PADA akhirnya, meskipun Taeyong bersikeras untuk membatalkan pernikahan bisnis yang di selenggarakan oleh Lee Donghae, ia tidak berhasil. Jadi di sinilah Taeyong sekarang, berada di ruang pengantin dengan setelan jas berwarna putih gading, ada satu bunga mawar merah yang terselip di kantung bagian dada. Taeyong menatap penampilan konyolnya di cermin, riasan tipis membingkai wajah tampannya, rambut hitam legamnya ditata serapih mungkin hingga tidak jatuh menutupi dahi.
Ya, ini adalah hari pernikahan Taeyong dan Jaehyun, di selenggarakan di lobby hotel terbesar di Korea selatan dan hanya mengundang rekan bisnis penting serta kerabat dekat. Taeyong menghirup napas panjang untuk menetralkan amarah yang bisa meluap kapan saja. Jika tidak di tutupi oleh riasan, maka semua orang yang hadir di sini pasti akan terkejut melihat kantung mata hitam Taeyong.
Taeyong masih ingat dengan jelas ketika ia berkunjung ke perusahaan Jaehyun dan menemukan fakta bahwa Lee Donghae memberikan separuh saham perusahaan mereka sebagai hadiah karena Jaehyun bersedia menikahi Taeyong. Ya, sudah jelas jika ini adalah pernikahan bisnis yang mutlak tanpa melibatkan perasaan apapun.
Membayangkan akan hidup bersama orang asing berhasil membuat kepala Taeyong berdenyut nyeri. Tentu saja Donghae pasti memaksanya untuk tinggal bersama Jaehyun! Ayah kandungnya itu tidak akan tinggal diam.
"Kau terlihat luar biasa, Hyung." Jeno masuk ke ruang pengantin tanpa mengetuk, tubuh besarnya di balut setelan jas berwarna hitam pekat, ia tertawa geli tatkala Taeyong melemparkan tatapan tajam, "ini hari pernikahanmu, tersenyumlah sedikit."
"Mana bisa aku tersenyum. Hari ini kebebasanku seratus persen di renggut paksa, aku bahkan bukan gay! Sialan." ujar Taeyong frustrasi, ia mendudukkan tubuh di kursi meja rias dan menundukkan kepala.
Jeno menghampiri kakak kandungnya itu dan memberikan usapan lembut di bahu. "Aku tidak bisa membantumu karena perintah Ayah itu mutlak." ia merasa sedikit kasihan pada Taeyong, "tapi bisa saja ini tidak terlalu buruk untukmu, Hyung."
"Tidak buruk bagaimana?"
"Entahlah, kudengar Jung Jaehyun memiliki keperibadian yang baik."
Taeyong mendongak, menatap wajah naif Jeno yang seakan-akan mempercayai hal bodoh itu. "Rumor, itu hanya rumor." bantahnya kesal.
Jeno terkikik geli, Taeyong terlihat sangat menggemaskan jika kesal seperti sekarang. Ia mengusap kedua bahu Taeyong dan memaksa kakaknya itu untuk berdiri. "Cheer up! It's your wedding day."
"Wedding day my ass!"
Pintu ruang pengantin di ketuk, Lee Donghae memunculkan diri dari balik pintu, berhasil membuat Jeno dan Taeyong saling berdiri tegak. "Ayo Taeyong, acara pernikahanmu akan segera di mulai, seluruh kerabat kita sudah menunggu di altar." ajak sang ayah.
Lagi, Taeyong menghirup napas panjang lalu mengangguk kaku. Sementara Jeno sudah mengepalkan tinju di udara dan memasang wajah riang; berusaha menyemangati Taeyong yang terlihat begitu enggan berjalan ke altar demi mengucapkan janji suci.
Sepatu pantofel hitam Taeyong menelusuri lorong hotel, pikiran dan hatinya sama sekali tidak tenang karena pernikahan paksa ini. Pintu besar aula berdiri kokoh di hadapan Taeyong, aula hotel tersebut sudah di ubah menjadi altar pernikahan. Dari dalam sana, Taeyong bisa mendengar orang-orang berbincang serta tertawa. Ah, tentunya semua yang hadir adalah rekan kerja Donghae atau Jaehyun, Taeyong hanya mengenal beberapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera House [JAEYONG]
Fanfiction[Romance] [18+] Menurut Lee Taeyong sebagai lelaki sukses yang memiliki banyak uang, ia tidak membutuhkan pendamping hidup yang nantinya pasti akan merepotkan kehidupan kerjanya. Tapi tentu saja pemikiran itu ditepis keras oleh sang ayah yang tiba-t...