengetuk!" sial, ia hampir mengumpat karena terkejut.
Yuta mencibir, ia memerhatikan penampilan Taeyong dari atas hingga bawah dengan tatapan miris. "Aku iba melihat bagaimana rupamu saat ini."
"I fucked up."
"Hei, menikah tidak buruk."
"Tentu saja buruk!" seru Taeyong emosi, ia berjalan cepat dan membanting tubuhnya di sofa yang ada di dalam ruangan, "aku tidak pernah ingin terlibat di dalam sebuah pernikahan! Itu merepotkan, sangat. Hidupku sudah sangat sempurna selama dua puluh delapan tahun ini, lalu hancur begitu saja karena Lee sialan Donghae yang tidak bisa melihat hidupku tenang!"
Bibir Yuta mengulum; menahan gejolak geli yang bisa keluar kapan saja. Melihat Taeyong berantakan dan frustrasi seperti sekarang adalah hal baru yang patut ia abadikan—bila saja saat ini Taeyong tidak melemparkan tatapan membunuh dikala ia sudah siap dengan ponselnya. Yuta berdehem pelan, ia mendudukkan diri di hadapan Taeyong yang sudah berbaring di sofa tanpa mempedulikan bahwa setelan kemejanya bisa kusut.
"Aku mendengar rumor," ujar Yuta, nada suaranya berubah serius. "Tentang perjodohanmu."
Dahi Taeyong berkerut dalam, ia menatap lurus wajah Yuta; menunggu si lelaki berdarah Jepang menjelaskan.
"Katanya—" Yuta menggantung kalimatnya, memerhatikan respon Taeyong yang sudah bersiap melempar wajahnya dengan cangkir kopi yang ada di atas meja. "Tunggu! Bisakah kau sabar?!"
"CEPAT!" teriak Taeyong kesal. Akhir-akhir ini ia menjadi lebih emosi karena tidak berhasil mengagalkan pernikahan konyol yang akan membuat hidupnya terkekang.
Lagi, Yuta berdehem demi melegakan tenggorokannya. "Aku dengar—tapi ini hanya rumor, jadi aku tidak bisa memastikan kebenarannya."
"Sepertinya kau memang ingin melihat sampai di mana batas kesabaranku ya Bakamoto Yuta?!"
"Okay! Okay!" Yuta mengangkat kedua tangan di udara, menghentikan Taeyong yang sudah siap melempar cangkir kopi ke wajahnya, "katanya Ayahmu memberikan separuh saham perusahaan pada Jung Jaehyun, hadiah karena sudah bersedia menikahimu. Jung Jaehyun, CEO dari Relix Corp akan memegang penuh kuasa di TD Corp."
Pupil mata Taeyong melebar; tak percaya dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Yuta. Tunggu! Setengah saham perusahaan ini? Jangan bercanda! Bahkan Taeyong hanya memiliki lima persen saham atas namanya! Tapi Donghae bersedia memberikan Jaehyun lima puluh persen?! Jadi itu alasan utama Jaehyun bersikeras menikahinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera House [JAEYONG]
Fanfiction[Romance] [18+] Menurut Lee Taeyong sebagai lelaki sukses yang memiliki banyak uang, ia tidak membutuhkan pendamping hidup yang nantinya pasti akan merepotkan kehidupan kerjanya. Tapi tentu saja pemikiran itu ditepis keras oleh sang ayah yang tiba-t...